Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Konsep "Tri Hita Karana", Sumber Kebahagian Hidup Masyarakat Bali

17 Agustus 2020   18:17 Diperbarui: 27 Agustus 2020   03:21 2559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Unsplash/Ruben Hutabarat)

Apakah Anda pernah mendengar istilah Tri Hita Karana? Ini sebuah istilah yang cukup populer. Apakah sesungguhnya konsep Tri Hita Karana itu? Mengapa konsep hidup ini perlu dipertahankan? Lalu, bagaimana pula implementasinya dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Bali?

Mari kita bahas hal ini satu per satu. Akan tetapi, terlebih dahulu harus saya sampaikan apa yang saya tulis di sini sebatas pengetahuan dan pemahaman saya sebagai manusia Bali tentang hal yang satu ini.

Apakah Tri Hita Karana Itu?

Tri Hita Karana adalah sebuah istilah yang dibentuk dari tiga kata utama, yakni 'tri', 'hita', dan 'karana'. Tri artinya 'tiga', 'hita' maknanya 'kebahagiaan', dan 'karana' artinya 'penyebab'. Lalu jika digabungkan, maka Tri Hita Karana mengandung makna tiga penyebab kebahagiaan.

Apakah ketiga penyebab yang menjadi sumber kebahagiaan itu? Pertama, hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (parahyangan); kedua, hubungan harmonis antarsesama manusia (pawongan); dan ketiga, hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungan (pelemahan). Ketiga hubungan itulah yang senantiasa diupayakan tetap terjaga agar tercipta kebahagiaan secara menyeluruh. Mari kita ikuti penjelasannya satu per satu.

Sembahyang adalah Wujudnya

Pertama, hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan. Hubungan manusia dengan pencipta-Nya menjadi hal yang mendasar yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hubungan ini diterjemahkan ke dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak manusia Bali. Misalnya, dia dengan kesadaran sendiri melakukan persembahyangan. Sembahyang adalah bentuk sujud bhakti umat kepada Tuhan.

Melalui sembahyang manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Tuhan dipujanya. Tuhan menjadi 'tempat' manusia menunjukkan rasa baktinya yang tulus.

Tuhan juga menjadi 'tempat' manusia menumpahkan segala unek-unek dan keresahan hatinya. Tuhan menjadi 'tempat' kepada siapa dia menyampaikan puja dan puji syukurnya. Tuhan menjadi 'tempat' meminta pertolongan.

Sampai di sini, saya teringat dengan lirik lagu yang didendangkan penyanyi top Indonesia, Bimbo yang berjudul Tuhan.

Petikan liriknya begini, "Tuhan, tempat aku berteduh, di mana aku mengeluh dengan segala peluh... Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa... tempat  aku memuja, dengan segala doa ... Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat..." Begitulah manusia, kepada Tuhan-lah ia mendekat, dan pada akhirnya segala masalah ditumpahkan, diadukan, dimohonkan petunjuk-Nya.

Cara lain dalam kaitannya dengan kebertuhanan di luar kegiatan beribadah adalah dengan menjalankan ajaran-ajaran ketuhanan dalam kehidupan. Apa yang menjadi panduan Tuhan melalui kita-kitab suci, itulah dijadikan tuntunan dalam memahami Tuhan sekaligus dalam mewujudkan bhakti melalui jalan yang ditunjukkan-Nya.

Konsep Tat Twam Asi

Kedua, hubungan harmonis sesama manusia. Hal ini menjadi bagian fundamental untuk diwujudkan dalam pergaulan antarmanusia. Konsep dasarnya adalah saling menghormati dan menghargai.

Tak peduli dari mana asal daerahnya, apa pun agamanya, apa pun golongannya, apa pun suku bangsanya, dan bagaimana pun warna kulitnya. Saling menghormati dan menghargai adalah konsep dasar bagi terciptanya hubungan harmonis dalam isi dunia yang pluralis.

Di Bali ada ajaran yang menyebutkan setiap orang hendaknya merasa dirinya bersaudara. Istilahnya, "vasu deva kutumbhakam,"  yang artinya semua manusia di dunia ini bersaudara. Dasar persaudaraan antarmanusia menjadi pondasi penting dalam menjalin hubungan. 

Manusia hendaknya tidak saling menyakiti dan tidak saling merendahkan satu sama lain. Di Bali ada tatanan hidup yang disebut dengan "tat twam asi", yang bermakna "kamu adalah aku, aku adalah kamu."

Jadi, kalau kita menghormati dan menghargai orang lain sama saja artinya dengan kita menghargai dan menghormati diri sendiri. Sebaliknya, jika kita tidak menghormati orang lain berarti sesungguhnya kita sedang tidak menghormati harkat dan martabat diri sendiri.

Konsep tat twam asi juga mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu sama, yaitu sama-sama ciptaan Tuhan. Kalau sama-sama ciptaan Tuhan, mengapa harus menghina atau meremehkan manusia lain? Mengapa tidak menghargai mereka yang adalah juga sebagai makhluk tertinggi ciptaan Tuhan, terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada pribadi manusia itu?

Bersahabat dengan Alam Lingkungan

Ketiga, hubungan harmonis antara manusia dengan alam lingkungan. Seperti pentingnya hubungan antarmanusia, hubungan manusia dengan alam lingkungan pun tak boleh diabaikan.

Mengapa? Karena, manusia hanya bisa eksis dan hidup dari dan bersama alam lingkungannya. Oleh karena itulah, maka hubungan itu harus dijaga dan dipelihara sedemikian rupa agar senantiasa harmonis.

Alam lingkungan di sini mengandung pengertian yang luas, meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang/hewan, bahkan makhluk yang tak kasat mata sekalipun, yang semuanya merupakan ciptaan Tuhan.

Contohnya, manusia terlibat dalam menjaga dan melestarikan binatang atau hewan yang ada di bumi ini. Kita sangat memerlukan keberadaan binatang atau hewan itu untuk bisa hidup berkelanjutan dan berkeseimbangan.

Manusia juga menanam dan merawat tanaman dengan  cinta kasih sehingga bisa tumbuh kembang dengan baik. Kita memerlukan tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang juga berkontribusi bagi hidup dan kehidupan kita sebagai manusia. Oksigen dari udara yang kita hirup, contohnya, diproduksi oleh tanaman.

Alih-alih membabat atau mengganyang mereka dengan cara-cara brutal, sebaliknyalah yang seharusnya dilakukan. Kita ciptakan keharmonisan dengan alam lingkungan sehingga semua saling menghidupi. 

Mengembangkan Ecoturism

Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) hendaknya tetap menjadi prioritas. Dalam pembangunan dunia kepariwisataan, misalnya, tetap harus dikedepankan kepariwisataan berbasis alam, yang dikenal dengan sebutan ecoturism.

Konsep dan gerakan kembali ke alam (back to nature) seharusnya menjadi hal utama. Seyogianya kita menahan diri untuk mengeksploitasi alam, apalagi secara besar-besaran. Sebaliknya, kita jaga dan cintai alam lingkungan sehingga alam lingkungan pun mencintai dan menjaga kita.

Singkatnya, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungan adalah pondasi bagi terciptanya kebahagiaan. Kebahagiaan tak akan terwujud apabila salah satu saja dari hubungan itu tidak harmonis.

Semoga ajaran Tri Hita Karana ini tetap lestari dengan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari demi terwujudnya kebahagiaan dalam keharmonisan yang indah.

(I Ketut Suweca, 17 Agustus 2020).   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun