Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Meraih Hidup Bermakna? Awali dengan 3 Pertanyaan Sederhana Ini!

18 Mei 2022   17:35 Diperbarui: 21 Mei 2022   17:57 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersyukur untuk hidup bahagia dan bermakna (Sumber gambar: lifestyle.kompas.com).

Hendaknya selalu diusahakan berbuat baik, minimal satu kebaikan yang bermakna setiap hari. Setiap bangun di pagi hari, di lubuk hati tumbuhkan niat untuk mengisi hari dengan perbuatan baik, minimal satu perbuatan baik.

Kedua, sudahkah kita mengurangi kebiasaan buruk hari ini?

Mungkin kita mempunyai kebiasaan buruk yang sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Kebiasaan apakah itu? Kita sendirilah yang bisa menemukannya. Untuk bisa melakukan ini, kita perlu jujur terhadap diri sendiri.

Nah, setelah menemukan satu kebiasaan tidak baik dalam diri, yuk kita usahakan untuk mengikisnya setiap hari.

Ketika bangun di pagi hari, kita ingat dan kuatkan tekad untuk mengikis satu perilaku tidak baik yang mungkin menjadi kebiasaan kita selama ini.

Misalnya -- yang kurang etis atau kurang santun seperti kecenderungan mencela siapa saja yang menurut pendapat kita salah. Kebiasaan saat menguap tak menutup mulut, dan  mengupil di depan orang umum.

Misalnya lagi,  kebiasaan bangun kesiangan, kebiasaan membuang sampah sembarangan, kebiasaan menunda-nunda penyelesaian pekerjaan, kebiasaan berbohong, dan lainnya.

Prinsipnya, kita senantiasa berupaya mengurangi kebiasaan kurang baik tersebut. Kalau hal ini dilakukan secara terus-menerus, maka kebiasaan itu akan terkikis dan hilang.

Sementara itu, tumbuhkan kebiasaan baik yang baru untuk menggantikannya. Peneliti psikologi kesehatan University College London, Phillippa Lally, menyebutkan, dibutuhkan wakitu selama 66 hari tanpa putus untuk membentuk sebuah kebiasan baru.

Tentu saja hal ini tidak mudah, tetapi mesti diusahakan. Tanpa usaha keras untuk mengurangi atau menghilangkannya, maka kebiasaan buruk itu akan tetap ada bahkan bisa kian berkembang.

Jangan lupa, kebiasaan buruk cenderung memanggil temannya yang sejenis. Maksudnya, kebiasaan buruk memiliki kecenderungan melahirkan kebiasaan buruk lainnya untuk bergabung dan saling melengkapi. Kalau sudah begini, akan lebih sulit lagi dibenahi. Maka, bagai tanaman parasit, sebaiknya dicabut sebelum ia tumbuh besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun