Mohon tunggu...
Amalia Fitriyani
Amalia Fitriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi aktif manajemen dan bisnis.

GMAIL : AMXLIAFTRYN2203@GMAIL.COM

Selanjutnya

Tutup

Money

Yang Hitam Manis, tapi Bukan Kecap! Yang Segar tapi Bukan Es Buah, Apa Ya?

1 Desember 2021   13:55 Diperbarui: 1 Desember 2021   14:35 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://endeus.tv/resep/es-dawet-ireng

Dikutip dari Gudangkemasan.com 

Muhammad Furqon Ardhy Waspada sebagai salah seorang foundernya menyebut jika hal tersebut memang jadi unique selling proposition (USP) yang dimiliki Dawet Kemayu.

Furqon memaparkan dengan bangganya bahwa ide usaha ini lahir pada 2019, 

"Kita dapat ide Dawet Kemayu ini dari minuman dawet ireng khas dari daerah Purworejo. Kita pengen menjual dawet khasnya Purworejo," tambah Furqon.

Pada tahun 2019 s/d 2020 Furqon dan beberapa Partner usahanya seringkali mengunjungi acara-acara kuliner yang bertempat di Yogyakarta

Sebuah fakta yang membuat Furqon dan kawan-kawannya tambah semangat untuk membuat bisnis ini adalah, Dawet Ireng sendiri belum banyak yang mengenalnya, bahkan ada beberapa yang menganggap bahwa minuman cendol berwarna hitam itu terlihat aneh.

"Ternyata nama dawet ireng belum banyak yang kenal. Dawet ireng kan minuman khas dari Purworejo. Biar seluruh masyarakat Indonesia bisa lebih tahu kalau bukan hanya ada dawet Banjarnegara saja, tapi ada dawet ireng dari Purworejo juga ada," papar Furqon. 

Dengan Planning usaha yang sudah sangat matang, keberanian, dan keinginan yang besar selayaknya seorang wirausaha, Furqon dan kawan-kawannya mulai merintis usaha dengan brand Dawet Kemayu dengan menempatkan 5 titik di Yogyakarta, tepatnya sekitar bulan Maret 2020.

Awalnya Furqon mengatakan bahwa Dawet Kemayu berjalan di sistem kerjasama Franchise, profit yang didapat dari usahanya tersebut dapat dikatakan baik di bulan ke 4 hingga 4. Sebelumnya Furqon mengatakan secara gamblang bahwa usahanya masih butuh perjuangan karena belum mencapai target yang memuaskan di bulan ke 2 dan ke 3 mungkin itu juga karena kondisi perekonomian yang sempat merosot akibat wabah pandemi cvd-19.

Dengan sistem kerjasama Franchise, banyak orang yang tertarik dan mulai bertanya "Kenapa tidak dibuat menjadi Franchise saja?" dan hal itu menjadi pertimbangan bagi Furqon beserta tim. Menurutnya dengan usaha ini berjalan di sistem Franchise itu juga akan membantu masyarakat luas yang ingin mencoba usaha baru atau usaha kecil-kecilan. 

"Kebetulan di bulan ke 4 hingga 6 itu profit selalu bagus. Baru kemudian banyak yang bertanya, kenapa nggak di-franchise in aja? Akhirnya diambil keputusan di 3 bulan terakhir sekitar Juni-Juli-Agustus kita buat sistem franchise," lanjut Furqon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun