Mohon tunggu...
Dyana Ulfach
Dyana Ulfach Mohon Tunggu... -

pelajar di SMK N 11 Semarang, Hobi menulis, suka kebebasan, musik, menyukai semua yang berhubungan dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dalam Kesadaranku #3

24 Februari 2014   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sial! Malam ini malam yang suram. Game OSU ku hanya berhasil mencapai 68%. Kalau sudah seperti ini rasanya malas memandangi laptop lagi. Meletakkan badan ke atas gank kapuk yang di bungkus dan diletakkan di atas bangunan kayu yang sengaja di letakkan di belakang meja belajarku adalah solusi yang tepat jika masalah game sedang menghantuiku.

“bang yanuu!!” suara Lina sangatlah nyaring. Membuyarkan pikiran yang sedang aku usahakan untuk beristirahat. “apa?” tanyaku yang masih memejamkan mata. Tapi aku tahu Lina ada di sampingku. Parfum yang di pakai sangat menyengat. “ajarin Fisikakuu”. Kelopak mataku dengan spontan langsung terbuka lebar. “heh nggak inget, kalau nilai fisikaku semester kemarin paling jelek. Kan aku masuk kelas ips. Mana nyaut aku sama yang kayak begituan.”

“pelit banget sih. Kan dulu juga di ajarin!”

“ya kan udah lama banget dek!”

“ayolaaah ajarin.”

“nggak bisa, serius deh. Kalau bisa abang ajarin dek. Lah kalo ini?” raut muka Lina langsung berubah. Wajah kekecewaan yang dia pamerkan padaku.

“makanya, dulu itu masuk di kelas ipa. Biar bisa ajarin adeknya. Huu”

“malah nyaut! Kenapa nggak kamu sendiri yang belajar. Nggak perlu tanya kayak gini kan? Ngrepotin!”

“biarin. Week” lidah panjang Lina keluar dengan lancar. Dan cukup memalingkan pandangan ke langit-langit lagi.

“oh iya bang, minggu depan aku ada pementasan drama di sekolah. Ayah sama Ibu nggak bisa dateng. Bang Yanu bisa dateng nggak?” wajahnya kembali memelas di depan daun pintu kamarku.

“minggu depan ya? hari Senin?” tubuhku mulai terbangun.

“hari minggu. Di aula sekolah. Ada acara ulang tahun sekolah gitu pokoknya. Dan aku main drama. Bang Yanu bisa dateng kan?”

“iya kalau nggak sibuk ya”

“oke!!”

Lina kembali ke kamarnya. Mulai menyalakan mp3nya dengan volume kira-kira 80%. Sehingga cukup jelas lagu yang dia putar sampai ke kamarku. Lagu galau anak muda. Dasar anak smp!

Pr untuk besok sudah terselesaikan semua. Materi untuk persiapan ulangan juga 40% sudah aku kuasai. Osu ku sudah hampir kiamat. Malas kalau harus berurusan dengan alat elektronik itu dan buku-buku yang tebal-tebal itu. Kalau aku menutup mata di jam setengah sembilan seperti ini, rasanya itu tidak asyik. Terlalu sia-sia jika di jam ini aku membiarkan mataku untuk terpejam.

Langit-lagit mulai bosan melihat wajah murungku. Aku duduk di atas kasur ini. melihat handphone bututku merenung di sebelah laptop rasanya perih. “heh, sepi amat sih kamu. Nggak sms siapa gitu? Nggak punya gebetan ya? dasar handphone jones!” ini adalah salah satu cara yang aku lakuakan untuk menghibur diri. Aku mengambil handphone butut itu. Aku memutar-mutar dengan jemariku.

Aku teringat Erna. Bagaimana dengan nasibnya tadi siang ya?

“udah bisa balik?” send ke Erna. Pemberitahuan terkirim sudah didepan mata.

Setengah menit kemudian ada sms masuk. “ udah. pake WA aja Nu.. pulsa sms menipis nih. Hehe”

“aku kan nggak ada WA Na.”

“Oh iya lupa. Hehe kenapa? Tumben nanyain. -_-“

“nggak kenapa-kenapa. Tanya doang”

“oh.. Nu kira-kira minggu depan bisa izin nggak ya? males ikutan.”

“emang minggu depan ngapain?”

“yaaahh, pikunku menular. Kan minggu depan ada camping. Males ikut. Nggak ada Brigta sih.”

“oiya lupa. Kan wajib Na.”

“iya sih. Tapi, maleeess. Tahu sendiri kan kalo nggak ada Brigta aku kayak gimana... L

“kali-kali nggak sama Brigta kenapa sih. Emang kalau mau izin alasannya apaan?”

“itu dia. Aku juga bingung.”

“hm.. terserah deh”

Dan, aku baru tersadar kalau minggu depan juga Lina ada pementasan drama yang juga harus aku hadiri.

“bolos yuk Nuu”

“sial. Minggu depan aku juga harus dateng di acara sekolahnya Lina. Ayah dan Ibu nggak bisa dateng. Trus dia nyuruh aku buat dateng. Ah sial. Gimana nih?” tanganku gemetar. Harap-harap cemas. Sebenarya acara itu sudah diumumkan sebulan yang lalu. Sedangkan Lina baru saja memberi tahuku tentang acara sekolahnya. Ayah dan Ibu minggu depan justru lebih sibuk dari biasanya. Ada yang memesan baju batik dari luar kota. Dan minggu depan harus dikirim.

“nah, pas kan. Ntar kita bisa liat Lina aja.”

“ah, nggak bisa gitu lah Na.”

“ya bisa aja. Ntar di surat izin alesannya ada urusan keluarga mendadak. Gitu aja gimana?”

“yakin nih?”

“aku sih yakin. Aku kan juga penasaran sama Lina. Ayolaaaah” begini ini, kalau wanita sudah merayu. Sebenarnya sebal. Tapi..tipe wanita seperti Erna itu kalau tidak dituruti kadang malah ngambek. Dengan cara pembohongan mugkin baru bisa sembuh.

“ya lihat aja besok”

“aaaahhh Yanu gituu”

Tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sebenarnya mataku masih tahan untuk terbuka. Tapi, kalau tidak ada kegiatan lagi, aku harus memaksakan mata ini untuk beristirahat sekarang. Erna.. biarkan saja dia menunggu balasan dariku yang tidak akan pernah datang padanya. Kejam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun