Mohon tunggu...
Edo Media
Edo Media Mohon Tunggu... Jurnalis -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjaga Keselamatan Presiden Kenapa Disalahkan?

19 Agustus 2017   09:21 Diperbarui: 19 Agustus 2017   10:56 2846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: rotorblur.co.uk

Di negara manapun dibelahan dunia, keamanan dan keselamatan (security and safety) seorang kepala negara menjadi prioritas pokok dan tanggung jawab bersama. Di negara kita, tanggung jawab keselamatan dan keamanan Presiden dan Wakil Presiden berada dalam ranah Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Kepala Negara merupakan simbol negara. Pengawalan dan perlakuannya pun harus menggunakan standar keamanan dan keselamatan yang tinggi sebagai obyek Very Very Important Person (VVIP).

Maka sarana dan prasarana yang digunakan seorang kepala negara harus memenuhi unsur keamanan dan keselamatan diatas rata-rata. Segala alat yang digunakan seorang kepala negara harus melalui pemeriksaan ketat dari security secret khusus. Mulai dari lokasi yang akan dikunjungi, kendaraan yang akan dipakai hingga standart perlengkapan pengamanannya.

Demikian juga kendaraan untuk mendukung kegiatan dan operasional yang digunakan Presiden. Harus memenuhi standar khusus security and safety. Mobil yang digunakan Presiden harus dilengkapi fitur-fitur tertentu. Misalkan bodi mobilnya harus dilengkapi baja anti peluru. Memiliki engine cadangan, sehingga jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan kendaraan masih bisa berjalan.

Demikian juga pesawat terbang yang dipersiapkan untuk perjalanan Presiden. Tentu pesawat kepresidenan mempunyai standar keamanan dan keselamatan yang tinggi. Dengan segala perlengkapan security and safety diatas rata-rata pesawat terbang yang digunakan umum atau komersial. Jika prosedur ini tidak diindahkan maka akan fatal akibatnya.

Helikopter Super Puma, produksi tahun 1980 yang selama ini melayani kegiatan-kegiatan Presiden dalam kunjungan ke pelosok yang memang tidak bisa dijangkau dengan pesawat kepresidenan, sudah berusia tua sekitar 25 tahun. Negara kemudian memiliki perencanaan akan mengganti helikopter tersebut karena dirasakan standar security and safetynya sudah tidak memenuhi syarat.


Maka para petinggi keamanan kemudian membahas rencana strategis untuk menyiapkan pengganti Heli Super Puma. Sudah barang tentu, Presiden dan Wapres memerlukan helikopter yang dapat memberikan kepastian keamanan dan keselamatan. Super Puma sebenarnya bukan untuk VVIP karena tidak anti peluru,

Tanggung jawab keamanan dan keselamatan Presiden ketika berada di udara ada di pundak TNI Angkatan Udara. Di TNI AU dipersiapkan satu Skadron udara khusus yang bertugas melayani dan mendukung perjalanan Presiden kemanapun melalui udara. Sehingga menjadi sangat begitu penting dan strategis ketika TNI AU diberi tugas harus memilih mana heli dengan standarisasi tinggi dalam soal keamanannya dan keselamatan.  

TNI AU ditunjuk untuk melakukan kajian, analisa dan pertimbangan dalam pemilihan Helikopter tersebut karena lembaga ini memiliki kompetensi dan sejarah panjang pengalaman mengoperasikan berbagai jenis dan tipe pesawat udara. Sehingga tim di TNI AU tahu betul mana pesawat yang memenuhi standar keamanan dan keselamatan yang tinggi, dan mana yang tidak.

Kajian dan analisa pun dibuat dengan berbagai latar belakang. Apakah harga menjadi salah satu pertimbangan? Jika bicara soal keamanan dan keselamatan memang tidak lagi bicara murah atau mahal. Namun sesuai dengan kebutuhan dan standar keselamatan yang harus dipenuhi.

Dan sejauhmana alat tersebut dipakai di sejumlah negara di dunia karena terkenal dengan keunggulannya. Sudah menjadi pendapat umum bahwa sesuatu yang memiliki standar premium limited tentunya membutuhkan biaya yang berbeda dibanding jika kita menggunakan alat yang umum dipakai.

Dalam pembahasan muncul gagasan dan ide untuk menghadirkan helikopter Helikopter AW 101. Heli rancangan AgustaWestland gabungan pabrikan dari dua negara yakni Italia dan Inggris. Ia dikenal sebagai heli paling aman berstandar internasional sehingga banyak digunakan dalam operasi evakuasi medis udara dan SAR.

Helikopter AW 101 didesain dengan teknologi yang lebih canggih dari Super Puma. Selain keselamatan, Helikopter ini punya kelebihan dari sisi kenyamanan. Untuk kenyamanan sang presiden, tersedia kabin terluas di kelas heli medium, yakni kompartemen dengan tinggi 1,83 meter dan lebar 2,49 meter. Penumpang tak perlu merunduk saat akan keluar-masuk.

Kelengkapan lain di ruang kabin mencakup sistem secure communication, peralatan medis, kursi staf/pengawal, dan perlindungan balistik. Kabin AW101 VVIP pun dipastikan punya fitur low noise dan efek getaran yang rendah.

Sebagai angkutan udara berstandar VVIP untuk seorang kepala negara, pabrikan AgustaWestland merancang heli memiliki standar keselamatan dan keamanan sangat modern. Heli ini dilapisi proteksi anti peluru. Kabarnya poin anti pelurunya khusus, karena menjadi elemen prioritas untuk heli kepresidenan RI ini.

Kemudian proteksi terhadap benturan bila terjadi crash. Heli ini dilengkapi perahu karet sehingga dapat mengapung di perairan jika landing mendadak. Juga dipasang sarana bantalan udara yang mengembang seperti air bag (kantong udara) saat terjadi benturan. Bahkan konon, AW101 TNI AU juga dipasangi perangkat anti jamming, anti rudal, dan lainnya.

Meski sama-sama helikopter kelas medium, tapi AW101 punya spesifikasi yang lebih besar dari keluarga Super Puma. Yang paling kentara bisa dilihat AW101 mempunyai tiga mesin, jumlah bilah baling-baling ada 5, dan tersedianya ramp door di bagian belakang.

Heli ini menggunakan tiga mesin tipe General Electric CT7-8E turboshaft dengan teknologi Full Authority Digital Engine Control (FADEC). Teknologi FADEC memungkinkan heli untuk terbang dengan satu mesin dengan tetap mempertahankan high performance. Sehingga jika ada sesuatu trouble di engine, keselamatan Presiden akan tetap terjaga karena Heli tetap akan bisa terbang hingga landing di tempat darurat.

Secara umum, AW101 dapat terbang selama 6,5 jam. Bahkan dimungkinkan untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara (air refuelling). Dengan kapasitas bahan bakar 4.094 liter, AW101 VVIP sanggup terbang sejauh 1.360 km dan kecepata jelajah 278 km per jam.

Bagaimana dengan sistem avioniknya? Untuk sistem avionic mengacu pada AW101 versi Combat SAR, kedua pilot dilengkapi fasilitas Night Vision Goggle (NVG) yang kompatibel dengan glass cockpit, fully integrated communications, dan mission management systems yang memberi gambaran situasional nyata kepada pilot tentang situasi yang dihadapi.

Secara khusus AgustaWestland menawarkan defensive aids suite untuk AW101 VVIP, komponen yang disertakan terdiri dari Radar Warning Receiver (RWR), Laser Warning System (LWS), Missile Approach Warning System (MAWS), Countermeasures Dispensing System (CMDS), dan Directed Infra-Red Countermeasures (DIRCM). Namanya juga helikopter untuk kepala pemerintahan dan kepala negara, rasanya untuk urusan keselamatan memang harus jadi prioritas.

Sampai saat ini, AW101 VVIP telah digunakan oleh pemerintah Arab Saudi, Nigeria, Turkmenistan, dan Algeria. AW101 pun sudah sempat ambil peran dalam film layar lebar, yakni James Bond "Skyfall," dalam film  helikopter digunakan sebagai wahana penyerbu kastil tempat persembuyian James Bond.

Sedianya helikopter kepresidenan "Air Force One" terbaru AgustaWestland AW101 akan memperkuat Skadron Udara 45 yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma. Menggantikan heli kepresidenan NAS 332 L1/L2 Super Puma.

Namun kemudian muncul polemik yang menyudutkan sosok Helikopter AW 101. Entah apa motif pelaku yang meramaikan di media dan menjadikan kehadiran Heli AW 101 ini kontroversial. Tuduhan pun bermunculan disana sini yang mengatakan Heli tersebut kemahalan, ada mark up, ada selisih harga dan sebagainya.

Padahal tuduhan ini tidak ada konfirmasinya darimana mereka itu mendapatkan perbandingan harga. Apakah Heli AW 101 yang akan dibeli faktanya memang mahal atau hanya opini yang disebarkan dengan cara tidak bertanggung jawab. Opini yang dimunculkan sudah langsung menghakimi pembelian Helikopter tersebut sebagai tidak taat perintah atasan dan indikasi korupsi.

Saya ingin mengutip pernyataan dari seorang dokter yang juga direktur sebuah rumah sakit di Jakarta ketika beliau menyatakan tetap akan membeli sebuah perlengkapan laboratorium merek tertentu dari negara tertentu yang sangat mahal dibandingkan merek lain. Namun sang dokter tersebut kekeuh dan berani mengambil resiko untuk mempertahankan pendapatnya membeli alat tersebut.

Apa alasan sang dokter? "Ini menyangkut keselamatan manusia, saya tidak mau ambil resiko, berapapun harga alat tersebut, harus itu yang saya pilih, mau yang lain lebih murah, saya lebih percaya merek *** ya karena saya sebagai dokter tahu dan punya pengalaman dan bisa membandingkan mana alat laboratorium yang canggih dan mana yang tidak, terutama saya membutuhkan safety dan hasilnya akurat, karena alat ini untuk menyelamatkan manusia, maka saya tidak berani membeli alat lain. Selain itu merek *** buatan pabrik yang sudah dikenal dunia sebagai pabrik alat kesehatan ternama dan banyak dipakai di negara-negara lain," katanya.

Pandangan sang dokter itu saya analogikan dengan pembelian Helikopter AW 101. Banyak pandangan negatif dan mencibir bahwa pembelian Heli AW 101 pemborosan negara dan mahal. Mereka yang berpandangan seperti itu tidak memahami lebih mendalam, apa dasar kajian dibalik pembelian Heli tersebut.

Tentunya yang menjadi pertimbangan utama TNI AU dalam membeli heli ini adalah mencari alat angkutan udara yang paling aman di dunia. Karena yang akan menggunakan Heli tersebut adalah kepala negara. Maka keselamatan nyawa dan resiko menjadi pertimbangan nomor satu dibandingkan harga. Apakah kita berani mempertaruhkan keselamatan seorang Presiden hanya karena ingin membeli heli yang murah.

Heli AW 101 ini di dunia dikenal sebagai heli evakuasi medis dan SAR. Dari fungsinya yang sering dipakai untuk kegiatan tersebut bisa membuktikan bahwa Heli ini memang heli teraman di dunia. Dia memiliki tiga mesin penggerak baling-baling. Artinya heli ini punya mesin cadangan.

Bayangkan jika kita membeli Heli yang hanya punya mesin tunggal. Kemudian ketika sedang mengudara mesin itu tiba-tiba mati. Tentu heli itu akan terjun bebas. Oleh karena itu akal sehat dan pertimbangan keselamatan VVIP atau seorang pemimpin negara yang akan menggunakan Heli ini harus menjadi kajian dan pertimbangan, jangan asal membandingkan mobil buatan Eropa dengan mobil buatan China.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Pembelian Heli AW 101 ditolak. Niat yang baik tidak selamanya harus mendapatkan apresiasi. Yang penting kita berpijak pada sebuah kajian bahwa membeli alat angkutan udara untuk seorang Kepala Negara yang diutamakan adalah keselamatan, keselamatan dan keselamatan. Kita harus menjaga dan mengawal pemimpin kita agar dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraan beliau senantiasa diberikan keselamatan. ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun