Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebijakan Lockdown, Bagaimana Kebijakan Ini Mampu Memengaruhi Perekonomian? Dan Bagaimana Kondisi Idealnya?

21 Maret 2020   06:49 Diperbarui: 21 Maret 2020   12:17 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dina Rizga Marcellina (Kepala Divisi Research ECOFINSC)

Saat ini, dunia tengah digemparkan dengan COVID -- 19 yang belum diketahui hingga kapan wabah ini akan berakhir. Per tanggal 21 Maret 2020 pagi, tercatat suspect korona mencapai 271.629 dengan kematian sebanyak 11.282 orang, dan pasien sembuh sebanyak 87.403 (John Hopkins University). Jumlah tersebut berasal dari semua negara yang positif terinfeksi virus korona di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Untuk menekan laju penyebaran virus korona, pemerintah di berbagai negara melakukan kebijakan 'Lockdown" atau isolasi. Kebijakan ini hingga tanggal 18 maret 2020 telah dilakukan oleh 8 negara (kompas.com) sebagai antisipasi penyebaran virus korona. 

Lantas apa itu Lockdown? Lockdown adalah mengunci akses masuk maupun keluar dari suatu daerah ataupun negara. Jika suatu daerah melakukan lockdown, maka semua fasilitas public harus ditutup seperti sekolah, transportasi, kantor, bahkan pabrik. Namun, bagaimana dampak secara ekonomi terkait kebijakan lock down ini??

1. Terganggunya sektor pariwisata

Dengan adanya lock down, maka wisatawan domestik maupun luar negeri tidak akan dapat berwisata kembali. Hal ini dikarenakan pemerintah membatasi atau bahkan menutup ruang gerak masyarakat di tempat umum. 

Padahal, sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian karena memiliki efek pengganda (multiplier effect). Efek pengganda menyebabkan seluruh pengeluaran wisatawan, pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah memberikan dampak ekonomi berupa pertambahan output. 

Perlu kita ketahui bahwa  pada tahun 2018, sektor pariwisata mampu menyumbang 4,5% terhadap PDB Indonesia dan devisa pariwisata mencapai 19,29 milliar dolar AS (Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia : Didin Djunaedi). Tentunya, angka tersebut merupakan angka yang cukup besar.

2. Menurunnya produksi untuk bahan konsumsi

Dengan adanya kebijakan lockdown, maka aktivitas masyarakat akan dilakukan melalui work from home. Resiko yang akan ditimbulkan dengan work from home adalah proses produksi di sektor rill dapat terganggu dan menurunkan keaktifannya, sehingga total produk nasional yang dihasilkan pun menjadi menipis, dan terjadinya disequilibrium di pasar (supply < demand). Lalu bagaimana secara ilmu ekonomi kebijakan lockdown mampu menghambat proses produksi??

Untuk menelaah ini, penulis menggunakan fungsi produksi sederhana dari suatu perusahaan yaitu Q = f (Capital, Labor). Fungsi tersebut mencerminkan bahwa jumlah output yang dihasilkan (Q) tergantung pada modal (C) dan jumlah tenaga kerja yang digunakan (L).  Dengan adanya lockdown, maka berimbas pada menurunnya tenaga kerja yang digunakan untuk berproduksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun