Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengenal Lebih Jauh tentang "The Art of Lobbying" dalam Dunia Politik Praktis

9 Juni 2021   19:15 Diperbarui: 11 Juni 2021   02:17 2733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lobi Politik (Sumber gambar: librarystrategiesconsulting.org)

Dalam ilmu Lobi dan Negosiasi diajarkan bahwa melobi tidak hanya berlaku di dalam dunia bisnis. Misalnya, tenaga marketing melobi calon konsumennya. Melobi juga dilakukan di dunia politik praktis. Praktik-praktik lobi yang sifatnya informal sering dilakukan.

Karena jurus melobi di dunia politik melibatkan teknik/cara dan unsur seni, maka mesti dilakukan dengan persiapan yang matang dan dengan kehati-hatian agar kegiatan melobi dapat berhasil dengan baik.

Paling tidak, terdapat beberapa cara melobi yang dikenal, baik yang dilakukan oleh para politisi maupun antara politisi dengan kelompok-kelompok masyarakat. Melobi bisa dilakukan secara langsung, bisa pula secara tidak langsung.

Melobi secara Langsung

Lobi politik secara langsung (antarpersonal), dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut ini.

Pertama, melobi melalui tatap-muka dan secara dialogis.

Dalam hal ini, si pelobi bertemu langsung dengan pihak yang dilobi. Seni melobi jenis ini biasanya dipilih karena ada hal-hal yang perlu dibicarakan dengan serius dan detail. Dipandang perlu mengetengahkan sejumlah informasi penting dengan pendekatan persuasif.

Para politisi banyak memilih cara ini karena peluang keberhasilannya relatif besar. Kendatipun, misalnya, political deal belum juga berhasil dicapai, namun penanaman gagasan pada sasaran paling tidak sudah dilakukan. Mungkin saja masih diperlukan pengulangan cara ini nantinya.

Kedua, melobi melalui pembicaraan telepon.

Salah-satu pilihan dalam melobi adalah dengan menggunakan telepon. Dengan telepon akan terjadi komunikasi antarpersonal yang diharapkan tidak kalah efektifnya dengan tatap-muka.

Melalui melobi via telepon, aspek dialogisnya tidak berkurang. Kedua belah pihak tetap bisa bertukar pendapat dan informasi mengenai topik yang dibicarakan.

Akan tetapi, jika lobi dilakukan untuk pertama kalinya, seyogianya jangan melakukan melalui telepon. Telepon sebaiknya hanya dilaksanakan apabila sudah pernah melakukan lobi secara tatap-muka atau bertemu langsung.

Setelah sempat bertemu langsung, barulah diteruskan dengan melobi via telepon. Dalam beberapa kasus sederhana, masih dimungkinkan langsung melalui telepon, tetapi untuk persoalan yang besar dan rumit, sangat dianjurkan untuk bertemu langsung (tatap-muka).

Ketiga, melobi melalui surat.

Berbeda halnya dengan lobi melalui cara tatap-muka atau telepon, melobi melalui surat relatif jarang dipakai. Relatif sulit memengaruhi orang dengan menggunakan surat. Kecuali, sebelumnya sudah sempat bertatap muka sehingga surat-menyurat hanyalah kelanjutannya.

Pelobi yang bijak hanya akan menggunakan media surat kovensional atau surat elektronik (surel) apabila ia hanya bermaksud memberikan informasi, mengundang, menyampaikan terima kasih, dan sejenisnya.

Hal-hal yang sifatnya persuasif tidak efektif dilakukan melalui surat. Tetap saja diperlukan tatap-muka secara langsung jika ingin meningkatkan peluang keberhasilan sebuah lobi.

Melobi secara Tidak Langsung

Di samping dilakukan secara langsung, lobi bisa juga dilakukan atau ditambah dengan pendekatan secara tidak langsung.

Terkait ini, ada beberapa cara yang bisa dipilih dan digunakan yang bisa lebih menjamin tercapainya tujuan lobi.

Pertama, menggunakan media massa.

Melobi melalui media massa sudah sangat kita kenal. Para politisi acapkali menawarkan program-programnya kepada masyarakat melalui media massa seperti koran, radio, dan televisi.

Media ini menjadi pilihan karena kemampuannya dalam membentuk opini publik. Opini publik adalah sikap dan pendapat masyarakat terhadap sebuah persoalan atau terhadap seseorang. Opini publik bisa dibentuk melalui bantuan media massa.

Kedua, memanfaatkan jasa profesional.

Seorang politisi bisa memanfaatkan jasa para profesional dalam menyampaikan program-programnya kepada masyarakat. Ia bisa meminta bantuan orang-orang yang ahli atau terampil di bidangnya.

Ketika melakukan kampanye, misalnya, ia melibatkan penyanyi yang sedang ngetop namanya. Ia juga bisa meminta bantuan public speaker untuk meyakinkan masyarakat akan kebermanfaatan program yang ditawarkannya.

Ketiga, menggunakan organisasi kemasyarakatan.

Organisasi politik pada umumnya memiliki organisasi sayap atau underbow yang bertindak selaku penyokong kegiatan politik partai.

Kita bisa melihat ada sejumlah organisasi kemasyarakatan, baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung partai tertentu, termasuk para politisi di dalamnya.

Organisasi kemasyarakatan itu sengaja dibentuk untuk menjadi perpanjangan tangan partai dengan tokoh-tokohnya untuk menyentuh masyakarat yang lebih luas.

Melalui organisasi kemasyarakatan inilah, para politisi bisa memperluas jangkauan pengaruhnya demi mendulang keberhasilan dalam karier politiknya.

Demi sebuah keberhasilan, maka seorang politisi akan menggunakan berbagai upaya dalam melakukan lobi politiknya. Itulah "the art of lobbying" dalam dunia politik.

Semua itu tidak gratis, tentu saja.

( I Ketut Suweca, 9 Juni 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun