Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (16. Asa Menggantung di Sambas Darussalam)

27 Januari 2022   05:09 Diperbarui: 27 Januari 2022   05:14 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari pictsart app

Dicatatkan juga juga oleh Meneer Oliver Van Dijk, tentang cerita kapal kapal perang yang telah disiapkan oleh Kerajaan Sambas Darussalam untuk memberikan efek gentar lawan-lawannya yang berani mengusik kedaulatan wilayahnya. Tersebut ada 2 kapal layar yang cukup disegani oleh siapapun lawannya ditambah kekuatan pelaut-pelautnya yang berani mati menyebabkan musuh akan berfikir 2 kali untuk berani mengusik Kerajaan Sambas Darussalam. Dua kapal tersebut adalah

Srinegara, kapal yang sangat lincah bermanuver. Dipersiapkan khusus meriam besar bernama Laggum didalamnya. Kapal yang sangat handal dalam mengejar, menghadang dan tidak akan takut jika harus menembak kapal-kapal yang mencurigakan dan berani masuk dalam wilayah perairan kerajaan tanpa izin. Kapal layar Srinegara, biasa dinakhodai oleh Raja Dato Aurum, seorang raja pemberani dan sangat mahir dalam melakukan taktik perang dilaut. Kapal dengan tipe penjelajah yang dapat bergerak dialur sungai yang tidak terlalu lebar sekaligus ulet di samudra. Tipikal kapal layar ini adalah menyerang lebih dulu untuk menghindari banyaknya korban.

Maharajalela, adalah tipe kapal yang disiapkan kerajaan untuk selalu melakukan pertahanan selama mungkin dalam kondisi apapun. Ada satu senjata spesial yang ditempelkan dan sesuai dengan nama kapal layar  ini  yaitu meriam Maharajalela. Artinya siapapun tiada dapat membendung jika senjata tersebut harus memuntahkan pelurunya. Maharajalela seperti radar dalam mencari, mengejar dan merobohkan musuh jika tidak menuruti perintah.

Disampaikan kepadaku bahwa kapal-kapal tersebut secara bergantian juga melakukan tugas berlayar seperti ke kerajaan Banjar, Johor, Malaka, Brunei dan Batavia untuk berbagai macam keperluan. Tidak jarang kapal tersebut juga melakukan perang dilautan saat berlayar. Perang tidak bisa dielakkan lagi saat kapal terancam dirampok dan ditenggelamkan oleh musuh yang akan mengambil banyak komditas mahal yang tersimpan didalam lambung kapalnya.

Komoditas lainnya juga diincar oleh perompak-perompak dari kapal layar Sambas Darussalam adalah seperti  intan, mutiara, timun laut, sarang burung dan lada; sehingga tidak jarang kapal menjadi incaran pihak-pihak yang ingin melakukan kejahatan di lautan. Oleh karena itu tidak jarang disamudra, kapal akan saling kejar demi mempertahankan harga diri sebagai penguasa wilayah perairan kerajaan Sambas Darussalam.

Dua kapal itu juga merupakan simbol kedigdayaan Sambas Darussalam dalam menguasai wilayah samudra yang berada diwilayah kekuasaannya. Jika lengah dan lemah,musuh dan pihak-pihak yang iri dengan kekayaan alam yang dipunyai akan segera merapat, menyerang dan menguasai wilyah yang diberkati tersebut. Tidak ada jalan lain. Selain sedaya upaya mempertahankan Sambas Darussalam dengan cara apapun.

Terakhir ada sebuah catatan khusus sangat berharga dari Meneer Van Dijk yang kuintisarikan dalam catatan khusus yang merupakan latar budaya masyarakat Sambas dan harus difahami oleh setiap pendatang.

                Sarannya yang  terpenting adalah agar kehidupan beragama masyarakat pribumi yang  agamis mengikut Muhammad untuk tidak diusik. Jika  hal tersebut dilakukan, maka sama saja  membangunkan singa tidur yang siap mengamuk dan menerkam dengan buas apa saja yang ada didepannya. Taruhannya adalah cengkraman kekuasaan yang telah dipegang Belanda sekian lama dipastikan segera runtuh. 

Penting untuk lebih menyemarakkan  lagi  adat istiadat agar tetap hidup berkembang, sejalan dengan kehidupan agamis masyarakatnya. Penengah diperlukan saat terjadi pertentangan yang akan selalu muncul diantara agama dan adat budaya yang masih sangat kental, yang sebenarnya sedang terjadi pelemahan dalam masyarakat pribumi itu sendiri. Disanalah peran penengah, sehingga penguasa kulit putih akan tampak terlihat berperan besar.

Kegiatan politik dan berserikat tetap sangat terlarang. Penangkapan dan pemenjaraan harus dilakukan jika hal tersebut nekat dilakukan oleh orang-orang  pribumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun