Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Film Serial Kehidupan, Renungan Tutup Tahun 2018

1 Januari 2019   15:50 Diperbarui: 1 Januari 2019   15:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku tidak suka tayangan tv serial, cerita bersambung, dan film-film yang  tak berkesudahan kelanjutannya. Ketika suatu rangkaian cerita sudah mencapai klimaks, ternyata ada saja urusan menggantung yang perlu diselesaikan di rangkaian cerita musim tayang berikutnya. Dan di akhir musim tayang berikutnya itu, akan ada lagi sesuatu yang memancing rasa penasaran untuk menanti-nanti kelanjutannya. Kisahnya seakan-akan tak pernah tuntas.

Tampaknya kehidupan ini seperti film serial, dibagi dalam musim tayang tiap 365/366 hari (kalender masehi), 354-355 hari (kalender Jawa dan Hijriyah), atau tiap 354-366 hari (kalender Tionghoa). Tahun 2018 penanggalan Masehi sudah berakhir, saatnya membuka lembaran baru 2019. Bagiku, tahun baru adalah saatnya menonton ulang tayangan-tayangan tahun lalu, untuk selanjutnya memulai produksi film serial musim tayang tahun ini.

Perumpamaan itu sejalan dengan pepatah Mori di awal tulisan ini. Seringkali orang mengatakan lupakan masa lalu, tataplah masa depan. Bisa juga orang mengatakan hiduplah di saat ini dan sekarang (here and now), lain-lainnya kurang penting. Aku kurang setuju dengan dua keyakinan terakhir. Aku lebih sepakat dengan keyakinan Mori, bahwa diri kita dibentuk oleh benang merah projeksi tiga titik, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.

Kita ibaratnya anak kecil yang menggambar bentuk tertentu, seperti bebek, dengan cara menghubungkan titik-titik sebagai panduannya. Gambar bentuk kehidupan yang akan kita selesaikan di masa depan tidaklah sesederhana gambar bebek. Semuanya bergantung pada titik-titik mana dari masa lalu dan masa sekarang yang kita pilih untuk disambungkan.

Sebelumnya aku mengatakan tidak suka cerita bersambung. Namun, pada kenyataannya aku tetap menonton beberapa tayangan tv serial. Rasa penasaran, minat, dan ingin menikmati alur cerita pada akhirnya mengalahkan rasa sebal dan tidak sukaku. Seperti hidup dan pekerjaan kita juga kan? Banyak kemalangan, kesedihan, beban hidup yang kita alami, namun ketakjuban kita akan keindahan kehidupan mengalahkan berbagai perasaan kurang menyenangkan tersebut. Kita tetap terdorong untuk menjalani film kehidupan kita sampai tuntas di akhir nanti.

Film serial seperti apa yang ingin kita produksi dalam hidup kita? Seperti serial Star Trek, Breaking Bad, CSI, Black Mirror, Ultra Man, Dora Emon, Transformers, Monk, Heroes, Si Doel Anak Sekolahan, Baywatch, Knight Rider, The A-Team, Airwolf, atau Perception? Atau serangkaian film dengan sekuel tak berkesudahan, seperti Mission: Impossible, Fast and Furious, semesta Harry Potter (termasuk rangkaian film Fantastic Beasts), semesta Lord of the Rings, Die Hard, Toy Story, film-film komik pahlawan super Marvel Cinematic Universe (MCU), DC Extended Universe (DCEU), atau Monsters Universe (Universal Studios)?

Apakah Anda memiliki gangguan kejiwaan, seperti depresi atau membayangkan yang "enggak-enggak"? Anda dapat menyejajarkan pengalaman hidup Anda dengan serial TV Monk dan Perception. Detektif Monk menderita gangguan obsesif kompulsif (OCD), terobsesi pada kebersihan, kuman, rutinitas, dan keteraturan. 

Dr. Daniel Price dalam serial Perception menderita skizofrenia, sulit membedakan mana yang realitas dan mana yang khayalan semata. Namun keduanya memiliki bakat dan keahlian dalam memecahkan misteri pembunuhan. Jika Anda memiliki kekurangan diri atau masalah psikologis, berkontribusilah untuk memecahkan masalah di masyarakat atau tempat kerja/studi Anda. Yakinlah Anda memiliki bakat dan keterampilan yang diperlukan dalam bidang tertentu.

Apakah hidup Anda di tahun 2018 tak henti-hentinya dirundung masalah, konflik, dan kegagalan? Anda dapat saja membuat film kehidupan seperti serial Breaking Bad dan Black Mirror. Tokoh-tokoh utama dalam kedua serial tersebut bernasib suram. Tetapi ada banyak pelajaran hidup di dalamnya. Pelajaran agar kita tak menjadi seperti mereka.  

Jangan khawatir. Pada umumnya, tokoh-tokoh dalam film atau kisah mana pun, akan mengalami suatu konflik atau kegagalan dulu. Setelah mendapatkan pencerahan atau bantuan, barulah mereka bangkit kembali untuk menyelesaikan masalahnya. Itu sudah rumusan umum dalam berbagai kisah, terutama film-film produksi Hollywood.

Jangan bikin hidup Anda sesuram Breaking Bad dan Black Mirror. Buatlah menjadi semenarik rangkaian film Harry Potter, Lord of the Rings, maupun Die Hard. Dalam film-film tersebut, tokoh-tokoh utamanya seringkali jatuh ke kedalaman palung kesalahan dan kegagalan. Namun, mereka punya suatu misi yang harus dikerjakan, sebuah niat baik yang harus diwujudkan, dan banyak penjahat yang harus dikalahkan. Pada akhirnya mereka berhasil.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun