Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Honorarium Menulis, Tidak Besar tapi Menyenangkan

16 Februari 2020   18:04 Diperbarui: 18 Februari 2020   05:01 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerjaan penulis. (Foto: Karolina Grabowska - pixabay/kaboompics)

Pembaca ingin tahu berapa jumlah honor yang saya peroleh ketika itu? Empat ribu lima ratus rupiah! Ya, tak lebih, tak kurang.  

Yang menarik, weselpos itu tidak saya uangkan. Alasan waktu itu, weselpos yang saya terima pertama kali ini akan saya simpan rapi untuk dijadikan kenang-kenangan kelak. Kalau saya uang-kan, misalnya, maka kartu weselpos itu akan diambil pihak kantor pos dan saya mendapatkan uangnya.

Itu pun akhirnya saya simpan di sebuah map plastik di dalam almari. Tapi, apa lacur, beberapa tahun kemudian baru ketahuan wesel itu sudah tak ada di tempatnya. Saya sudah mencoba mencarinya lagi diantara berkas-berkas dokumen yang tersimpan, tetap tidak ketemu.

Rupanya wesel itu terbuang tanpa sengaja bersama kertas-kertas yang tak terpakai lainnya saat bersih-bersih berkas. Beruntung, koran yang memuat artikel itu masih saya simpan hingga sekarang.

Sejak dimuatnya tulisan pertama itu saya kian senang menulis. Tak hanya di koran Berita Yudha, koran-koran terbitan Jakarta, seperti Simponi dan Swadesi juga sering memuat tulisan saya.

Senang sekali rasanya melihat tulisan saya terpampang di media cetak saat itu. Kepuasan batin yang tiada duanya.  Kepuasan itu kian lengkap dengan datangnya honor beberapa hari kemudian. 

Dari honor menulis itu saya bisa membeli jam weker --yang ada kuncian putar di belakangnya, bisa membeli buku bacaan, membeli sandal dan sepatu, dan beberapa lagi yang kecil-kecil.

Bukan Besaran Honorarium Jadi Tujuan Utama

Bukanlah honor yang sejatinya menjadi tujuan utama saya aktif menulis. Yang paling membuat saya bahagia adalah pemuatan tulisan itu. Melihat artikel yang dikirim bisa dimuat di sebuah media, betapa menyenangkan, bahkan mungkin memabukkan (dalam arti positif).

Keberhasilan pemuatan artikel saya di media Berita Yudha, lalu di Swadesi dan Simponi untuk beberapa kali, menyemangati saya untuk terus menulis. 

Bersamaan dengan berjalannya waktu, honorarium yang dibayarkan pun mulai membaik. Misalnya, sebuah artikel saya sepanjang 3 halaman dibayar dua puluh lima ribu rupiah pada pertengahan tahun 80-an. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun