Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjaga Marwah Sang Pastor

8 Oktober 2021   17:40 Diperbarui: 8 Oktober 2021   17:43 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gereja Katolik hadir sebagai agama yang modern dan terbuka (inklusif) sejak Konsili Vatikan II. Hal itu tidak sejalan dengan cara penyelesaian masalah dalam tubuh Pemimpin Gereja Katolik yang cenderung eksklusif. Entah apa alasannya, ada kesan menutup-nutupi kasus yang melibatkan pimpinan Agama Katolik.

Lambatnya penanganan kasus merupakan salah contoh konkrit lemahnya penyelesaian masalah di internal otoritas Gereja Katolik. Selain itu, banyak skandal yang melibatkan pimpinan Gereja seperti di tutup rapat oleh otoritas Gereja. Demi menjaga nama baik Gereja Katolik. Begitulah kira-kira alasannya.

Secara kelembagaan, otoritas Gereja Katolik memiliki tanggung jawab moral terhadap oknum pejabat Gereja yang sudah mencoreng nama baik Gereja Katolik. 

Caranya dengan tidak menutup diri dalam dari kritikan atau masukan dari pihak luar. Sebab, secara kelembagaan tentu membutuhkan masukan dari pihak luar agar berbagai skandal dalam otoritas Gereja Katolik mendapatkan jalan keluar.

Penulis sendiri sering kali memberikan kritikan pedas terhadap otoritas Gereja Katolik yang tidak buka mata terhadap berbagai penyimpangan yang mencoreng nama baik Gereja Katolik. 

Sebagai agama yang dianut, penulis merasa bertanggung terhadap kehidupan Gereja. Termasuk dalam hal memberikan kritikan kepada pejabat Gereja yang korup, melakukan tindakan kekerasan dan pelecehan seksual.

Penulis tidak memiliki masalah dengan Gereja Katolik secara kelembagaan, namun tidak berarti harus diam terhadap skandal yang dilakukan oleh pejabat Gereja. 

Sebab, penulis sebagai anggota Gereja tentu prihatin dengan ulah sebagian pejabat gereja yang menyimpang. Bagi penulis, mental pejabat Gereja Katolik yang tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci harus disoroti dan dikritik dengan keras.

Bisa saja berbeda pendapat dengan yang lain, namun bagi penulis terkecuali dalam hal otoritas keimamatannya maka aktivitas pejabat Gereja Katolik tetap harus mendapatkan sorotan dari umat. 

Secara kelembagaan tidak mungkin kerja-kerja pastoral misalnya dibiarkan begitu saja tanpa ada kontrol dari umat. Jika ini dibiarkan maka ada banyak "bangkai" yang tertutup namun suatu waktu akan terbongkar. Saat itu juga, kita akan malu secara beramai-ramai.

Secara eksplisit, tidak data akurat mengenai skandal yang melibatkan para pastor di Indonesia. Namun tidak berarti skandal yang melibatkan pastor nihil. Masih ingat dalam benak kita, kasus Herman Jumat Masan alias Herder mantan pastor yang membunuh pacar dan dua anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun