Dilthey berpendapat bahwa manusia tidak bisa dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah-positivistik sebagaimana benda-benda alam. Manusia harus dipahami dari dalam, melalui pengalaman, makna, dan nilai-nilai yang dihayatinya. Karena itu, ketika kita berbicara tentang teori akuntansi, kita seharusnya tidak hanya bertanya “bagaimana angka bekerja”, tetapi juga “apa makna angka bagi kehidupan manusia”. Dengan perspektif ini, akuntansi menjadi bagian dari ilmu kemanusiaan ilmu yang hidup, bermakna, dan sarat nilai moral.
Pendekatan hermeneutik Dilthey juga membantu menjembatani kesenjangan antara rasionalitas ilmiah dan pengalaman manusiawi. Dalam dunia modern yang sangat menekankan kuantifikasi, akuntansi sering kehilangan sisi kemanusiaannya. Padahal, setiap angka yang ditulis memiliki latar belakang historis, konteks sosial, dan niat moral yang tidak bisa diabaikan. Dengan memahami hal ini, kita tidak hanya menghitung laba, tetapi juga memahami penderitaan, perjuangan, dan tanggung jawab di baliknya.
Artikel ini akan membahas pemikiran Dilthey dalam tiga aspek utama yang relevan untuk teori akuntansi : epistemologi (bagaimana pengetahuan akuntansi diperoleh), ontologi (apa realitas yang dipelajari akuntansi), dan aksiologi (apa nilai dan tujuan moral di balik akuntansi). Melalui pendekatan hermeneutik, akuntansi dapat dipahami sebagai ekspresi kehidupan manusia yang penuh makna, bukan sekadar sistem hitung-mengetik tanpa jiwa.
Penjelasan
Mengapa Hermeneutika Penting dalam Akuntansi
Wilhelm Dilthey mewarisi gagasan dari Schleiermacher yang menekankan pentingnya menafsir teks. Namun Dilthey memperluasnya : bukan hanya teks yang harus ditafsir, tetapi juga kehidupan manusia itu sendiri. Baginya, memahami kehidupan (Erlebnis) berarti memahami seluruh ekspresi yang muncul dari pengalaman manusia mulai dari bahasa, seni, budaya, hingga sistem sosial seperti akuntansi.
Akuntansi, dalam kerangka ini, bukan hanya alat pencatatan ekonomi, melainkan juga narasi eksistensial yang menceritakan bagaimana manusia memahami dirinya melalui aktivitas ekonomi. Ketika seorang akuntan menyusun laporan keuangan, ia tidak hanya menulis angka, tetapi menulis kisah tentang kerja keras, tanggung jawab, dan keinginan untuk diakui.
Dengan cara ini, hermeneutika memberikan dasar baru bagi teori akuntansi. Ia menolak anggapan bahwa pengetahuan hanya valid jika bersifat kuantitatif. Pengetahuan yang sahih juga bisa lahir dari pemahaman makna, nilai, dan konteks sosial tempat akuntansi hidup.
1. Epistemologi Hermeneutik : Dua Cara Mengetahui dalam Akuntansi
a. Dualitas Ilmu : Penjelasan dan Pemahaman
Dilthey menolak gagasan bahwa semua ilmu harus tunduk pada metode eksakta seperti ilmu alam. Baginya, ada dua cara mengetahui yang berbeda secara mendasar :