Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Usang Pertengahan September

19 September 2019   16:00 Diperbarui: 19 September 2019   16:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kupikir kemarau panjang bisa mengeringkan luka. Nyatanya, bekasnya saja masih meninggalkan perih yang menyiksa. Begitu sulitnya terlupa dalam setiap rongga di kepala. Ruang hampa pun tak sanggup menyimpannya lebih lama. Hingga luka selalu muncul menemui jiwa yang merana.


Kuharap musim panas ini dapat menguapkan duka. Seperti air yang hilang tak berbekas di alas. Nyatanya duka itu masih betah mengisi rongga rongga sel tubuhku. Terikat dalam setiap sel darahku. Terbawa ke setiap jengkal tubuhku. Membekas seperti garam laut yang tertinggal di ruas ruas bambu.


Anehnya diriku masih saja mengenang kisah usang di pertengahan September dulu. Ketika lupamu memutuskan persaudaraan tanpa ikatan darah itu. Kau renggut kasihnya yang kau tahu itu untukku. Bukan karena cinta. Sebab api dendam mengibarkan amarahmu. Karena kau pikir, aku lebih beruntung darimu.


Sungguh iri itu mempersempit pemikiranmu. Dan nyata memang rasa dengki itu menjerumuskanmu. Bukankah kita terlahir sama ke dunia? Hanya usaha dan doa yang mampu membedakannya. Kau tahu, Tuhan Maha Adil bagi kehidupan kita. Hanya rasa kita yang tak mampu memahaminya. Perkuatlah dengan taqwa. Agar tautan tangan kita dapat bersua.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 18 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun