Khusyu' adalah takut--- itu adalah hakikatnya. Dan rasa takut itu yang menjadikan kita tunduk dengan ikhlas.Â
Jangan menyamakan khusyu' dengan takut kepada makhluk: kepada manusia, kepada hewan berbahaya, atau kepada kegelapan. Takut itu sendiri sebenarnya punya banyak bentuk, sehingga terlalu menyederhanakan khusyu' adalah takut juga merupakan sesuatu yang kurang tepat. Kata-kata atau kalimat pun juga susah menggambarkan khusyu' itu. Tapi, kita menjembataninya sedikit dengan analogi.
Lihat langit dan lihat betapa luasnya. Belum lagi, di langit itu ada berbagai macam benda seperti planet, asteroid, bintang dan lain-lain ---betapa menakjubkan langit ini.Â
Lalu bayangkan tanpa rupa, bahwa langit dan segalanya itu ada penciptanya. Jika kita cukup imajinatif dan peka, biasanya kita akan merasakan sesuatu: kebesaran, keluasan, kekuatan, keindahan; dan di dalamnya terkandung lagi rasa ketakberdayaan dan keterbatasan kita sebagai manusia.Â
Ada rasa takut yang lembut bahwa Sang Pencipta langit ini punya kekuatan yang luar biasa hebatnya---yang bisa menjadi luar biasa baik atau luar biasa mengerikan; ini membuat kita takut. Dan, karena Dia punya kehebatan yang tak terkira-kira, kita juga merasa tenang, dan lega: sebab ternyata Pencipta kita adalah sesuatu yang luar biasa, sehingga kita bisa bergantung padanya; sehingga kita tak perlu khawatir---kita ikhlas tunduk pada Dia.Â
Nah, inilah kira-kira rasa khusyu' itu.
Rasa itu adalah gabungan dari keterpanaan, ketakberdayaan, kekhawatiran, dan kedamaian. Bisa jadi ada sedikit kebahagiaan, tapi pada bentuk paling murni dari rasa khusyu', belum ada kebahagiaan disana, meski kemudian jika kita konsisten khusyu' sepanjang hidup maka kita akan menemukan kebahagiaan juga.Â
Khusyu' lebih dekat dengan kedamaian batin.
Tapi bukan pula sekedar damai yang dangkal, misalnya, karena suasana tempat ibadah yang kondusif, irama pembacaan yang enak atau fasilitas. Jika tidak ada rasa takut disana, maka belum lagi dikatakan khusyu'. Dan untuk mendapatkan rasa takut itu, kita harus mengerti.
Mengerti yang bagaimana? Mengerti tentang arti dan makna bacaan-bacaan sholat kita, itu pintu masuk pertama.Â
Karena realitas dunia ini hanya Pencipta yang mengetahuinya, dan karena keterbatasan otak kita memahami, kita mau tidak mau mesti nurut ke Pencipta.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!