Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesona Surutnya Danau Toba, Kemustahilan Geopark Kelas Dunia

28 Desember 2017   21:05 Diperbarui: 29 Desember 2017   08:13 3964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dermaga Urat, Palipi, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)

Rabu kemarin, 27 Desember 2017 yang lalu saya bersama keluarga berkesempatan untuk menjelajah pulau di tengah Danau Toba yang dikenal dengan Pulau Samosir. Kami melaksanakan kunjungan ke keluarga di Desa Urat, Kecamatan Palipi, Kabupaten Toba Samosir.

Kami berkendara dengan mobil minibus menyeberang dengan kapal motor penyeberangan Ferry  dari Pelabuhan Ajibata menuju Pelabuhan Tomok. 

Kami wajib mengantri untuk masuk Ferry mulai pukul 21.30 wib pada tanggal 26 Desember 2017 dan berhasil masuk kapal Ferry KMP Tao Toba II pada pukul 01.35 wib pada tanggal 27 Desember 2017. Total waktu antrian kurang lebih 5 jam.

Peta Danau Toba dan Pulau Samosir (www.worldlakes.org)
Peta Danau Toba dan Pulau Samosir (www.worldlakes.org)
Sehubungan dengan libur panjang akhir tahun, pelabuhan Ajibata dibuka selama 24 jam bagi penyeberangan sedang pada hari biasa sudah tutup pada pukul 21.00 setiap harinya. Satu unit mobil dan sopir dikenakan biaya 106.000 rupiah sedangkan penumpang dikenakan biaya per orang 3.500 rupiah serta biaya asuransi 400 rupiah per mobil. 

Satu kapal ferry maksimal dapat menyeberangi mobil minibus sebanyak 30 unit. Waktu tempuh dari pelabuhan Ajibata hingga tiba di pelabuhan Tomok sekitar 40 sampai 45 menit. Kami mendarat di pelabuhan Tomok pukul 02.15 wib pada tanggal 27 Desember 2017. 

Loket pelabuhan Tomok sudah tutup dan tidak ada antrian mobil. Ini artinya operasional Kapal Ferry khusus menyeberangkan mobil penumpang dari daratan Pulau Sumatera melalui pelabuhan Ajibata, Parapat menuju Pulau Samosir via Pelabuhan Tomok.

Dari pelabuhan Tomok kami keluar ke arah kanan dan langsung meluncur menuju Desa Urat, Palipi, Samosir. Mobil minibus yang kami tumpangi sesekali harus membentur lubang jalan dan melibas tikungan demi tikungan sepanjang jalanan pingiran Danau Toba dengan kecepatan rata-rata 50 -- 60 kilometer per jam. 

Hanya ketika di daerah Pangururan, kami wajib melintasi jalan kota melalui terminal Pangururan, menyaksikan indah kerlap-kerlip lampu hias pohon natal karya sekolah dari bahan daur ulang. Setelahnya kembali mobil kami melintasi pinggiran Danau Toba. Kami tiba di Desa Urat pada pukul 06.30 wib pada tanggal 27 Desember 2017.

Rumah keluarga kami dekat dengan dermaga kapal Pelabuhan Urat yang nampaknya sudah lama terbengkalai. Konon kapal wisata pernah singgah sekitar 10 tahun yang lalu di dermaga tersebut, kenang istri saya masih sempat mengecap perjalanan via perairan Danau Toba. 

Dia naik kapal wisata dari pelabuhan Ajibata, Parapat menuju Pelabuhan Urat dengan beberapa titik singgah mulai di Pelabuhan Tomok kemudian di Pelabuhan Tuk-tuk selanjutnya Pelabuhan Simanindo lanjut singgah di Pelabuhan Pangururan dan terakhir transit di Pelabuhan Mogang dan Pelabuhan Nainggolan dengan total waktu tempuh sekitar 5 jam.

Banyak dermaga pelabuhan di Pulau Samosir kini harus tutup karena kondisi perairan mengalami penyurutan hingga 40 meter dari pangkal jembatan dermaga. 

Danau Toba jelas mengalami penurunan muka air yang sangat drastis selama 10 tahun belakangan. Akibatnya tak pelak dermaga menjadi monumen yang ditumbuhi semak belukar seperti Pelabuhan Urat ini.

Penampakan Jalan Masuk ke Dermaga Urat, Paipi, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Penampakan Jalan Masuk ke Dermaga Urat, Paipi, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Papan Petunjuk Dermaga Urat Sudah Tertutup Semak dan Rumah Pompa Irigasi (Dokumentasi Pribadi)
Papan Petunjuk Dermaga Urat Sudah Tertutup Semak dan Rumah Pompa Irigasi (Dokumentasi Pribadi)
Yang lainnya seperti Pelabuhan Parbaba di alih fungsikan jadi kawasan wisata air dengan nama memikat, Pasir Putih Parbaba. Sepulang dari Desa Urat, kami menyempatkan diri singgah di kawasan wisata Pasir Putih Parbaba, sebelum menuju Pelabuhan Tomok.

Pengunjung disuguhi oleh pengelola kawasan dengan tulangan dermaga mengangga di atas pantai berpasir kuarsa berwarna kecoklatan dan bisa menyewa kapal motor untuk tur sekitar pantai atau untuk menikmati banana boat atau donut boat dengan biaya sekitar 300 ribu sekali pakai. 

Bisa juga berenang di pinggiran danau gratis dengan bayar retribusi 2000 rupiah per orang dan parkir mobil 8000 rupiah. 

Dermaga Pelabuhan Urat Dipandang Tak Jauh Dari Pantai Dekat Papan Petunjuk Pelabuhan (Dokumentasi Pribadi)
Dermaga Pelabuhan Urat Dipandang Tak Jauh Dari Pantai Dekat Papan Petunjuk Pelabuhan (Dokumentasi Pribadi)
Bisa juga pengunjung berteduh di pondok kecil beralas tikar dengan fasilitas colokan aliran listrik dengan biaya sewa 30.000 sekali pakai.  Pengunjung harus menyewa pondok dan tutupan terpal bila hendak mengganti pakaian renang atau memakai pakaian salin karena ruang ganti belum tersedia dekat dengan pantai. 

Toilet atau fasilitas kamar mandi belum tersedia kecuali yang terhubung dengan hotel atau penginapan.  Atau bisa juga merepotkan diri dengan menumpang toilet atau kamar mandi di rumah penduduk yang jaraknya sekitar 20 meter dari pinggir pantai.

Dermaga Pelabuhan Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Dermaga Pelabuhan Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Pondok Pantai Pasir Putih Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Pondok Pantai Pasir Putih Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Ini artinya meski Danau Toba mengalami krisis lingkungan, pemerintah bersama masyarakat Parbaba mampu menghadirkan Pesona Surut Danau Toba secara maksimal dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas.

Surutnya permukaan air Danau Toba merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh penduduk Pulau Samosir yang mengandalkan perekonomian dan pangan mereka dari Danau Toba dengan bercocok tanam dan menangkap ikan. 

Banyak juga pengusaha kapal wisata yang terpaksa mengafkirkan kapal dan memberhentikan para operator kapalnya akibat tutupnya dermaga dan pendangkalan perairan sekitar dermaga.

Danau Toba merupakan danau bentukan gunung api tektonik terbesar di dunia memanjang dari utara ke selatan sepanjang 97 kilometer dan selebar 27 kilometer dengan kedalam rata-rata 500 meter, berada pada ketinggian 904 meter di atas permukaan air laut. 

Air Danau Toba berasal dari tangkapan air dari hutan perbukitan sekelilingnya dari 5 kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi, dan Karo. Air mengalir keluar melalui Sungai Asahan dan bermuara di Selat Malaka.

Hiburan Olahraga Air di Pasir Putih Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Hiburan Olahraga Air di Pasir Putih Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Air Danau Toba juga telah lama mengalami krisis kualitas akibat membludaknya populasi keramba atau kolam apung ukuran besar milik industri di perairan Danau Toba juga minimnya fasilitas pengelolahan air limbah sekitar kawasan wisata Parapat dan tumpahan minyak memperburuknya. 

Menurut hasil penelitian terakhir pada tahun 1999, konsentrasi minyak sebesar 7,5 hingga 35 miligram per liter air dan kehadiran bakteri patogenik seperti coliform sebanyak 20.000 mpn per 100 mililiter air.

Menurunnya kualitas air Danau Toba seakan-akan beriringan dengan menyurutnya permukaan air Danau Toba. Bukan karena aktivitas gempa Gunung Toba yang mengakibatkan surutnya air Danau Toba melainkan lebih karena air yang keluar lebih banyak daripada air yang masuk. 

Eksploitasi air danau akibat industri pengelolahan bubur kertas dan pembangkitan listrik disamping penggundulan hutan daerah tangkapan air diklaim menjadi biang keladinya meski hingga kini belum ada dan terlaksana penelitian intensif untuk menegaskan hal tersebut. 

Bila mencari penyebabnya belum mendapat perhatian serius seperti monitoring dan evaluasi terkait kepentingan konservasi dan peningkatan mutu perairan Danau Toba nyaris tak terdengar, konon lagi mau mengeksekusi solusinya.

Aktivitas Bermain Mencari Kerang dan Berenang di Pantai Pasir Putih Dermaga Pelabuhan Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Aktivitas Bermain Mencari Kerang dan Berenang di Pantai Pasir Putih Dermaga Pelabuhan Parbaba, Pulau Samosir (Dokumentasi Pribadi)
Pesona keindahan Danau Toba yang digadang-gadang akan menjadi tujuan wisata atau Geopark kelas dunia versi UNESCO butuh kerja sangat berat mungkin panjang dari pemerintah pusat dibantu oleh pemerintah daerah. 

Bila tidak maka hanya akan sekedar menjadi slogan belaka, dan akhirnya Pesona Surutnya Danau Toba semakin menjadi-jadi. Sangat disayangkan bilamana itu terjadi dalam hitungan mungkin dua tiga tahun mendatang. Geopark Kelas Dunia menjadi kemustahilan pada akhirnya.

Kami pun akhirnya berhasil merapat ke Pelabuhan Tomok dan antri masuk kapal Ferry KMP Tao Toba II. Ini mengakhiri perjalanan kami di Pulau Samosir. Semoga ada perubahan berarti untuk Danau Toba tercinta, menjadi danau yang tetap hidup dan berkualitas. 

Kita tidak menghendaki Danau Toba menjadi danau mati  yang dikenang dengan kemewahan layaknya monumen atau tambak orang Batak. 

Kita sebagai bangsa Batak ingin Danau Toba tetap menghidupi orang Batak, tidak hanya keluarga ataupun penduduk di Pulau Samosir dan 5 Kabupaten di Sumatera Utara namun juga negara Indonesia dengan predikat kelas dunia.  

Pematang Siantar, 28 Desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun