Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berkah Ngeblog dari Kompasiana dan Pentingnya Menjalin Relasi Sosial

20 November 2016   17:25 Diperbarui: 20 November 2016   17:37 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Blogshop, ajang menimba ilmu sekaligus kopdar pertama yang saya ikuti (dok.pri)

"Hallo... Bisa bicara dengan Mbak Edi Kusumawati?", terdengar suara wanita di handphone saya.

"Iya.. Saya sendiri. Ini siapa ya?", saya balik bertanya, manakala nomer yang masuk tak tersimpan di handphone saya.

"Ini saya Oza dari Kompas.com, begini Mbak.. Mbak Edi terpilih untuk menjadi buzzer kami. Jadi nanti Mbak Edi diharuskan membuat artikel tentang profile seseorang yang materinya sudah kami siapkan. Nah, nanti artikel itu harus diposting di akun Kompasiana Mbak. Untuk detailnya nanti akan saya kirim ke email Mbak." Suara wanita yang mengaku bernama Oza itu mulai menjelaskan maksud dan tujuan menghubungi saya.

"Artikel? Gak salah nih Mbak? Tulisan saya kan biasanya curhatan ngasal yang gak jelas gitu Mbak?" Saya masih bingung dan berharap Mbak Oza ini salah menghubungi orang.

Bagaimana saya percaya orang yang menghubungi saya ini tidak salah orang. Sementara saya menganggap tulisan saya rata-rata hanya curhatan ala emak-emak pada umumnya. Gaya penulisannya pun santai dan ringan bahkan sering sak karepe dewe. Sama sekali tak terlihat serius layaknya penulis-penulis yang sudah banyak makan garam di dunia kepenulisan. Lha ini disuruh nulis artikel, profile seseorang pula. Wah, jelas saja saya mengira Mbak Oza ini salah orang.

"Lho justru mungkin hal itulah yang membuat Mbak Edi terpilih. Pokoknya nanti Mbak Edi tulis materi yang sudah kami sediakan seperti kalau Mbak Edi nulis di Kompasiana. Bagaimana Mbak, saya kirim ya materinya ke email Mbak?"

Begitulah kira-kira percakapan saya dengan seseorang yang meminta saya untuk menjadi buzzer. Ya buzzer tentang suatu event yang diselenggarakan oleh salah satu perbankan nasional. Saya masih ingat betul kejadian itu terjadi suatu siang di akhir bulan Agustus 2013 karena saya masih menyimpan email yang dikirimkan orang itu sampai sekarang.

Email untuk menjadi buzzer yang masih saya simpan (dok.pri)
Email untuk menjadi buzzer yang masih saya simpan (dok.pri)
Itu mungkin adalah moment terbaik, tak terlupakan sekaligus tak terduga buat saya selama bergabung di Kompasiana ini. Bagaimana tidak, saya yang merasa masih penulis ecek-ecek dan tulisannya masih banyak tak bermutunya dibanding penulis-penulis lain yang tulisannya saya kagumi di Kompasiana ini ternyata bisa juga terpilih untuk jadi buzzer? Dan yang membuat saya terhenyak ketika saya baca email tersebut, imbalan yang akan diberikan pada saya kala itu sungguh diluar perkiraan saya. Untuk 2 artikel yang saya tulis, saya diberi imbalan hingga jutaan rupiah/artikel. Sungguh nominal yang besar buat penulis curhat seperti saya ini. Padahal untuk menuliskan artikel tersebut, saya tak perlu susah-susah untuk mewawancarai profile orang yang akan saya tulis. Materi atau bahan menulis sudah disediakan, gaya penulisan tetap seperti biasa saya menulis, enak bukan? Bagaimana mungkin saya menolak rejeki nomplok seperti itu, ya kan? Di saat orang lain sibuk menawarkan tulisannya ke media agar bisa dimuat dan mendapatkan imbalan, saya malah yang ditawari. Warbiyasahhh kan?

Berkah Ngeblog di Kompasiana

Kompasiana buat saya ibarat "sekolah". Berapa kali sudah saya katakan di dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, Kompasiana ini adalah tempat saya menimba ilmu atau ngangsu kawruh dalam hal tulis-menulis. Beruntung saya pernah ikut acara "Kompasiana Blogshop" yang diadakan di Balikpapan waktu itu, sekitar bulan September 2011. Ini adalah acara offline dari Kompasiana sekaligus kopdar pertama yang saya ikuti sejak bergabung di Kompasiana. Kalau diintip di profile saya, di sana tertulis tanggal bergabung saya 25 Januari 2011. Artinya sudah cukup lama juga ya saya gabung di Kompasiana ini hehehe.

Name tag ketika ikut Kompasiana Blogshop 5 tahun lalu, masih saya simpan sampai sekarang hehehe (dok.pri)
Name tag ketika ikut Kompasiana Blogshop 5 tahun lalu, masih saya simpan sampai sekarang hehehe (dok.pri)
Di ajang Kompasiana Blogshop itu saya bertemu dengan banyak teman se-Kalimantan Timur dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi. Teman-teman yang sebelumnya hanya saya kenal di kolom komentar, nyatanya benar ada orangnya. Mereka benar-benar akun nyata dan bukan kloningan hahaha. Begitu cair suasana saat itu dan tak ada kecanggungan di antara kami, meski itu adalah kali pertama bertemu. Tidak ada istilah senior dan junior di sana. Yang menyatukan dan menyamakan kami adalah sama-sama senang menulis atau ngeblog di Kompasiana.

Beruntungnya lagi, di sana saya bertemu dengan duo admin Kompasiana kala itu, yaitu Kang Pepih Nugraha dan Mas "Isjet" Iskandar Zulkarnaen. Dari duo admin Kompasiana ini saya belajar banyak tentang bagaimana ngeblog yang benar, bagaimana agar tulisan kita banyak dibaca orang, bahkan bagaimana agar kita bisa menampilkan personal branding kita.

Saya masih ingat, tulisan pertama saya di Kompasiana kala itu masih minim pembaca. Selain itu juga tak ada satu pun pembaca yang menanggapi atau mengomentarinya. Sedih? Untungnya saya bukan tipikal seperti itu. Saya tetap saja menulis dan juga membaca tulisan teman-teman Kompasianer lain. Itulah cara lain saya belajar meningkatkan kualitas tulisan saya. Pelan tapi pasti postingan saya pun akhirnya mulai sering diganjar HL (headline) oleh admin, salah satu hal yang mungkin kala itu sangat-sangat dirindukan oleh penulis, termasuk penulis ecek-ecek seperti saya. Bangga rasanya kalau satu tulisan saya bisa nangkring di kolom HL. Bagaimana tidak bangga karena tulisan saya berkesempatan untuk "dipelototin" pembaca, paling tidak lebih lama dibandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang tidak masuk HL.

Ibarat orang jualan, HL saya anggap sebagai ajang untuk memamerkan dagangan saya, dalam hal ini tulisan, entah  itu berupa reportase atau opini. Dengan HL-nya tulisan saya, secara tidak langsung saya juga telah menunjukkan bagaimana personal branding saya. Bagaimana gaya saya menulis, bagaimana cara saya menuturkan atau memaparkan apa yang saya lihat dan alami tentang suatu peristiwa ketika saya menuliskannya dalam bentuk reportase. Semua bisa terlihat dalam setiap tulisan saya.

Saya tak pernah peduli ketika orang menilai saya terlalu "slengekan", ceplas-ceplos, blak-blakan atau bahkan terkesan koplak di setiap tulisan saya. Ya karena itulah saya, itulah diri saya yang sebenarnya, itulah personal branding saya yang bisa saya "jual" dalam setiap tulisan saya agar bisa menarik minat pembaca. Dan ilmu dalam menampilkan semua itu saya dapatkan dari ajang yang namanya Kompasiana Blogshop. Jadi buat teman-teman kompasianer, khususnya member baru kalau ada ajang-ajang semacam itu cobalah ikuti karena sedikit banyak pasti akan ada manfaat yang kita peroleh di kemudian hari.

Kenapa ajang semacam itu perlu kita ikuti karena di kesempatan semacam itu biasanya admin Kompasiana atau mungkin nara sumber yang diundang, tak bosan-bosannya membagikan tips-tips atau trik agar tulisan kita disukai pembaca. Bukan hanya itu, bahkan jika kita ingin tulisan kita bisa tembus ke media cetak sekali pun, admin-admin Kompasiana tak pernah pelit membagi ilmunya. Setidaknya itu yang saya alami. 

sebagian hasil dari ngeblog hehehe (dok.pri)
sebagian hasil dari ngeblog hehehe (dok.pri)
Saya masih ingat di suatu perjalanan dari Balikpapan menuju Bontang, atau ketika saya tengah mudik ke kampung halaman di Yogyakarta, entah kenapa tiba-tiba saja tertarik untuk menuliskan kisah yang saya jumpai selama perjalanan itu, yang menurut saya belum pernah ada yang menuliskannya di Kompasiana. Saya coba terapkan rumus "5W + 1H" yang saya peroleh ketika Blogshop kala itu dalam tulisan saya. Benar saja, ketika saya publish citizen journalisme ala saya itu tak hanya diganjar HL di Kompasiana, tapi juga layak tayang di kolom "Freez", satu lembar halaman di harian Kompas yang khusus disediakan bagi penulis-penulis di Kompasiana yang tulisannya terpilih untuk tayang di lembar itu setiap minggunya. Karena hanya ada satu lembar, itu pun hanya seminggu sekali, maka tak banyak penulis yang bisa dimuat tulisannya di sana. Beruntung saya termasuk yang pernah merasakan nikmatnya masuk di lembar Freez ini. Dan itu tak hanya sekali lho hehehe. Bangga dong? Pastinya! Lumayanlah untuk nambah-nambah isi curriculum vitae saya hahaha. 

Namanya tulisan dimuat di koran, otomatis ada honornya dong? Berapa kira-kira honor tulisan saya yang dimuat di Freez  kala itu? Kalau semangkok bakso dan segelas es teh saja harganya 20 ribu rupiah, maka saya sudah bisa mentraktir 25 orang sekaligus dari sekali saja dimuat di kolom utama Freez. Lumayan kan hehehe. Ini juga berkah ngeblog di Kompasiana. Tapi sayang, lembar Freez sekarang tak ada lagi di harian Kompas *hiks. Mudah-mudahan setelah saya curhat ini, lembar Freez diadakan lagi ya *ngarep.

Tak hanya dimuat di lembar Freez harian Kompas, gara-gara tulisan saya yang masuk HL kala itu, seorang Kompasianer yang kebetulan bekerja di salah satu departemen sekaligus mengelola majalah internal departemen itu pernah meminta ijin tulisan saya yang HL itu untuk dimuat di majalah yang dikelolanya. Tentu saja dengan sedikit editing di sana-sini agar layak tayang di majalah. Dan ternyata ada juga imbalannya lho! Lumayanlah kalau untuk sekedar beli pulsa. Lagi-lagi ini juga berkah ngeblog di Kompasiana hahaha.

Begitulah, tulisan saya pun mulai menemui "jodohnya". Tulisan yang menurut saya hanya sekedar curhatan ala emak-emak, yang ditulis dengan santai dan ringan ternyata bisa juga menarik minat pembaca. Dari situlah akhirnya saya mulai "pede" dengan gaya penulisan saya yang seperti itu. Saya mulai menemukan personal branding pada diri saya yang itu justru bisa saya temukan dengan cara menulis dan menulis terus, tentang apa pun. Apalagi saya memang tak pernah membatasi tema dan genre tulisan. Apa pun saya tulis dan curhatkan ke Kompasiana. Namanya juga tukang curhat, semua-semua rasanya pengin saya curhatkan hahaha. Mau itu menggembirakan, menyedihkan, mengharukan atau bahkan menyakitkan sekalipun pernah saya posting di Kompasiana ini lho. Norak kali ya? Tapi ya mau bagaimana lagi, itulah proses saya belajar menulis. 

Pernah suatu ketika saya menulis tentang kebiasaan seorang Syahrini, itu lho penyanyi yang ulala manja cetar membahana. Ehh..  diluar dugaan, tulisan iseng tentang kebiasaan Syahrini yang suka latah bilang "Alhamdulillah ya...sesuatu!" itu justru di hybrid oleh Kang Pepih ke Kompas.com. Senang, pastilah! Saking seringnya posting di Kompasiana pula, saya pernah sampai pada tahap kecanduan. Mungkin tak hanya saya saja, banyak kompasianer yang punya motto "tiada hari tanpa ngompasiana" kala itu hahaha. Bagaimana tak kecanduan jika dibalik tulisan yang saya posting di Kompasiana ini, saya justru bertemu dengan banyak kompasianer dengan berbagai macam karakter melalui kolom komentar. Di kesempatan itu saya bisa berhahahihi sepanjang hari, tanpa kenal waktu meski hanya lewat kolom komentar. 

Saking intensifnya bertegur sapa sesama kompasianer di kolom komentar, akhirnya berlanjut ke media sosial lain di luar Kompasiana. Facebook dan yahoo messenger (kala itu) diantaranya. Dari sanalah akhirnya muncul grup-grup berbeda di facebook yang anggotanya merupakan penulis di Kompasiana. Yang gemar berfiksi ria tergabung di grup FB Fiksiana Community, yang hobby ngoplak tergabung di grup FB Planet Kenthir, yang hobby motret tergabung di grup FB Kampret, yang hobby karaokean tergabung di grup FB Kokain, dan masih banyak grup-grup FB yang membernya merupakan penulis-penulis di Kompasiana. Karena saya kebetulan menggemari banyak hal dan memang pengin tahu dan ingin belajar tentang banyak hal, maka saya pun tergabung di grup-grup FB tersebut.

Grup-grup FB yang terlahir dari kesamaan hobby nulis di Kompasiana ini sering juga mengadakan event-event yang masih ada hubungannya dengan dunia tulis-menulis. Tengok saja grup Fiksiana Community, beberapa kali event menulis fiksi pernah diadakan dan hasilnya beberapa buku lahir dari event ini. Saya adalah salah satu yang pernah ikut menghasilkan buku keroyokan bareng kompasianer lainnya. Berkah ngeblog lagi kan hehehe.

Menjadi buzzer di Kompasiana, artikel di muat di lembar Freez Kompas, atau menerbitkan buku bersama kompasianer lainnya saya maknai sebagai berkah ngeblog. Dengan ngeblog, tak hanya materi yang bisa kita dapatkan tapi juga kepuasan batin. Saya sudah sangat puas ketika tulisan saya dinilai menginspirasi banyak orang. Kalau pun sampai akhirnya di ganjar HL, itu saya anggap sebagai bonus. Begitu pun ketika kita terhubung dengan banyak teman lantaran ngeblog, itu juga bonus buat saya.

Pentingnya Menjalin Relasi Sosial

Kalau kita sering dengar istilah "banyak anak, banyak rejeki", kalau buat saya "banyak teman, banyak rejeki." Ya begitulah, sesuai dengan mottonya "Sharing and Connecting", Kompasiana buat saya tak hanya tempat berbagi kisah tapi juga menjalin pertemanan. Jalinan pertemanan inilah yang sampai sekarang sulit saya tinggalkan. Meski tak serajin dulu dalam berbagi kisah lewat Kompasiana, tapi jalinan pertemanan saya dengan sesama kompasianer masih berlanjut sampai sekarang. Grup-grup FB yang saya ikuti menjadi pengikat hubungan itu. Buat saya menjalin relasi atau pertemanan itu penting karena terkadang banyak sekali informasi dan manfaat yang bisa kita dapatkan dari sana. Saya ingat betul pernah terbantukan oleh seorang kompasianer lantaran dia mau mewakili saya untuk menerima hadiah lomba ngeblog di luar Kompasiana. Saya yang tinggal di Bontang, Kalimantan Timur ini terpaksa mewakilkan penyerahan hadiah lomba blog yang saya ikuti kepada seorang kompasianer yang tinggal di Jakarta karena kebetulan penyerahan hadiah dilakukan di kota itu. Tak tanggung-tanggung hadiah yang saya peroleh kala itu adalah sebuah sepeda motor. Dan informasi tentang lomba itu saya peroleh dari teman kompasianer sekaligus pengambilan hadiahnya pun diwakili oleh teman kompasianer yang baik hati dan tidak sombong itu hahaha. Padahal saya sama sekali belum pernah bertatap muka dengannya lho! Itu dulu, kalau sekarang sih paling tidak sudah dua kali saya kopdar dengan kompasianer yang banyak membantu saya itu. Dan ternyata orangnya juga asyik, persis seperti kalau berhahahihi di kolom komentar.

kopdar dengan kompasianer jakarta (dok.pri)
kopdar dengan kompasianer jakarta (dok.pri)
Kopdar dengan kompasianer Solo dan Yogyakarta (dok.pri)
Kopdar dengan kompasianer Solo dan Yogyakarta (dok.pri)
kopdar dengan kompasianer dari Hongkong, Jatim, Cilegon dan Yogyakarta (dok.pri)
kopdar dengan kompasianer dari Hongkong, Jatim, Cilegon dan Yogyakarta (dok.pri)
Kopdar dengan kompasianer Jakarta dan Jatim di Bontang (dok.pri)
Kopdar dengan kompasianer Jakarta dan Jatim di Bontang (dok.pri)
Itulah kenapa saya begitu menikmati pertemanan dengan kompasianer. Di mana saya berada, sepanjang saya bisa saya akan berusaha untuk terus keep contact dengan mereka. Saya seperti punya keluarga baru di Kompasiana ini. Ketika saya mudik ke Yogyakarta, saya selalu berusaha mengagendakan untuk kopdar dengan sesama kompasianer di sana. Pun begitu ketika saya berkunjung ke kota lain, agenda kopdar dengan kompasianer selalu saya selipkan di jadwal kunjungan saya. Entah kenapa itu sudah seperti keharusan bagi saya untuk melakukannya. Setidaknya kalau saya kesasar di kota mereka, saya bisa minta antar pulang hahaha. Pasti mereka tak keberatan.  Namanya juga "keluarga" hehehe. Itulah pentingnya menjalin relasi sosial dengan sesama kompasianer.     

Akhir kata, semoga di usianya yang ke-8 tahun ini, Kompasiana masih terus mau berbagi ilmu kepada para kompasianer. Masih terus mau menampung curhatan ala emak-emak seperti saya ini. Dan pastinya gratis hehehe. Sekali lagi saya ucapkan selamat ulang tahun yang ke-8 untuk Kompasiana. Maju terus Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun