Mohon tunggu...
Dzatul Kahfi Bagus Rinangku
Dzatul Kahfi Bagus Rinangku Mohon Tunggu... Sarjana Hukum

Seorang Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Mitos dan Makna: Mengurai Misteri Malam Satu Suro Dalam Perspektif Islam

8 Juli 2025   13:37 Diperbarui: 8 Juli 2025   13:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pamflet (Sumber: Foto pribadi)

Satu Suro = 1 Muharram: Titik Temu Kalender Jawa dan Islam

Satu Suro sejatinya adalah 1 Muharram, hanya saja penyebutan ini berasal dari sistem penanggalan Jawa Islam yang dikembangkan Sultan Agung dari Mataram pada abad ke-17. Dalam upayanya meng-Islamkan masyarakat Jawa yang masih kental dengan unsur animisme dan Hindu-Buddha, Sultan Agung menyatukan kalender Hijriyah Islam dengan sistem kalender Saka lokal.

Inilah sebabnya, meski sama-sama 1 Muharram, namun penyebutan "Satu Suro" membawa lapisan makna budaya yang berbeda. Sultan Agung tampaknya memilih pendekatan budaya untuk menyampaikan dakwah Islam---cara yang efektif saat itu, namun menimbulkan dilema di kemudian hari ketika makna-makna Islam justru tertutupi oleh aura mistik.

Mengapa Mistis Lebih Populer daripada Makna Mulia?

Pertanyaan ini sangat relevan. Ada beberapa kemungkinan:

1. Daya Tarik Cerita Mistis Lebih Viral

Cerita tentang keris terbang, suara gamelan gaib, atau sosok kuda sembrani di malam suro jauh lebih mudah menyebar dari mulut ke mulut ketimbang ajaran puasa Asyura. Budaya lisan cenderung menyukai yang sensasional.

2. Kurangnya Edukasi Agama tentang Makna Muharram

Banyak yang lebih mengenal Satu Suro dari sinetron atau kisah horor ketimbang dari ceramah atau khutbah. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh ulama dan tokoh masyarakat untuk mengembalikan pemaknaan yang benar.

3. Romantisme Budaya yang Sulit Lepas

Sebagian masyarakat merasa kehilangan identitas jika meninggalkan tradisi malam suro. Padahal, budaya tidak harus dihapus, tetapi bisa diselaraskan dengan nilai-nilai tauhid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun