"Tapi aku yang ga bisa Van?"
"Kan lo tau gue cintanya sama Nadya, Nya."
"Karena itu Van, gue ga bisa deket sama lo sekarang. Egois kalau gue minta lo putusin Nadya."
Evan tersenyum ketir mendengar apa yang aku ucapkan padanya. Terlihat sekali kalau dia bingung ingin menjawab apalagi. Di satu sisi, dia sudah mempunyai seorang kekasih dan mungkin juga karena aku seseorang yang sudah lama bersama dan dia kenal sebelum adanya Nadya.
"Kamu ga bisa jawabkan dan memang ga perlu jawab. Lebih baik aku aja yang mundur Van. Aku ga mau merubah apa yang sudah kamu punya sekarang. Aku mungkin butuh waktu untuk sendiri, sekarang. Salah aku juga, kenapa aku ada rasa sama kamu."
"Nyaa.."
"Makasih udah baik sama gue, Van. Makasih udah denger keluh kesal gue selama ini. Maaf kalau gue sering banget ganggu lo, ketika lo lagi sama Nadya. Jaga dia baik baik ya, sama kaya lo ngejaga gue dengan baik selama ini."
"Apaan sih Nya"
"Ga papa Van. Nanti kalau suatu saat, perasaan suka gue udah ilang. Gue udah bisa nemuin seseorang yang ngerti dan bisa jaga gue dengan baik, gue bakalan nemuin lo lagi kok. lo jangan pergi jauh jauh, biar ntar gampang nyari nya ya." Kekehku tersenyum hingga membuat airmataku kembali menetes pelan pelan.
"Yaudah, gue mo masuk rumah. Lo pergi buruan sana. Nanti Nadya nyari lagi." Â