Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Suasana Ho Chi Minh Mausoleum Saat Parade Senja di Hanoi, Vietnam

4 Juli 2025   09:52 Diperbarui: 4 Juli 2025   16:16 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana parade senja di kompleks Ho Chi Minh Mausoleum di Hanoi, Vietnam (Sumber gambar: Dokumen pribadi)

Oh ya, sebagai gambaran untuk diketahui, meskipun jam 9 malam, rasanya masih serasa sore hari mengingat waktu Maghrib di sana bisa sekitar pukul 7 malam di Hanoi saat menjelang musim panas tiba.

Begitu acara selesai, tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Entah mengapa, saya diserbu oleh beberapa anak kecil yang juga didampingi oleh orang tuanya. Mungkin mereka merasa penasaran dengan blangkon yang saya kenakan.

Penulis dengan anak-anak Hanoi Vietnam beserta orang tua dan keluarganya di HCM Mausoleum (Sumber gambar : Dokumen pribadi)
Penulis dengan anak-anak Hanoi Vietnam beserta orang tua dan keluarganya di HCM Mausoleum (Sumber gambar : Dokumen pribadi)

Hebatnya, meskipun masih anak-anak yang mengaku masih duduk di bangku kelas 5 di sebuah sekolah dasar di Hanoi, keberanian dan kemampuan mereka untuk membangun komunikasi dengan orang asing dalam Bahasa Inggris secara lisan membuat saya menjadi kagum dan salut.

Banyak pertanyaan di hati diri ini, mengapa kemampuan murid-murid saya dalam berbahasa Inggris lisan kurang begitu lancar dan juga rasa percaya dirinya kurang untuk membangun komunikasi aktif. 

Hal ini menjadikan bahan introspeksi diri saya sendiri sebagai seorang guru. Apakah saya hanya terlalu fokus pada administrasi guru, sibuk diri dengan tugas aplikasi online dan offline, ataukah ada metode saya yang salah dalam mengajar?

Mungkin juga karena kelas sering saya tinggalkan demi mengikuti Zoom untuk Webinar yang diwajibkan di ruangan lain? Juga, apakah nilai saya terlalu tinggi dalam 'sedekah' hingga nilai murid saya sangat tinggi namun tidak mencerminkan kompetensi yang mereka miliki?

Ah sudahlah, sulit untuk menjawabnya. Sebaiknya saya lebih banyak belajar lagi agar bisa mengajar dengan ikhlas dan semoga di masa mendatang anak didik saya bisa menjadi lebih hebat daripada para guru dan orang tuanya. Inshaallah!

Catatan ditulis dari Hanoi untuk Kompasiana.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun