Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Aki 20 Tahun yang Lalu...

25 Januari 2022   05:30 Diperbarui: 25 Januari 2022   05:45 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari Canva app

 

Ingin rasanya aku segera menghakhiri perjalanan yang membuat jiwaku tergoncang,.tetapi motor ini terasa terus ingin membawaku ketujuan awal.

 

 Kemudian terlihat olehku beberapa onggokan setinggi pinggang manusia dewasa yang berisi kepala-kepala manusia yang telah terpisah dari tubuh. Sapi-sapi berlarian dan terdengar sangat ketakutan. Aku berhati-hati sekali karena takut tertabrak oleh sapi-sapi yang malam itu berubah menjadi sangat liar. Sedang pemburu-pemburu pengganti malaikat Izrail  terus berdatangan secara bergerombol. Mereka tiba-tiba saja memasuki rumah-rumah yang sudah ditandai sebelumnya seperti dalam keadaan tidak sadarkan diri.Kemudian hari aku diberitahu bahwa segerombolan orang-orang yang bergerak sangat cepat tersebut telah meminum sejenis minuman yang telah dimantrai terlebih dahulu. Sehingga mereka berubah menjadi singa lapar yang siap membantai apa saja yang telah ditargetkan.

 

Malang tak dapat diraih dan ditolak. Orang yang kuperjuangkan untuk menjenguknya malam itu telah pergi mendahului beberapa saat sebelum aku sampai disana.Segera aku bergegas untuk kembali. Terlintas dalam bayanganku akan keselamatan istri dan dua tetanggaku terdekatku.

 

Segera mendekati kediamanku. Lututku terasa tidak bisa berdiri. Tubuhku gemetar dan lemas. Rumah tetanggaku yang sebelumnya kokoh, sekarang semuanya telah menjadi arang dan puing-puing tidak berguna.  Hanya tersisa pondasi rumah. Bara yang mengeluarkan asap mengepul ke langit tak berbatas. Hewan-hewan ternak berkeliaran disemak-semak terdekat. Bunyi sapi mengemoh-emoh ketakutan. Demikian juga binatang peliharaan yang lainnya. Kembali aku memastikan mungkin ada nyawa manusia yang terjebak disekitar semak terdekat sana.

 

"Astaghfirullahaladzim..." kuucapkan berulangkali. Suatu pemandangan yang rasanya tidak ingin kulihat. Sepasang balita anak Mat Hasan terus mendekap ibunya yang telah meninggal dunia beberapa waktu sebelumnya. Miris ditubuh mungil anak-anak yang masih digendongnya terdapat luka dalam menganga dibagian belakang tubuhnya. Ternyata tuhan masih ingin anak kecil itu hidup.  Aku langsung meraih kedua bocah tersebut secepatnya dari dekapan ibunya. Dengan tangan bergetar aku membawa mereka kerumah untuk kuberikan pengobatan segera. Aku harus berusaha menutup luka-luka yang ada sebelum diserahkan kepada aparat militer yang mulai berdatangan dan berlalu lalang serta berjaga-jaga dengan membawa nyawa-nyawa yang masih terselamatkan di tempat aman dari amuk masa.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun