Mohon tunggu...
Theresia Deborah Pardede
Theresia Deborah Pardede Mohon Tunggu... Guru - Echa. Penggemar anak²...

aku ECA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Menyayangiku Seperti Ini

20 Juni 2016   20:36 Diperbarui: 13 Juni 2018   23:49 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bukan jenis gadis labil dalam berhubungan. Bukan, Aku tidak akan menjadi super manis ke arahmu satu malam dan kemudian bertindak seperti aku tidak peduli berikutnya. Bukan, ketika semuanya berjalan dengan baik tapi tiba-tiba aku histeris karena aku takut terlalu rumit. Aku tidak akan menerima teks "Selamat pagi"

sebagai sebuah bentuk usaha. Aku tidak akan menerima bahwa asmara layu atau bahwa ada orang yang tidak sepenuhnya komit lagi. Mungkin itu mati bagi mereka yang setengah-setengah, yang tidak tahu bagaimana cinta atau komitmen terdengar dan terasa.

Terimakasih Mengajakku Berteduh Kala Hujan Itu Jatuh

dedeknya lucu, jadi pengen peluk abangnya. hihihi
dedeknya lucu, jadi pengen peluk abangnya. hihihi
Aku kenal seseorang yang akan meneruskan perjalanan tidak peduli semenggigil apa aku di bawah terpaan hujan deras. Tapi berbeda dengannya, kau memilih menepikan sepeda motormu, mengajakku berteduh di kala rintikan pertama. Awalnya aku merasa aneh, kau tahu apa yang muncul di kepalaku? Common man, aku tidak akan mati jika terkena guyuran hujan! Sedikit flu dan meler tidak akan terlalu menggangguku, tapi sekarang aku tahu mengapa seharusnya aku berterimakasih. Terima kasih atas tawaran mengenakan helm-mu walau pada akhirnya kutolak kerena ledekanmu yang mengatakan aku mirip alien ketika mengenakannya. Begitupun tawaranmu untuk mengenakan Tas ranselmu agar bajuku tidak kotor oleh cat ruko yang luntur.
Dia adalah salah satu yang kehadirannya tidak sengaja menuntut perhatian saya. Dia mengalihkan perhatian saya dengan pikirannya, dengan kebahagiaannya, dengan senyumnya.

fb-img-1528881007665-5b214c465e137325c370eeb2.jpg
fb-img-1528881007665-5b214c465e137325c370eeb2.jpg

Terimakasih Selalu Pasang Badan Tanpa Kupinta

Mendapatiku mendelik ngeri ketika hujan mulai mengajak rekan-rekannya mengunjungi bumi, kau segera mengerti ketakutanku terhadap petir. walau karena gengsi aku tak mengakuinya, kau tidak keberatan pasang badan untuk melindungiku, menjadi dinding yang menghalangi kilatan-kilatan itu dari pandanganku. Menangkupiku, mengharuskan kita saling berhadapan sedekat ini, ya badanmu yang besar mampu melakukannya tanpa sedikitpun kita bersentuhan, membuatku merasa berharga. Saat itu kau ceritakan semua tentangmu yang belum pernah kudengar sebelumnya, dengan senang hati aku memasang telinga, sama sekali tidak ada niatan untuk menghentikan pembicaraanmu.


Terimakasih Untuk Gesture Yang Tidak Berlebihan

photo-5b214ae7ab12ae1bd62f76a2.jpg
photo-5b214ae7ab12ae1bd62f76a2.jpg
Genggaman tangan? rangkulan? usapan kepala? Tidak ada tindakanmu yang berlebihan. Orang lain selalu merasa aneh ketika menanyakan hal itu kepadaku. menurutku atau mungkin menurut kita justru tidak ada yang aneh. Jika dengan gesture begitu saja sudah membuatku merasa dihargai, untuk apa mencoba yang lebih? bukankah cinta justru rasa yang tersisa setelah debaran itu hilang? Tapi kau tau apa? rangkulanmu masih saja mampu mengundang debaran itu.

Terimakasih Memperlakukanku Layaknya Perempuan

Sedikit merasa aneh ketika kau memperlakukanku seperti tokoh perempuan dalam novel yang pernah diperlakukan oleh kekasihnya. Sering aku ingin memperingatkanmu bahwa aku adalah kakak dari tiga orang adik, aku selalu diajarkan mandiri, Kata manja sangat jauh dariku. Aku juga tidak pernah diperlakukan bak seorang putri oleh yang sebelumnya. Alih-alih menggerutu, kau malah memegang tas ku dan sedikit membungkuk ketika aku kesulitan menaiki sepeda motormu. 

Terimakasih Menyayangiku Sesederhana ini

Untuk yang terakhir ini, aku sungguh-sungguh berterimakasih. Mengencanimu bukan akhir dari kebebasan, justru awal dari kebebasanku, kau selalu memberiku ruang untuk bernafas. Bahkan aku sering lupa memiliki seseorang yang di hadapannya aku harus menjaga sikap. hahaha. untukmu yang tidak banyak menuntut, aku bebas menjadi diriku sendiri, membuatku tidak perlu takut menunjukkan siapa diriku yang sesungguhnya, karena bukannya memilih pergi, kau justru terang-terangan mengingatkan jika aku salah, entah bagaimana caramu menyampaikan hingga kritikanmu tidak pernah menyakitiku.

 Iya, di hadapanmu aku berani menunjukkan "keaslianku", tidak perlu "kepalsuan" untuk membuatmu selalu betah bersamaku. Bukankah pada yang "disengaja lebih" hanya akan menyisakan "ilusi"? Itu kenapa aku juga memberimu ruang untuk melihat yang "lebih", karena ku percaya kau akan merindukan "keaslian" ini. hihihi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun