Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ancaman Resesi 2023, Rupiah Optimis atau Pesimis?

14 Desember 2022   22:56 Diperbarui: 24 Desember 2022   11:38 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman resesi 2023 perlu dikaji lebih mendalam dengan melihat beberapa peristiwa yang telah terjadi di tahun - tahun sebelumnya. Seperti krisis moneter tidak hanya sekali terjadi di Indonesia, krisis moneter 1998 dan 2008 merupakan gambaran sejarah perekonomian Indonesia. Krisis moneter tahun 1998 terjadi dimulai dari penurunan mata uang bath di Thailand terhadap dolar Amerika Serikat hingga pada akhirnya pemerintah mencetuskan kebijakan mengganti kebijakan nilai tukar dari mengambang terkendali menjadi mengambang bebas. Hal ini justru memperparah keadaan ekonomi Indonesia, nilai rupiah terdepresiasi, ekonomi terkontraksi hingga 13,13% sementara inflasi Indonesia melambung 77,63% pada 1998 dan mengharuskan pemerintah untuk bekerjasama dengan IMF dan lembaga internasional lainya dalam memperbaiki keadaan ekonomi. Pada tahun 1998, presiden Soeharto menandatangani LOI pertama yang berisi 50 butir program perbaikan ekonomi termasuk amandemen Undang-Undang Perbankan dan revisi RAPBN 1998. (Studi Ekonomi BLBI, 2006). 

Resesi di tahun 2008 muncul dikarenakan permasalahan kredit perumahan di Amerika Serikat yang ternyata aliran dana diberikan secara terus-menerus kepada peminjam yang ternyata tidak mampu membayar sehingga mengakibatkan kebangkrutan sejumlah lembaga pinjaman dan bank investasi. Menurut Taylor (2010) kondisi ini  membuat harga rumah terdepresiasi dan munculah krisis finansial (Stulz, 2010: 90). Perlambatan ekonomi ini membuat penurunan permintaan baik dari luar maupun domestik. Resesi tidak hanya terjadi di Indonesia, beberapa negara pernah terguncang akibat resesi, seperti di Arab tahun 1975 resesi diakibatkan terjadinya embargo minyak oleh Arab, ketatnya kebijakan moneter di beberapa negara maju hingga adanya krisis utang di Amerika Latin, akibatnya terjadi inflasi yang menjulang tinggi dan berdampak pada negara-negara maju di dunia. Inflasi mengakibatkan pelambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang terdampak.

Resesi yang pernah terjadi menandakan seharusnya negara telah siap dan dapat membaca pola ekonomi jika terjadi kembali, resesi 2023 merupakan hal yang saat ini menjadi perbincangan. Resesi ini merupakan puncak dari adanya pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan supply disruption yang kemudian disertai dengan adanya pengetatan kebijakan moneter. Berdasarkan laporan Global Economic Prospect (GEP) pada bulan Juni 2022 disebutkan bahwa beberapa negara yang mengalami tekanan inflasi tinggi tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (World Bank , 2022). Mengacu hal tersebut, negara - negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa dapat ikut terseret dalam jurang resesi akibat tekanan inflasi yang tinggi. Pada Agustus 2022 tercatat yoy (year on year) bahwa Amerika Serikat dan Jerman mengalami inflasi di tingkat 8,3% dan 7,9 %  sedangkan Turki dan Argentina mengalami inflasi yang tergolong berat (Katadata, 2022). Amerika sebagai tonggak perekonomian dunia mengalami inflasi tentu akan berdampak pada negara-negara lain sehingga saat ini suku bunga ditingkatkan guna menekan inflasi, tetapi penekanan pada suku bunga akan berdampak pada perlambatan ekonomi, bahkan menghambat pertumbuhan PDB global sebesar 0,5% dan berdampak pada resesi global.

Dalam perspektif perekonomian Indonesia, disebutkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani jika terjadi resesi global di tahun 2023 maka akan memberikan dampak buruk bagi perekonomian dalam negeri. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global dikoreksi cukup dalam termasuk negara Amerika Serikat dan Eropa. Namun, ekonomi Indonesia masih menguat ( Kementerian Keuangan, 2022). Pertumbuhan ekonomi terus menguat meskipun tren inflasi meningkat. Tidak dapat dipungkiri akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia.

Dampak yang kemungkinan terjadi di Indonesia, pertama neraca perdagangan dapat defisit karena apabila harga komoditas turun salah satunya menandakan bahwa terjadi pelemahan ekonomi. Khususnya dalam ekspor-impor dapat juga mengalami gangguan. Jika ekspor turun dan tidak dibarengi dengan kenaikan impor maka berpotensi neraca perdagangan defisit. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga turun karena diantaranya memiliki hubungan yang positif. Kedua, terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah yang disebabkan karena saat resesi investor - investor akan menarik dananya dari pasar saham maupun obligasi (capital outflow) dan mengalihkannya ke aset yang lebih aman (safe heaven). Selain itu, terdapat penyebab lain yaitu sentimen resesi global dan keputusan yang diambil oleh Federal Reserve. Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang agresif akan mendorong pasar untuk membeli aset Dollar AS keluarnya modal asing) dibandingkan Rupiah sehingga Rupiah akan tertekan atau melemah. 

Seperti yang terjadi saat ini, diisukan bahwa tahun 2023 akan terjadi resesi global yang berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah. Pada awal bulan November 2022 Rupiah melemah sebesar 0,12% (Pransuamitra, 2022). 

Grafik 1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS

PAWTKd2lCfwVR-9ssA4WCtV75PG_CkPlY6uTnRSgHXbJGEwUYUBiotJVirf_Bjrn3qMQy93-EDlaYs4VYrxYNX-dOJiOnyVIrIHAHq3a89OUzZQG5Gr0X1Fqf1Og29gjY7t3TAtizlWqZeqo5ZYsyTEo9jiRU_4Zt0p2MHKw1Xs-U6SmC32TYcyXzCmlzw
PAWTKd2lCfwVR-9ssA4WCtV75PG_CkPlY6uTnRSgHXbJGEwUYUBiotJVirf_Bjrn3qMQy93-EDlaYs4VYrxYNX-dOJiOnyVIrIHAHq3a89OUzZQG5Gr0X1Fqf1Og29gjY7t3TAtizlWqZeqo5ZYsyTEo9jiRU_4Zt0p2MHKw1Xs-U6SmC32TYcyXzCmlzw
Sumber: Databoks, 2022

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS meningkat dari bulan ke bulan artinya bahwa Rupiah terus mengalami pelemahan. Khususnya pada bulan Oktober yang trennya hampir selalu meningkat. Di satu sisi, Rupiah juga melemah terhadap Yen, Dollar Hong Kong dan Euro (Darmawan, 2022). Maka terlihat jelas bahwa dengan adanya isu resesi global 2023 diprediksikan mampu membawa dampak terhadap Rupiah yang melemah atau dengan kata lain Rupiah pesimis. 

Resesi adalah periode berkepanjangan dari aktivitas ekonomi yang mengalami penurunan selama dua kuartal berturut - turut. Hal ini dapat terjadi karena sejumlah faktor, termasuk berkurangnya pengeluaran konsumen atau investasi, penurunan produksi, atau penurunan perdagangan. Beberapa dampak resesi antara lain,  perlambatan belanja konsumen dan investasi, penurunan aktivitas manufaktur, hilangnya pendapatan pribadi karena pengangguran, kurva imbal hasil terbalik, jatuhnya pasar saham, fluktuasi harga upah, dan ledakan aset. Jika upah mengalami penurunan maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Daya beli dapat mencerminkan tingkat konsumsi masyarakat yang mana di Indonesia sebagai salah satu indikator PDB, apabila terus menurun maka akan menyebabkan pelemahan perekonomian. 

Menurut sebuah survei oleh World Economic Forum yang berbasis di Swiss, tujuh dari 10 responden dalam sampel 22 ekonom terkemuka mengatakan mereka yakin resesi global mungkin terjadi pada tahun 2023. Resesi global disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perang. di Ukraina, kebijakan pandemi China, dan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga Federal Reserve AS. Menurut Bank Dunia, telah terjadi beberapa krisis keuangan dalam beberapa tahun terakhir karena bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi. Krisis ini kemungkinan akan berlanjut ke tahun depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun