setitik demi setitik membangun garis dalam ruang dan waktu
padunya pandangan dengan penilaian, ledakan ucap dan lelaku
tak lagi hanya berfatamorgana, imajinasi, apalagi berintuisi belaka
di kala harus menjawab realita hidup dalam seluruh sendi kehidupan
yang dimaui Tuhan Sang Pencipta Maha Segala
bukankah potret ketimpangan 'tlah nyata kasat mata di seluruh sendi kehidupan saat ini?
masikah dinafikan dan dipungkiri, kawan?
menapak, merenda setapak demi setapak, serajut demi serajut
mewujud menuju garis shirathal mustaqim
dan, bilakah itu semua, kawan?
Kota Malang, Agustus di hari kedua, Dua Ribu Dua Puluh Dua.