Mohon tunggu...
Febri Fajar Pratama
Febri Fajar Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Pendidikan Kewarganegaraan

Penulis biasa. Masih butuh banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kala Senja Mencekam

16 November 2018   20:38 Diperbarui: 18 November 2018   07:36 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: brilio.net

          Perkenalkan, namaku Tama. Aku adalah seorang pemandu wisata yang belum lama ini memulai bisnis jasa eksplorasi hutan konservasi di wilayah timur Indonesia. Bagiku, ini adalah hal yang dari dulu sangat aku impikan. Berlatar belakang sebagai mantan anggota mahasiswa pecinta alam, banyak kegiatanku yang berhubungan dengan alam liar. 

          Kebetulan hari ini aku akan memandu 5 orang wisatawan domestik dan 1 orang turis asing untuk hiking. Seperti biasa, selepas makan pagi pukul 6.30, kami melakukan briefing terlebih dahulu sebelum meninggalkan penginapan. Suasana kekeluargaan pun nampak terasa disela-sela briefing. 

          Sesekali Mr. Fred seorang turis asing yang juga biologist melontarkan candaan menggunakan bahasa Indonesia yang masih kental dengan aksen inggris nya. Maklum saja, beliau pernah tinggal di Indonesia selama 5 tahun untuk melakukan penelitian. Sejak saat itu, beliau mulai jatuh cinta dengan keindahan alam Indonesia, dan merindukan agar dapat datang kembali ke Indonesia untuk berlibur sembari menapaki jejak Alfred Wallace.

          Waktu menunjukkan pukul 7 tepat, setelah briefing untuk cek perlengkapan dan kesiapan para wisatawan, kami pun berangkat ke lokasi dengan menggunakan minibus. Mengingat jarak dari penginapan ke kawasan konservasi lebih kurang 35 Km dengan jalur tempuh yang tidak terlalu baik, aku menyarankan Pak Her, supir minibus kepercayaanku untuk berhati-hati. 60 menit kemudian, akhirnya aku dan rombongan tiba dikawasan hutan konservasi. 

          Kamipun segera melapor ke POS untuk mendapatkan ijin hiking sekaligus pendataan anggota. Keadaan hutan yang kami jelajahi benar-benar membuat para wisatawan berdecak kagum. Suara burung dan juga suara-suara serangga di lebatnya pepohonan terasa merdu ditelinga. Udara segar yang belum tercemar polusi membuat para wisatawan beberapa kali menarik nafas untuk merasakan kesegarannya. Atmosphere seperti ini tentunya menjadi hal yang sangat baik bagi Kevin, seorang anak berusia 8 tahun, buah hati Lukman dan Prita yang sengaja diikutsertakan dalam rombongan untuk terapi penyembuhan asma nya.

          Dalam perjalanan, kami menemukan berbagai fenomena menarik yang terjadi di dalam hutan.  Beberapa kali kami juga bertemu hewan endemik yang muncul dihadapan kami. Tentunya hal tersebut tidak di sia-sia kan Anggi yang langsung mengabadikannya dalam jepretan kamera. Tak hanya Anggi, Mr. Fred juga nampak terkesan dengan flora yang terdapat di cagar alam ini. Meskipun Mr. Fred harus menggunakan tongkat sebagai alat bantu jalan, namun tidak menyurutkan semangat beliau untuk terus menjelajah hutan dan mengamati keanekaragaman hayati yang ada.

          Setelah puas mengeksplorasi cagar alam, kamipun bergegas untuk pulang. Tepat pukul 5 sore, rombongan bertolak menuju penginapan. Namun, tak sampai setengah perjalanan, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi mengalami kendala. Mungkin karena usia minibus yang sudah tergolong tua. Kami pun berhenti, lalu Pak Her keluar dari mobil untuk memeriksa kondisi mesin. 

          Para rombongan terlihat panik, karena kami terjebak ditengah-tengah hutan yang sepi. Sebagai pemandu, aku merasa keadaan ini harus segera diatasi. Aku mencoba memberi pengertian kepada rombongan untuk tetap tenang dan menjelaskan apa yang sedang terjadi.

          Setelah para wisatawan tenang, aku menghampiri Pak Her yang sedang memeriksa mesin mobil, "Pak Her, kenapa bisa mogok gini mobilnya?" tanyaku penasaran. "waduh, ternyata ada gangguan dari air radiator yang bocor mas Tama, mesinnya jadi overheat. Kayaknya kita nggak bisa paksa mobilnya buat jalan lagi, takutnya malah ada konsleting." Jawab Pak Her yang nampak bingung melihat kondisi ini. 

          Sungguh kejadian ini diluar dugaanku. Aku berusaha tetap tenang dan mencoba untuk tidak terlihat panik. Akhirnya aku mengumpulkan para rombongan dan memberitahukan bahwa minibus yang kita tumpangi ada masalah dan terpaksa tidak dapat digunakan untuk mengantar rombongan kembali ke penginapan.

         Waktu menunjukkan pukul 17.30, senja mulai datang menyambut malam. Mau tidak mau aku harus bisa membuat keputusan agar para wisatawan aman dan tenang. Akupun mencoba memberi pengertian kembali kepada para wisatawan dan menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini. Dengan kondisi sinyal terbatas dan baterai ponsel yang tersisa 27%, aku mencari bantuan dengan mengontak rekan-rekanku di kota dekat penginapan. Salah satunya menyanggupi untuk menjemput menggunakan mobil sedan berkapasitas 4 orang sekali jalan dengan estimasi waktu tempuh 2 jam 15 menit, dikarenakan medan yang kurang bagus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun