Mohon tunggu...
Edisti Regita Faradia
Edisti Regita Faradia Mohon Tunggu... UNIVERSITAS MERCU BUANA

Edisti Regita Faradia - Nim 43223010028 Universitas Mercu Buana Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., AK., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

12 Oktober 2025   22:14 Diperbarui: 12 Oktober 2025   22:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu alam (Erklaren) — menjelaskan dunia dengan hukum sebab-akibat yang objektif dan terukur.

  • Ilmu manusia (Verstehen) — memahami makna kehidupan melalui pengalaman batin dan interpretasi.

  • Kedua cara ini sama-sama rasional, tetapi memiliki logika dan tujuan yang berbeda. Erklaren berusaha menemukan hukum universal, sedangkan Verstehen berusaha menyingkap makna dalam konteks tertentu. Dalam akuntansi, hal ini berarti bahwa tidak semua fenomena ekonomi bisa dijelaskan dengan angka atau rumus. Ada dimensi makna, emosi, dan nilai yang harus dipahami dengan cara interpretatif.

    Dalam konteks akuntansi, pendekatan positivistik (yang meniru ilmu alam) mendominasi penelitian selama bertahun-tahun. Peneliti fokus pada korelasi empiris seperti hubungan antara leverage dan profitabilitas atau pengaruh CSR terhadap nilai pasar. Pendekatan ini penting, tetapi tidak cukup, karena hanya melihat fenomena dari luar tanpa memahami pengalaman manusia di dalamnya.

    Dilthey menawarkan jalan lain : pendekatan hermeneutik, yaitu upaya memahami makna di balik data dan angka. Ia menyebutnya sebagai “menafsir kehidupan” (Erlebnis), bukan sekadar mengukur gejala. Dalam akuntansi, ini berarti bahwa angka bukan hanya hasil perhitungan, melainkan juga hasil pengalaman, nilai, dan pilihan moral pelaku ekonomi.

    Hermeneutika juga menekankan bahwa proses memahami tidak pernah bersifat statis. Pemahaman selalu bergerak dalam “lingkaran hermeneutik”, di mana peneliti terus menafsir dan memperbarui makna berdasarkan konteks baru. Dengan demikian, penelitian akuntansi hermeneutik tidak berhenti pada hasil akhir, tetapi terus terbuka terhadap interpretasi baru seiring perubahan sosial dan budaya.

    b. Fisiologi dan Psikologi sebagai Metafora Epistemologis

    Dilthey menggunakan dua metafora penting: fisiologi dan psikologi.

    • Fisiologi menggambarkan cara mengetahui ilmu alam : mengamati dari luar, mencari hubungan sebab-akibat, dan melakukan eksperimen. Dalam akuntansi, ini seperti penelitian kuantitatif yang memandang laporan keuangan sebagai objek terpisah dari manusia.

    • Psikologi, sebaliknya, mewakili cara memahami manusia dari dalam melalui empati dan pengalaman. Dalam konteks akuntansi, pendekatan ini berupaya memahami bagaimana pelaku ekonomi menghayati konsep seperti “laba”, “utang”, atau “tanggung jawab”.

    Dengan kata lain, epistemologi hermeneutik mengajarkan bahwa pengetahuan sejati tentang akuntansi tidak hanya datang dari angka, tetapi dari makna di balik angka tersebut. Seorang peneliti hermeneutik harus mampu “menghidupkan kembali” pengalaman batin pelaku ekonomi untuk memahami bagaimana mereka menafsirkan angka dan laporan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    13. 13
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
    Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun