Oh ya, sebagai gambaran untuk diketahui, meskipun jam 9 malam, rasanya masih serasa sore hari mengingat waktu Maghrib di sana bisa sekitar pukul 7 malam di Hanoi saat menjelang musim panas tiba.
Begitu acara selesai, tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Entah mengapa, saya diserbu oleh beberapa anak kecil yang juga didampingi oleh orang tuanya. Mungkin mereka merasa penasaran dengan blangkon yang saya kenakan.
Hebatnya, meskipun masih anak-anak yang mengaku masih duduk di bangku kelas 5 di sebuah sekolah dasar di Hanoi, keberanian dan kemampuan mereka untuk membangun komunikasi dengan orang asing dalam Bahasa Inggris secara lisan membuat saya menjadi kagum dan salut.
Banyak pertanyaan di hati diri ini, mengapa kemampuan murid-murid saya dalam berbahasa Inggris lisan kurang begitu lancar dan juga rasa percaya dirinya kurang untuk membangun komunikasi aktif.Â
Hal ini menjadikan bahan introspeksi diri saya sendiri sebagai seorang guru. Apakah saya hanya terlalu fokus pada administrasi guru, sibuk diri dengan tugas aplikasi online dan offline, ataukah ada metode saya yang salah dalam mengajar?
Mungkin juga karena kelas sering saya tinggalkan demi mengikuti Zoom untuk Webinar yang diwajibkan di ruangan lain? Juga, apakah nilai saya terlalu tinggi dalam 'sedekah' hingga nilai murid saya sangat tinggi namun tidak mencerminkan kompetensi yang mereka miliki?
Ah sudahlah, sulit untuk menjawabnya. Sebaiknya saya lebih banyak belajar lagi agar bisa mengajar dengan ikhlas dan semoga di masa mendatang anak didik saya bisa menjadi lebih hebat daripada para guru dan orang tuanya. Inshaallah!
Catatan ditulis dari Hanoi untuk Kompasiana.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI