Mohon tunggu...
Dzikra Surya Purwana
Dzikra Surya Purwana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Pendidikan Guru Sekolah Dasar - Universitas Pendidikan Indonesia

Hello, I'm a student at UPI.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Indonesia Dilihat dari Kacamata PISA dan TIMSS

8 Desember 2022   07:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   07:54 5894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas kedua sumber dayanya yang dimiliki, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kemajuan tersebut akan tercapai dengan cepat jika didukung oleh sumber daya alam yang memadai atau melimpah dan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya, kemajuan akan melambat ketika faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia relatif terbatas atau tidak mencukupi.

 Pendidikan diperlukan untuk mencapai sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup. Pendidikan dapat mengembangkan tiga aspek dalam kehidupan seseorang yaitu sikap hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Pendidikan yang berkualitas dapat memajukan suatu bangsa. Seperti yang kita ketahui dan lihat bersama, kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini terlihat pada hasil PISA dan TIMSS, dengan Indonesia berada di peringkat 10 dari bawah.

 PISA (The Program for International Student Assessment) merupakan program yang diinisiasi oleh negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). PISA diharapkan dapat membantu negara-negara untuk mempersiapkan sumber daya manusianya agar memiliki keterampilan yang diharapkan di pasar internasional. Subjek penilaian PISA adalah tes dasar membaca, matematika dan sains, tanpa melihat dari kurikulum nasional. Pisa tersebut diuji hanya pada sampel acak siswa berusia 15 tahun. Potret pendidikan Indonesia di mata dunia dapat dilihat dari pemeringkatan PISA Indonesia, PISA 2003 Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara dalam literasi sains dan matematika, pada tahun 2006 menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara dalam literasi matematika. Pada tahun 2009, Indonesia menempati peringkat 57 dari 65 negara dengan skor rata-rata 402, pada tahun 2012 Indonesia menempati peringkat 63 dari 64 negara dengan skor rata-rata 375 dari skor rata-rata OECD 494 , dan pada tahun 2018 menempati peringkat 72 dari 79 negara (OECD, 2018).

 Pada saat yang sama, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) adalah studi internasional tentang kecenderungan atau  perkembangan matematika dan ilmu sains. TIMSS diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Tes tersebut dilakukan pada siswa kelas 4 SD dan kelas 8 SMP. Kerangka penilaiannya dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi substantif dan dimensi kognitif, dengan mempertimbangkan kurikulum yang ada di negara bersangkutan. . Pada survei TIMSS tahun 2003, skor rata-rata Indonesia adalah 411, sedangkan skor rata-rata di internasional adalah 467, sehingga Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara. Menurut hasil survei TIMSS tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara dengan skor rata-rata 397 (P4TK, 2011). Hasil TIMSS 2011 menempatkan Indonesia pada urutan ke-32 dari 49 negara dengan skor rata-rata 386, sedangkan rata-rata internasional adalah 500. Hasil dari TIMSS 2015 menempatkan Indonesia pada urutan ke- 46 dari 51 negara dengan skor rata-rata 397 (Retnowati, P. dan Ekayanti, A., 2020).

 Berdasarkan data di atas, siswa Indonesia masih berada pada level yang bawah yaitu hanya sampai level 3, sementara banyak siswa di negara maju dan berkembang lainnya berada pada level , 5 bahkan level 6. Hasil PISA dan TIMSS menunjukkan bahwa Indonesia masih  banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam memperbaiki sistem pendidikan. Selain itu. Haqq (2016) dan (2017) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya pemahaman dan kemampuan penalaran matematis siswa adalah karena selama ini pendidikan matematika belum disampaikan kepada siswa secara utuh dan yang dihasilkan bersifat informasional yang menyebabkan kedua kemampuan tersebut rendah. Konsep pelajaran yang diberikan tidak membekas dalam ingatan siswa sehingga mudah lupa dan sering bingung memecahkan masalah yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru. Selain itu, siswa tidak dapat mengikuti ujian, baik itu ujian akhir semester maupun ujian nasional.

 Keikutsertaan Indonesia dalam International Mathematics and Science Survey (TIMSS) dan Program for International Student Assesment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa prestasi anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa laporan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan banyaknya materi tes yang diminta dalam TIMSS dan PISA, antara lain, yang tidak masuk dalam kurikulum Indonesia. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah/Madrasah Aliyah). Oleh karena itu, pemerintah harus menyempurnakan kurikulum yang ada di Indonesia karena kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan. Selain itu, kurikulum merupakan bidang yang secara langsung mempengaruhi hasil pendidikan dan sangat menentukan proses dan hasil sistem pendidikan. Kurikulum juga dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan dan pedoman pelaksanaan pengajaran pada semua jenis pendidikan dan pada semua jenjang pendidikan (Arifin dalam Muhammadi, 2016).

 Hasil TIMSS dan PISA yang rendah menunjukkan bahwa siswa Indonesia tidak mengetahui soal-soal yang memerlukan perspektif tingkat tinggi, yaitu soal-soal yang memerlukan penerapan dan penalaran. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia dan bahan ajar (buku pelajaran) yang digunakan siswa setiap tahunnya berbeda-beda sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Faktor lainnya adalah kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah karena berbagai sebab; Pertama, minimnya sarana dan prasarana penunjang pembelajaran (Wardani, 2019). Misalnya, karena kurangnya ruang kelas di sekolah, jumlah siswa melebihi daya tampung di semua sekolah. Kedua, guru yang kurang profesional . Misalnya guru yang datang ke kelas hanya memberikan tugas mencatat untuk siswa dan tidak memberikan penjelasan materi secara detail (Judge, 2019). Dan masih banyak lagi seperti ketidakpercayaan menjawab soal saat ujian sehingga siswa lebih banyak mencontek. Kesuksesan belajar akan lebih baik bila siswa memiliki pola belajar yang teratur setiap hari, daripada tidak ada pola belajar dan hanya belajar pada waktu-waktu tertentu dalam sehari yang diperlukan (Gustian, 2002).

 Menurut Aziz (2015), untuk mencapai pendidikan bermutu, proses adalah yang paling penting meliputi proses belajar mengajar, monitoring dan evaluasi. Aziz juga menekankan bahwa yang terpenting adalah proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar bukan hanya siswa yang menentukan keberhasilan proses tersebut, tetapi juga guru merupakan faktor penentu, dan tidak mungkin membandingkan siapa yang lebih mempengaruhi keberhasilan belajar, tetapi keduanya sama-sama menentukan. kesuksesan dan meningkatkan mutu pendidikan.

 Pemerintah Indonesia telah melakukan tugas yang sangat besar untuk mereformasi kualitas pendidikan di Indonesia, terutama di semua tingkatan. Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program studi mandiri yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan, antara lain. Aturan USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional), UN (Ujian Nasional), RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan Zonasi PPDB (Penerimaan Siswa Baru) (kemdikbud, 2019). Dalam kurikulum merdeka ini, pembelajaran dilakukan secara mandiri, yaitu metode pembelajaran yang dikaitkan dengan bakat dan minat. Siswa dapat memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari sesuai dengan kemampuannya. Pendidikan memang tidak boleh memaksakan kemampuan siswa, karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, jika setiap siswa dituntut untuk sama kemampuannya dalam semua bidang itu dianggap mustahil. Pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan siswa, bukan malah menutup atau mencegah berkembangnya kemampuan tersebut,  dengan tidak diberikannya ruang bebas untuk berekspresi pada siswa. Karena sebenarnya pendidikan masa depan yang akan dating lebih ditekankan pada bagaimana membuat suatu produk daripada hanya menjadi konsumen suatu produk ini guna untuk bisa bersaing dengan Negara lain. teori saja tidak cukup, tetapi siswa juga perlu belajar dan mengembangkan keterampilan untuk hidup di masa depan. Melalui kurikulum mandiri, siswa diharapkan memiliki sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka lebih kreatif, inovatif dan produktif sehingga berhasil menghadapi berbagai masalah dan tantangan zamannya untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia adalah dengan mengadakan pelatihan akademik. Proses belajar mengajar lebih baik dikembangkan oleh para pendidik. Setiap guru mempunyai kompetensi yang berbeda jika kompetensi itu dikembangkan mungkin saja bisa untuk mengubah pendidikan di Indonesia. guru tidak harus selalu berpatok kepada kurikulum tapi guru juga bisa untuk berarti improvisasi tapi tetap di dalam pembelajarannya sejalan dengan kurikulum yang diberlakukan agar Pembelajaran yang diberikan tidak terlalu monoton berpusat selalu pada kurikulum. perlunya penggunaan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang merangsang siswa untuk berani mencoba hal-hal yang dianggap rumit untuk dapat lebih disederhanakan. Pengembangan kreativitas siswa harus dilakukan dengan memberikan kesempatan berkreasi secara bebas dan bertanggung jawab, tanpa mengganggu kegiatan akademik lainnya. Ketika kita memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi, harapannya siswa mampu menciptakan sesuatu yang bisa berguna di masa depan, karena siswa sebenarnya bisa lebih pintar dari gurunya. Upaya selanjutnya adalah  perlu dilakukan perbaikan di dalam kelas setiap hari saat memberikan penilaian hasil belajar siswa. Bentuk penilaiannya bermacam-macam, tidak hanya dalam bentuk tes saja, tetapi penilaian yang lain juga bisa dilakukan.  Apalagi sekarang sudah diterapkan kurikulum merdeka kita bisa memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih nilai seperti apa yang diinginkan dengan cara memberikan tiga pilihan nilai juga dengan tiga pilihan bentuk penilaian. contoh guru memberikan 3 nilai seperti ketika ia yang dites secara langsung di depan kelas ia akan mendapatkan nilai 100, kemudian ketika ia ingin penilaian dengan menggunakan video maka nilainya akan menjadi 90 atau ketika ia ingin dengan menggunakan video tetapi juga dengan membaca teks maka nilainya akan menjadi 80. Penilaian seperti ini diharapkan memberikan motivasi kepada siswa agar ia lebih mampu bersemangat untuk mendapatkan nilai yang tertinggi.

 Upaya yang telah diuraikan diatas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memperkuat posisi Indonesia dalam kajian PISA dan TIMSS. Sebab, sejatinya yang perlu dibangun bangsa Indonesia adalah membangun kualitas sumber daya manusianya, dimana kekuatan terbesar sumber daya manusia ada pada generasi muda (Angraini, 2020). Oleh karena itu, sebagai generasi muda kita harus bisa merencanakan masa depan yang cerah, karena generasi muda dan masa depan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana Q.S Al-Al-Hasyr: 18 menegaskan betapa pentingnya hari esok, sebagai hari-hari yang menguntai masa depan. Masa Depan, kerap membuat seseorang terjebak dalam kegelisahan dan kegalauan masa kini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun