Usmadi --bukan nama sebenarnya adalah karyawan baru di sebuah perusahaan. Ia berlatar belakang pendidikan Diploma 3 Teknik Komputer. Pimpinan menempatkannya di bidang administrasi. Tugasnya adalah mengetik surat atau dokumen di bidang perencanaan.
Ia selalu rajin bekerja. Ia hadir ke ke kantor tepat waktu, lalu bekerja, dan pulangnya pun selalu tepat waktu. Apa yang ditugaskan atasannya selalu dia kerjakan.
Minta Tugas Lapangan
Akan tetapi, ia acapkali melakukan kesalahan dalam mengerjakan pekerjaannya. Ia seringkali salah mengetik. Kendati konsep surat yang diberikan atasannya mudah dibaca, namun selalu ada saja kesalahan yang dilakukannya dalam pengetikan di komputer.
Konsep yang sudah benar, bisa salah hasilnya di tangan Usmadi. Itu hanya karena ia tidak cermat dalam mengetik.
Akhirnya, atasannya harus mengedit lagi hasil ketikan Usmadi. Hal ini terjadi berulang-ulang. Sudah diberitahu berulang kali, tetap saja ia tidak cermat membaca dan mengetik surat yang ditanganinya.
Karena kesal, akhirnya atasannya memilih mengetik sendiri, tidak lagi menugaskannya mengetik karena ia dinilai kurang cermat.
Melihat hal itu, pimpinan setempat memindahkan Usmadi dalam tugas lain. Ia sempat ditanya oleh bagian yang menangani kepegawaian, apa sebetulnya pekerjaan yang disukainya.
Jawabnya, "Saya lebih suka tugas lapangan, Pak. Kalau diizinkan, saya jadi sopir operasional saja ya Pak," pintanya kepada pimpinan perusahaan setempat.
Usmadi mengaku mengidam-idamkan pekerjaan lapangan. Hanya, karena belum lama bekerja, ia tidak berani mengusulkan keinginannya sebelum ditanyakan.
Akhirnya, Usmadi ditugaskan di bidang operasional, bidang yang terjun ke lapangan bersama Tim, secara rutin. Apa yang terjadi?
Ternyata benar, Usmadi sangat menyukai pekerjaannya. Ia rupanya menikmati tugasnya itu. Ia menjadi seorang driver yang bisa diandalkan, bahkan siap bekerja di luar jam kedinasan. Ia tidak pernah terdengar mengeluh. Merawat mobil yang dipegangnya dengan sangat telaten.
Belajar dari kasus nyata di atas, adalah penting untuk mengetahui passion karyawan ketika akan menempatkan mereka. Tidak sembarang menempatkan tanpa memikirkan kesesuaian antara bidang tugas dengan passion-nya.
Tempat yang Tepat
Untuk menghindari kesalahan dalam menempatkan karyawan hendaknya diterapkan prinsip the right man one the right place. Orang yang tepat di tempat yang tepat.Â
Prinsip ini sudah lama kita kenal, tapi pertanyaannya, sudahkah benar-benar diterapkan dalam perusahaan atau lembaga? Pada banyak perusahaan atau lembaga, prinsip tersebut kurang mendapat perhatian. Akibatnya, kinerja karyawan menjadi rendah.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pimpinan dan siapa pun yang menangani kepegawaian (HRD) ketika hendak menempatkan karyawan.
Memerhatikan Keahlian
Pertama-tama, ketika ia baru hadir sebagai seorang fresh graduate, tanyakan terlebih dahulu apa yang menjadi keahliannya. Ini lebih menyangkut pendidikan yang bersangkutan.
Setiap karyawan baru jika ditanya tentang hal ini tentu akan menjelaskan antara lain latar belakang pendidikan mereka. Nah, dari pendidikan tersebut akan tergambar pekerjaan apa yang cocok untuknya.
Misalnya, sarjana ekonomi akuntasi akan cocok ditempatkan di bidang keuangan. Sarjana jurnalistik ditempatkan di bidang pemberitaan, sarjana komunikasi di bidang kehumasan (public relations), dan sarjana perpustakaan ditugaskan menangani perpustakaan.
Dalam penempatan, yang pertama-tama tentu pertimbangkan adalah spesifikasi keahliannya. Upayakan penempatan disesuaikan dengan keahlian. Jabatan atau job yang dipegang nantinya agar selaras dengan pendidikan.
Mencermati Passion
Pilihan kedua, menempatkan karyawan baru sesuai dengan passion atau panggilan jiwanya. Ingatlah, tidak semua karyawan memiliki keahlian yang berkesesuaian dengan passion mereka. Bisa sama, bisa juga berbeda.
Dengan memberinya tugas sesuai dengan panggilan jiwanya, maka dapat diharapkan ia akan bekerja dengan senang hati. Ia akan bahagia dengan pekerjaannya. Nah, bekerja sesuai passion akan membuatnya merasa betah bekerja.
Jadi, pertimbangkan penempatan karyawan baru sesuai keahliannya terlebih dahulu. Pada umumnya keahliannya sekaligus menjadi passion-nya.
Bagaimana jika tidak? Alternatif kedua, sepanjang dimungkinkan, tempatkan dia sesuai passion-nya. Ia akan betah bekerja dengan penempatan seperti ini.Â
Persis seperti permintaan dan penempatan Usmadi sebagai sopir karena rupanya sejak lama ia suka utak-atik mobil saat mengikuti pamannya bekerja di bengkel.
Menghindari Inefisiensi
Dengan begitu, boleh diharapkan kinerja karyawan akan menjadi lebih baik daripada menugaskannya di sembarang tempat tanpa pertimbangan yang baik.
Kesalahan dalam penempatan karyawan bisa berakibat kinerja yang rendah, inefisiensi, dan kemangkiran, suatu keadaan yang tidak dikehendaki perusahaan.Â
Semoga dengan pola penempatan seperti itu, karyawan baru bisa berkontribusi optimal bagi kemajuan lembaga atau perusahaan sekaligus mencegah terjadinya penyimpangan terhadap prinsip the right man on the right place.
(I Ketut Suweca, 19 Mei 2021).