Di media sosial, semuanya tampak sempurna. Foto-foto hangout dengan teman, tawa di video TikTok, atau sekadar story dengan lagu yang menarik. Tapi pernahkah kita bertanya, di balik semua itu... apakah mereka benar-benar bahagia?
Saya, dan mungkin banyak dari kita, pernah merasa sepi, bahkan saat sedang dikelilingi orang. Duduk bersama teman, tapi semua sibuk dengan gadget masing-masing. Berkirim chat tiap malam, tapi merasa tidak punya siapa-siapa yang bisa benar-benar diajak bicara saat hati sedang berat.
Kita hidup di zaman yang penuh koneksi, tapi minim keter-hubungan.
Dulu, orang kesepian karena mereka benar-benar sendirian. Sekarang, kita bisa merasa sendiri bahkan saat ada 200+ pesan WhatsApp masuk. Ironinya, media sosial yang katanya mendekatkan malah sering membuat kita merasa lebih jauh dari orang lain, dan dari diri sendiri.
Kita melihat hidup orang lain tampak lebih bahagia, lebih sukses, lebih punya arah. Lalu kita membandingkan, merasa hidup kita tidak cukup. Kita merasa harus tampil baik-baik saja, walaupun sebenarnya tidak.
Saya pun pernah merasa takut untuk jujur. Takut jika bercerita akan dianggap emosional atau "baper". Takut dianggap drama. Jadi, kita memilih diam. Atau mengungkapkan rasa sedih lewat story yang disembunyikan, berharap seseorang peka, walaupun tahu jarang ada yang benar-benar peduli.
Sekarang, waktu kita banyak tersita untuk notifikasi. Kita scrolling tanpa sadar, klik like tanpa pikir, dan kehilangan momen nyata yang mungkin lebih bermakna.
Pertemanan jadi makin dangkal. Kadang kita tahu zodiak, warna kesukaan, bahkan tanggal ulang tahun seseorang... tapi gak tahu apa yang sedang dia perjuangkan hari ini.
Kesepian kita bukan cuma soal fisik, tapi soal tidak adanya ruang aman untuk jadi diri sendiri.
Dengan keadaan tersebut, apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya bukan menjauhi teknologi. Tapi mungkin, kita bisa mulai dari menggunakannya secara lebih sadar. Daripada scroll diam-diam, kenapa gak mulai menyapa teman lama yang mungkin butuh didengar? Daripada fokus pada like dan komentar, kenapa gak bertanya: "Apa kabar kamu hari ini?"
Kita juga bisa mulai dari diri sendiri. Jujur tentang perasaan sendiri, tanpa takut dihakimi. Kalau sedang lelah, gak apa-apa bilang. Kalau sedang sedih, gak harus selalu senyum. Justru keberanian untuk menunjukkan luka bisa membuka jalan untuk penyembuhan.