Mohon tunggu...
EJK
EJK Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, Prabowo & Megawati di Pusaran Pilkada DKI

10 Maret 2016   16:41 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:00 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah pilkada yang lebih menarik dibanding pilkada DKI Jakarta? Jelas tidak ada. Meski pilkada DKI masih 19 bulan lagi, tapi semua mata kini tertuju ke kota dimana pemerintahan negeri ini berpusat. Seluruh negeri dari Sabang sampai Merauke memandang ke sini. Padahal dulu pilkada DKI tidak menarik, sama sekali tak menarik. Bahkan bagi warga DKI sendiri.

Kita apatis, tak peduli, tak mau tau siapa calonnya, tak ada niat mencari tau track record sang calon. Bahkan banyak orang yang berpikir terserahlah siapa yang terpilih, toh Jakarta juga bakal begitu-begitu saja. Masyarakat tak peduli calon ini didukung partai apa, darimana asalnya, programnya apa? Emang gue pikirin, gak ngaruh juga sama kehidupan gue, begitulah kira-kira masyarakat kita dulu melihat pilkada. Bahkan mungkin pilpres.

Tapi sekarang jauh berbeda, tiba-tiba semua sangat peduli dengan Jakarta. Tiba-tiba semua memandang Jakarta adalah barometer politik nasional. Loh kenapa tidak dari dulu? Lihat saja, tokoh-tokoh terkenal nan katanya nasional bahkan internasional berbondong mau turun “kasta” membidik kursi no 1 di ibukota.

Tokoh seperti Yusril yang sudah meng-internasional karena membela kapal Thailand yang diduga maling pun semangat 45 membidik Jakarta. Ada lagi mantan Menpora, mantan Ketua MPR, pengusaha sukses, musisi kelas dunia, aah banyak lah sampai masyarakat pusing.

Dulu...ya dulu, mungkin ditawari mencalon menjadi gubernur DKI pun mereka pasti ogah. Ngapain pusing-pusing memikirkan masalah Jakarta yang sangat complicated, ngapain mendedikasikan diri memperbaiki berbagai masalah yang begitu kompleks. Capek. Toh ujung-ujungnya usai jadi gubernur DKI, selesai juga karir politiknya. Mentok. Yaaah paling banter jadi duta besar. Buat apa menguras energi dan uang ikut-ikutan pilkada DKI, begitu kira-kira pemikiran politikus lama itu.

Tapi sekarang beda, jauh berbeda boss. Pilkada DKI naik pamor, bahkan mungkin pemilihan umum paling bergengsi kedua setelah pilpres. Semua bilang pilkada DKI adalah barometer pilpres 2019. Dan semua ini gara-gara Jokowi. Kalau saja Jokowi tidak dimajukan pada pilkada DKI 2012 lalu, mungkin hari ini pilkada DKI ini sama saja dengan pilkada-pilkada daerah lain. Kalau pun menyedot perhatian, tidak akan sebesar saat ini.


Saat Jokowi-Ahok dimajukan PDI-P dan Gerindra, antusias masyarakat mencari tau siapa sosok kedua orang ini tak terbendung. Ditambah boomingnya media digital memudahkan masyarakat mencari tau siapa mereka. Sebeneranya yang patut diacungi jempol itu adalah Prabowo, dia jeli mencari cara bagaimana menyedot perhatian masyarakat yang efektif. Maka didatangkanlah dua orang “kampung” untuk bertarung di ibukota.

Prabowo mendatangkan dua orang ini jelas bukan tanpa pamrih. Niat awalnya sih bakal mengangkat namanya dan partainya di pilpres 2014. Sukses Jokowi Gubernur, otomatis sukses Prabowo Presiden. Tapi dia kecele. Dan ini pastinya disesali sang jenderal seumur hidupnya.

Oke, terlepas motif Prabowo mengusung Jokowi-Ahok ke ibukota, jelas kehadiran dua orang ini membuat latah partai-partai lain membawa orang daerah ke Jakarta. Sebut saja Alex Nurdin yang diusung Golkar. Bahkan trik Prabowo ini mampu menarik tokoh nasional sekelas Hidayat Nurwahid untuk turun kasta bertanding di pilkada DKI 2014 lalu.

Keberhasilan Prabowo mendudukan tokoh daerah menjadi tokoh nasional patut diacungi jempol. Ini merubah peta politik nasional. Masyarakat jadi semakin antusias menimbang-nimbang, mengukur-ukur potensi tokoh yang bakal bertarung di DKI. Pilkada DKI menjadi tontonan menarik. Tapi jujur saja, memang ini tidak semua peran Prabowo. Kalau saja Jokowi tidak menang pilpres, mungkin kursi DKI-1 tidak akan semenarik sekarang.

Kita, masyarakat luas tentu bersyukur dengan kondisi sekarang, kita diuntungkan. Fenomena politik DKI menjadi hiburan dan pembelajaran gratis bagi kita. Kita jadi terbuka mata memilah dan menilik siapa calon yang pragmatis, siapa calon yang ambisius, siapa calon yang cari nama beken, siapa calon yang dramatis dan siapa calon yang hanya mencari panggung demi eksistensi. Dan kita jelas sudah bisa menilai jauh-jauh hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun