Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu...

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pantun Pramugari Citilink

21 Juli 2013   18:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 20 Juli 2013 kemarin, saya terbang dari Surabaya ke Jakarta untuk menghadiri acara buka puasa di rumah teman diJakarta. Seperti biasa, sebagai peminat bahasa, setiap kali naik pesawat, saya senantiasa penuh perhatian mendengarkan voice over pemberitahuan atau pengumuman yang disampaikan oleh pramugari.

Pada penerbangan Citilink QG 810 kemarin, saya mencatat hal biasa : bahasa Inggris pramugari yang kurang bagus, intonasi yang kurang pas dan kecepatan bicara yang terlalu tinggi. Namun begitu mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, setelah mengumumkan bahwa pesawat telah tiba di Jakarta dan mengingatkan penumpang tentang ancaman hukuman bagi pembawa narkoba, pramugari mengucapkan salam yang tidak biasa. Begini bunyinya, ‘wanita bermata indah membuat kita tidak berpaling, selamat berpisah semoga Anda bisa terbang lagi bersama Citilink’. Ah, ternyata mbak pramugari baru saja mengucapkan salam pisah pakai pantun. Ini menarik! Ini asli upaya si mbak pramugari atau kebijakan maskapai Citilink?

[caption id="attachment_255977" align="aligncenter" width="620" caption="Foto : www.skyscrapercity.com"][/caption]

Saya jadi ingat banyak cara ditempuh maskapai penerbangan untuk menggunakan daya pikat pramugari sebagai pemoles kreatifitas layanan. Cebu Pacific Air, maskapai Filipina, misalnya, membuat penumpang terhibur gaya dancing para pramugari-pramugara ketika memperagakan alat-alat keselamatan kabin.

Ketika terbang kembali dari Jakarta ke Surabaya tadi siang (penerbangan Citilink QG 805), saya mengais Linked, inflight magazine Citilink. Dari majalah edis Juni 2013 itulah saya tahu bahwa salam pantun memang sengaja diprogramkan. Dalam majalah itu Vice President Marketing & Communication PT Citilink Indonesia, Aristo Kristandyo, mengumumkan penerapan salam pantun sebagai bagian prosedur terbaru di dalam kabin pesawat terhitung mulai, 5 Mei 2013.

“Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Salam pantun oleh seluruh awak kabin kami ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan layanan terbaik sesuai dengan semangat Citilink sebagai maskapai LCC (low cost carrier) yang fun, affordable, and reliable. Kami yakin ciri khas baru ini memberikan pengalaman tak terlupakan bersama Ciitilink,” kata Aristo. Masih kata Aristo. Salam pantun menjadi prosedur tetap Citilink untuk menyapa seluruh penumpang, baik sebelum lepas landas dan mendarat di kota tujuan. Isi salam pantun yang menjadi ciri khas terbaru Citilink ini akan menyesuaikan dengan setiap kota destinasi.

Seperti yang dikutip www.okezone.com 7 Mei 2013, Aristo menjelaskan salam pantun menjadi prosedur tetap Citilink untuk menyapa seluruh penumpang, baik sebelum lepas landas dan mendarat di kota tujuan. Isi salam pantun yang menjadi ciri khas terbaru Citilink ini akan disesuaikan dengan setiap kota destinasi dan tidak tertutup kemungkinan salam pantun ini akan makin menarik saat ada penumpang bersedia berbalas pantun di atas udara.

Ini bakal lebih menarik. Nanti bisa saja di pesawat ada penumpang berpantun demikian, ‘menyeberangi negerikian kemari, bertemu banyak binatang rase; mbak pramugari mohon kemari, bantu saya kecilkan AC’.

Atau bisa juga mbak pramugarinya melantunkan pantun begini pada seorang penumpang, ‘makan ketupat berlauk ikan; pesawat hendak berangkat HP tolong dimatikan’ .

Gagasan ini, seperti saya katakan tadi, menarik, fun dan bisa jadi model kreatifitas bermodal local content yang murah, mudah dan tak bakal menuai kritik seperti lenggak-lenggok pramugari Cebu Pacific Air. Bila gagasan ini dipelihara terus, unsur ‘fun’ terbang bersama Citilink akan terus terasa. Problemnya adalah, seberapa kuat Citilink bisa mempertahankan dan menjalankan gagasan ini? Dalam penerbangan Jakarta-Surabaya (QG 805) 21 Juni 2013 siang tadi, saya tunggu-tunggu, pantun itu tak terdengar baik ketika lepas landas dan ketika merapat di bandara Juanda Surabaya. Padahal saya sangat ingin menikmati lantunan pantun lain yang cerdas, kreatif dan menarik hati. Ingin pula mendengarkan voice over versi bahasa Inggris pantun itu.

Atau mungkin tim kreatif pantun Citilink mulai kehabisan stok pantun?

Jangan kuatir. Mari berkeliling Sulawesi mencari katun, sembari bertemu banyak pengelana; bila Citillink ingin punya koleksi pantun, buat saja lomba pantun di Kompasiana.

Salam pantun!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun