Mohon tunggu...
Farizky Aryapradana
Farizky Aryapradana Mohon Tunggu... Freelancer - D.Y.N.A.M.I.N.D

Just follow the flow of my mind.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bukan "Dinasti Politik" Biasa

10 Agustus 2020   18:23 Diperbarui: 11 Agustus 2020   19:26 4020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengacungkan ibu jari ke arah para pendukungnya saat meninggalkan RS Cheras, Kuala Lumpur, Rabu (16/5/2018). (AFP/MOHD RASFAN)

Dia harus bergelut dengan tekanan-tekanan politik yang belum wajar diterima oleh remaja seusianya. Tak jarang, Izzah juga menjadi sasaran fitnah yang begitu sadis dari lawan-lawan politik bapak dan ibunya. Tapi baginya, hal itu tidak membuatnya mundur selangkahpun ke belakang.

Sebebasnya Anwar dari penjara pada tahun 2004, tidak kunjung membuat nasib "dinasti politik" ini membaik. Posisi sebagai pihak oposisi yang diambil, terus membuat keadaan keluarganya selalu terjepit. 

Ancaman secara verbal bahkan fisik terus datang bertubi-tubi. Masih teringat ketika Anwar dan Izzah berada dalam satu panggung kampanye, mereka harus memberikan ceramah di bawah lemparan-lemparan batu. Dua kali pemilu telah dilalui tanpa hasil yang berubah. Dan mirisnya, Anwar kemudian harus masuk ke dalam penjara lagi pada tahun 2015. 

Setelah itu, Azizah dan Izzah bahu-membahu untuk menyusun kekuatan politik kelompok oposisi Malaysia. Kebetulan, Mahathir sedang keras-kerasnya menentang kepemimpinan Perdana Menteri Najib Razak yang dianggapnya mengamalkan korupsi keteraluan. 

Mahathir pun berusaha menggalang kerjasama dengan kubu oposisi (termasuk PKR) untuk menumbangkan pemerintahan koalisi Barisan Nasional. 

Menyambut tawaran tersebut, Kak Wan dan Izzah harus berpikir berkali - kali karena peristiwa pemenjaraan suaminya oleh Mahathir masih meninggalkan trauma. 

Hingga akhirnya, Anwar dengan besar hati memberikan penjelasan dari penjara bahwa kerja sama dengan Mahathir sangat penting untuk menumbangkan Najib. Azizah dan Izzah pun akhirnya menyetujuinya. Sebuah keputusan sulit yang ditemukan dalam cerita dinasti politik selama ini.

Pengorbanan mereka tidak sia - sia. Untuk pertama kalinya setelah 60 tahun, koalisi partai oposisi memenangkan pilihan raya umum (PRU) di Malaysia. 

Kak Wan berhasil menduduki kursi wakil perdana menteri, kursi yang ditinggalkan suaminya setelah 20 tahun. Dia mencetak rekor sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia perempuan pertama sepanjang sejarah. 

Tak hanya itu, Anwar dibebaskan dari penjara dengan predikat "pengampunan penuh" dari raja. Menariknya, pengampunan tersebut diajukan oleh Mahathir, mantan seteru lamanya yang didaulat sebagai Perdana Menteri Malaysia kembali. 

Setelah berkuasa, "dinasti politik" Anwar memilih menjauh dari kekuasaan. Anwar dan Izzah memilih tidak ikut serta di dalam kabinet yang dipimpin istri dan ibundanya, meski ditawari oleh Mahathir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun