Penulis Amerika paruh pertama abad ke-19 James Fenimorr Cooper mengidentifikasi empat karakteristik dasar demagog antara lain mereka membentuk diri sebagai penentang elit, mereka memiliki hubungan mendalam dengan komunitas melebihi popularitas politik biasa.
James juga menyebutkan sosok demagog pintar memanipulasi hubungan dengan pengikutnya itu untuk popularitas diri dan ambisi pribadi. Bahkan ia juga mengancam dan melanggar aturan perilaku umum, institusi, bahkan melanggar norma hukum yang sudah ditetapkan.
Kaum demagog lihai menarik orang miskin dan bodoh dengan suatu imajinasi tertentu. Bisa dengan fantasi soal capaian ekonomi, politik, ataupun keagamaan. Ia pun tak segan menyampaikan hasutan terhadap siap pun yang tak sejalan, terkadang menggunakan cara-cara kekerasan.
Tentunya, sangat berbahaya menempatkan sosok demagog itu dalam percaturan politik. Apalagi bersifat permisif kepadanya atau malah memanfaatkan sebagai basis kekuatan. Lebih bahaya jika kemudian tokoh politik dan pemangku kekuasaan mencari jalan pintas dengan memanfaatkan kalangan militan pada kaum demagog yang berada di luar sistem tersebut.
Itu sebabnya penting bagi para pemimpin daerah hingga pemimpin negara termasuk politikus tidak membangun konsensus dengan kalangan demagog yang sebenarnya lebih banyak bersifat pecundang.Â
Sebaiknya, lebih mengedepankan norma-norma baku kehidupan demokrasi, seperti toleransi, membangun hidup bersama, berdamai dalam perbedaan, membangun kejujuran dan kepercayaan, menarik batas yang jelas tentang benar dan salah tanpa pernah bermain dalam ranah abu-abu, termasuk mengedepankan hukum, perlakuan adil.
Dari paparan di atas dan judul tulisan ini, saya mengajak untuk merenung. Â Ada tidak sosok demagog di sekitar kita.
Pembaca lah yang menyimpulkan. Meski saya sudah juga punya kesimpulannya. Semoga sama.