Â
Ingin rasanya aku segera menghakhiri perjalanan yang membuat jiwaku tergoncang,.tetapi motor ini terasa terus ingin membawaku ketujuan awal.
Â
 Kemudian terlihat olehku beberapa onggokan setinggi pinggang manusia dewasa yang berisi kepala-kepala manusia yang telah terpisah dari tubuh. Sapi-sapi berlarian dan terdengar sangat ketakutan. Aku berhati-hati sekali karena takut tertabrak oleh sapi-sapi yang malam itu berubah menjadi sangat liar. Sedang pemburu-pemburu pengganti malaikat Izrail  terus berdatangan secara bergerombol. Mereka tiba-tiba saja memasuki rumah-rumah yang sudah ditandai sebelumnya seperti dalam keadaan tidak sadarkan diri.Kemudian hari aku diberitahu bahwa segerombolan orang-orang yang bergerak sangat cepat tersebut telah meminum sejenis minuman yang telah dimantrai terlebih dahulu. Sehingga mereka berubah menjadi singa lapar yang siap membantai apa saja yang telah ditargetkan.
Â
Malang tak dapat diraih dan ditolak. Orang yang kuperjuangkan untuk menjenguknya malam itu telah pergi mendahului beberapa saat sebelum aku sampai disana.Segera aku bergegas untuk kembali. Terlintas dalam bayanganku akan keselamatan istri dan dua tetanggaku terdekatku.
Â
Segera mendekati kediamanku. Lututku terasa tidak bisa berdiri. Tubuhku gemetar dan lemas. Rumah tetanggaku yang sebelumnya kokoh, sekarang semuanya telah menjadi arang dan puing-puing tidak berguna. Â Hanya tersisa pondasi rumah. Bara yang mengeluarkan asap mengepul ke langit tak berbatas. Hewan-hewan ternak berkeliaran disemak-semak terdekat. Bunyi sapi mengemoh-emoh ketakutan. Demikian juga binatang peliharaan yang lainnya. Kembali aku memastikan mungkin ada nyawa manusia yang terjebak disekitar semak terdekat sana.
Â
"Astaghfirullahaladzim..." kuucapkan berulangkali. Suatu pemandangan yang rasanya tidak ingin kulihat. Sepasang balita anak Mat Hasan terus mendekap ibunya yang telah meninggal dunia beberapa waktu sebelumnya. Miris ditubuh mungil anak-anak yang masih digendongnya terdapat luka dalam menganga dibagian belakang tubuhnya. Ternyata tuhan masih ingin anak kecil itu hidup. Â Aku langsung meraih kedua bocah tersebut secepatnya dari dekapan ibunya. Dengan tangan bergetar aku membawa mereka kerumah untuk kuberikan pengobatan segera. Aku harus berusaha menutup luka-luka yang ada sebelum diserahkan kepada aparat militer yang mulai berdatangan dan berlalu lalang serta berjaga-jaga dengan membawa nyawa-nyawa yang masih terselamatkan di tempat aman dari amuk masa.
Â