"Mempelajari sastra semenjak usia dini dipercayai bisa membuat hati seseorang menjadi lebih lembut dan bisa merencanakan kebahagiaan yang nyata dalam hidup bagi dirinya sendiri sekaligus orang di sekitarnya"
Bila ada kutipan seperti di atas, saya adalah orang pertama yang akan mengatakan sependapat dan sangat mempercayainya. Meskipun harus diakui ada anggapan bahwa generasi sekarang ini sangatlah lemah daya baca maupun minim minat bacanya terhadap dunia literasi ataupun kesusastraan.
Membahas dunia sastra di dalam alam literasi itu sangatlah luas dan bisa merambah kepada mereka yang berada di dunia seni juga. Oleh karena itu, untuk batasan istilah sastra di sini adalah karya sastra fiksi berupa cerita pendek, puisi, prosa, cerita bersambung, sajak, drama, novel dan sejenisnya.
Kata literasi sering didengungkan namun tanpa makna karena hanya sebatas retorika politis tanpa ada aksi nyata dan berdalih bahwa literasi hanya membuat hati manusia menjadi lemah dan tujuannya dianggap tidak jelas.
Memang tidak diingkari bahwa selain sastra, juga masih ada literasi lain yang juga sama pentingnya untuk bekal ilmu dalam kehidupan ini seperti literasi finansial, literasi digital atau literasi baca, hitung dan tulis.
Memang makna literasi adalah semua hal yang mencakup semua aspek pada paragraf di atas tersebut. Semua itu adalah serangkaian kecakapan yang akan membentuk kemampuan soft skill diri seseorang dalam menggapai keterampilan atau hard skill agar kelak bisa menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan hidup mereka secara bijaksana.
"Manusia adalah hewan yang berpikir. Bila mereka tidak mau menggunakan pikirannya, ditakutkan sisi dari sifat-sifat hewan akan muncul dalam karakter diri mereka dan akan memberikan dampak kejahatan pada sekitarnya"
Tidak heran, banyak kasus kejahatan yang dilakukan dan perilaku mereka lebih kejam daripada hewan. Membunuh, memperkosa, memeras, merampok, dan karakter bengis lainnya karena mereka telah kehilangan jiwa kemanusiaannya
Salah satu cara untuk mengelola hati dan emosi diri seseorang, sebaiknya dunia pendidikan juga harus memberikan dan memperhatikan porsi yang lebih untuk mata pelajaran sastra di semua jenjang sekolah.
Pada era tahun 80-an, murid-murid di tingkat sekolah menengah pertama dan atas di tanah, sudah digiatkan dengan dunia sastra. Mereka sudah banyak membaca buku sastra seperti novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Buya Hamka atau Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan lain sebagainya.