Mohon tunggu...
Yus Rusila Noor
Yus Rusila Noor Mohon Tunggu... Pekerja Lingkungan

Saya adalah seorang yang sedang belajar. Bagi saya, hidup itu adalah proses belajar, dan belajar itu adalah proses seumur hidup .... Iqra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenapa Kita Harus Mendoakan Orang yang Tidak Kita Kenal?

19 September 2025   15:21 Diperbarui: 19 September 2025   15:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh Yus Rusila Noor

Hari Minggu pagi itu, seperti biasa saya berjalan ringan menyusuri jalur berjalan di sebuah taman publik. Saya mengikuti anjuran orang-orang pintar, jalan minimal 30 menit setiap hari untuk menjaga kesehatan badan dan mental. Udara terasa segar, matahari belum terlalu tinggi. Lalu tanpa sengaja, mata saya tertumbuk pada seseorang yang duduk termenung di bangku taman. Ia menunduk, menatap jauh entah kemana. Ada sesuatu pada wajahnya, seperti antara antara lelah dan sedih, yang membuat langkah saya melambat. Dalam hati saya berbisik pelan, "Ya Allah, semoga ia dikuatkan." Dan anehnya, doa itu terasa seperti meneteskan air ke dalam jiwa saya sendiri. Ada rasa hangat, ada rasa lega, saya merasa lega setelah mengucapkan doa itu.

Di taman yang sama, pernah juga saya melihat seorang bapak setengah baya berjalan dengan menenteng plastik keresek, dan sambil berjalan beliau memunguti sampah yang ditemui di sepanjang jalur berjalan dalam taman. Ketika sudah penuh, beliau membuangnya di tempat sampah yang sebenarnya sudah disiapkan oleh pengelola, dan mulai lagi dengan menggunakan plastik lain. Kakinya berayun dengan langkah ringan, senyum lebar di wajahnya. Mungkin ia baru menerima kabar gembira, atau mungkin baru bertemu cucunya. Ada do'a yang kemudian saya panjatkan, "Semoga apa yang beliau lakukan dengan mengumpulkan sampah mendapatkan pahala yang melimpah, dan kebahagiaan bapak ini dipanjangkan."

Doa untuk orang yang kita kenal mungkin biasa. Tapi mendoakan orang yang bahkan tidak kita ketahui namanya, itu terasa berbeda. Ada rasa tulus, tanpa pamrih. Kita tidak menunggu ucapan terima kasih. Kita bahkan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi di situlah letak indahnya, bahwa doa itu hanya antara kita dan Tuhan.

Kata-kata dalam doa itu ibarat peluru tak terlihat. Ia bisa menembus batas kota, bahkan benua. Bisa jadi orang yang kita doakan pagi ini sedang berada di ujung dunia. Doa itu melesat melewati langit yang pengap, mengetuk pintu surga, dan kembali membawa ketenangan ke hati kita sendiri.

Pikirkan. Dunia hari ini penuh dengan orang asing. Ada yang bernasib baik, ada yang terjebak dalam perang, ada yang kehilangan rumah akibat banjir bandang, ada yang kelaparan di kamp pengungsian. Kita tidak mengenal mereka. Tidak ada kontrak moral yang mewajibkan kita peduli. Tapi ketika kita berdoa, kita sedang berkata pada dunia, "Aku tidak setega itu untuk hanya memikirkan diriku sendiri." Dalam tradisi Islam, berdoa bahkan untuk orang yang tidak kita kenal adalah cara menebar kebaikan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, 'Dan bagimu juga kebaikan yang sama." (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan bahwa ketika kita mendoakan orang lain, kita sedang memutar roda kebaikan, doa itu kembali pada kita dengan kebaikan yang sama. Betapa indahnya, doa yang kita kirimkan adalah hadiah bagi orang lain, sekaligus hadiah untuk diri kita sendiri. Lihatlah betapa agungnya balasan dari sebuah doa sederhana. Saat kita mendoakan orang lain, kebaikan itu kembali kepada kita dengan cara yang mungkin tak kita sangka.

Mendoakan orang asing juga adalah bentuk perlawanan terhadap apatisme. Di era ini, terlalu mudah untuk bersikap dingin, scroll berita, lihat tragedi, dan lanjut ke video kucing lucu. Doa memaksa kita berhenti sejenak, mengakui bahwa ada luka di luar sana.

Di zaman ini, ketika berita buruk datang setiap menit dari layar ponsel, ketika komentar pedas bertebaran di media sosial, mendoakan orang lain adalah bentuk perlawanan paling sunyi. Kita melawan kebencian dengan harapan. Kita menolak sinisme dengan empati.

Saya jadi teringat kata-kata seorang penulis: "Empati adalah revolusi paling sunyi." Dan doa adalah salah satu bentuk empati paling sunyi. Ia tidak menghasilkan trending topic. Tidak ada yang tahu kecuali kita dan Tuhan. Tapi mungkin, justru karena sunyi itulah ia murni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun