Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penjor dan Pelaksanaan Hari Raya Galungan di Bali, Sebuah Catatan Ringan

13 April 2021   14:36 Diperbarui: 14 April 2021   01:01 3064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Hari Raya Galungan. (Sumber: AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA via KOMPAS.COM)

Membersihkan Sanggah

Usai membuat penjor, pada sore harinya kami membersihkan tempat persembahyangan di rumah. Tempat ini disebut dengan Sanggah atau Pemerajan.

Kami bersihkan setiap bagiannya, menyapu halamannya sampai tuntas. Tidak lupa kami memasang kain untuk Sanggah, tedung/pajeng (sejenis payung khusus), dan pernak-pernik lainnya.

Tidak lupa kami perdengakan suara gamelan atau tetabuhan khas Bali untuk menciptakan suasana yang berkesesuaian saat bekerja. Nah, usai sudah semua kegiatan yang berkenaan pada hari Penampahan Galungan.  

Keesokan harinya, Rabu, 14 April 2021, adalah Hari Raya Galungan. Saatnya kami sekeluarga melaksanakan persembahyangan. Kami bangun lebih awal daripada biasanya, lalu mempersiapkan diri untuk sembahyang.

Tentu saja dengan pakaian sembahyang khas yang sudah banyak dikenal. Ada baju putih, kain saput yang juga warna putih dan udeng putih bagi laki-laki. Kaum perempuan akan menggunakan baju kebaya khas Bali sebagai atasan, dengan warna putih atau lainnya. Bawahannya berupa kain (kamen, bahasa Bali).

Setelah siap dengan pakaian, kami pun memulai sembahyang. Banten dihaturkan terlebih dahulu kepada Tuhan, baru kemudian diteruskan dengan persembahyangan.

Sebelum dan usai persembahyangan, biasanya kami melantunkan kidung suci yang pada intinya menyebut dan mengagungkan nama Tuhan atau Hyang Widhi Wasa. Tidak lupa, memutar gamelan gong dengan tabuh lelambatan yang membawa suasana khusuk saat menghaturkan sembah bakti kepadaNya.

Usai sembahyang di rumah, barulah kami beranjak ke luar rumah. Antara lain ke Pura Kahyangan Tiga, yaitu tiga Pura yang pasti ada di setiap wilayah desa adat di Bali. Pura Kahyangan Tiga meliputi Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem, sesuai dengan konsep Trimurti.

Sampai di situ selesai sudah berlangsungnya upacara persembahyangan di hari Raya Galungan. Untuk melakukan semua ini, dibutuhkan waktu yang cukup lama, dari mulai di pagi hari  hingga selesai menjelang sore.

Sembahyang di Pura (Sumber: metrobali.com)
Sembahyang di Pura (Sumber: metrobali.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun