Mohon tunggu...
Dwi Tobing
Dwi Tobing Mohon Tunggu... Insinyur - Personal Blog: https://dwitobing.blogspot.com/

A Natural Born Romance Junkie with An Introverted Sensing and An Extroverted Thinking

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Belajar Coaching Leadership

17 Mei 2020   00:35 Diperbarui: 17 Mei 2020   00:48 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.focalpointcoaching.com

Minggu lalu, aku mendapatkan sebuah undangan Webinar Kemampuan Kepemimpinan yang dibagikan lewat pesan WhatsApp. Pertanyaan pembukanya yang bikin aku "kepincut". 

"Pernahkah Anda merasa mempunyai staf atau tim yang sudah diarahkan tetapi tidak mau memperbaiki diri? Kesel kan... Apalagi motivasi suka drop sendiri padahal sudah diajarkan dengan benar. Kalau begini, bagaimana kinerja tim dan perusahaan bisa bertumbuh dengan bagus?"

Langsung terbayang kelakuan para pasukan yang suka saling lempar tanggung jawab, seenaknya membelokkan aturan, bertindak sebagai 'tukang sate' profesional, dan sebagainya. Cocok jadwal, aku langsung mendaftar. Gratis pula! 

Webinar ini diadakan oleh Korpora Consulting. Narasumber adalah Coach M. Adithia Amidjaja, seorang coach dengan berbagai lisensi internasional, yang sudah sangat pengalaman di bidang leadership dan team management. Moderatornya Coach Antonius Arif, pun seorang coach dengan berbagai lisensi internasional. Aku sudah pernah ikut dua kali sesi coaching dengan Coach Arif sebelumnya.  Coach Arif juga banyak membagikan ilmunya di bidang sales melalui podcast dan channel YouTube beliau.

Bahasannya sangat menarik. Apalagi peserta datang dari berbagai latar belakang pekerjaan dan bisnis. Fokus pembahasan malam itu sebenarnya adalah bagaimana setiap perusahaan dan bisnis beradaptasi dengan kondisi "new normal" ini. Mengubah sistem kerja dan komunikasi bahkan penjualan yang sekarang lebih banyak dilakukan secara online. Sebenarnya hal ini tidak terlalu applicable dengan perusahaan kontraktor tempat ku bekerja. Puji Tuhan, sampai saat ini owner masih mempercayai kami sebagai salah satu vendor, sehingga tidak ada pekerja yang harus dirumahkan. Namun, mau kondisi new normal ataupun old normal, yang pasti tim kami ini perlu dibenahi. 

Ada banyak sekali gaya kepemimpinan, dan yang dibagikan kemarin adalah Coaching Leadership. Tahapan-tahapan yang kupelajari dari webinar tersebut dan akan ku coba praktekkan adalah sebagai berikut:

1. Cultivates Trust and Safety

Kita harus menciptakan rasa tenang dan nyaman bagi setiap anggota tim. Khususnya dalam masa pandemi ini. Setiap orang sudah pasti memiliki kekhawatiran, bahkan mungkin ketakutan yang berlebihan.

Kita harus memberikan ruang dan waktu bagi setiap anggota tim untuk mereka menceritakan apa yang menjadi kekhawatirannya. Apakah melalui team meeting, ataupun melalui pertemuan satu-satu. Tugas kita adalah mengakui dan mendukung mereka, dan bukan dengan mengcounter kalimat-kalimat curhatan mereka. Kita perlu menggali dan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota tim, karena salah satu kunci membangun sebuah tim adalah dengan keterbukaan dan transparansi. Biarkan anggota tim curhat atau mengeluh tentang apapun juga, dan tidak perlu disanggah atau diberi solusi. Mereka hanya butuh didengarkan.

2. Listens Actively

Dengarkan dengan baik, fokus pada apa yang mereka katakan, dan apa yang tidak mereka katakan. Kita juga harus memastikan bahwa kita mengerti apa yang mereka sampaikan. Ketika mendengar, kita harus mampu menangkap dan mengeksplorasi emosi dan perubahan energi. Dengan mengintegrasikan kata-kata, nada suara, dan bahasa tubuh, maka kita dapat mengerti makna menyeluruh dari apa yang mereka komunikasikan. 

(Uhuk... berasa kuliah Psikologi 101 gak sihhh)

3. Evokes Awareness

Selanjutnya, setelah kita mengerti apa yang menjadi keresahan dan masalah utama mereka, maka kita harus berusaha membuka wawasan atau cara pandang baru mereka. Menggali cara berpikir, berusaha mengarahkan mereka untuk dapat menemukan makna baru dari permasalah yang dihadapinya. Melalui dialog, dan bukan monolog, kita harus berusaha memberikan pengamatan, wawasan, dan perasaan, tanpa memaksa. 

Cara pandang atau makna baru ini harus datang dari diri si anggota tim itu sendiri, dan bukan hasil dikte dari kita. 

Misalnya, kita bisa membantu mereka melihat sisi positif dari "Working From Home". Mungkin mereka merasa kesulitan karena harus bekerja sambil mengurusi rumah dan keluarga. Kita dapat membuka wawasan mereka dengan memberikan sudut pandang baru. Dengan bekerja di rumah, mereka jadi punya waktu lebih banyak untuk mengawasi perkembangan anak-anaknya, memastikan keluarganya mengkonsumsi makanan sehat, lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan suami, istri, orangtua, dan anak-anak. Dengan menemukan makna baru ini, maka nantinya mereka akan menemukan cara baru untuk beradaptasi dengan situasi "new normal" ini. 

Setiap anggota tim harus dihadapkan pada kenyataan, bahwa kondisi 'new normal' ini tidak terhindari. Sudah pasti terjadi, dan kita tidak akan kembali ke masa lalu, atau 'old normal'. Hal ini merupakan salah satu penerapan TRANSPARANSI, dimana kita membukakan kondisi sebagaimana adanya kepada setiap anggota tim. 

4. Facilities Team Growth

Ketika semua anggota tim sudah menemukan awareness berupa makna baru dalam situasi yang dihadapi, maka selanjutnya kita harus memfasilitasi tim untuk bersama-sama membuat action plan atau rencana kerja. 

Persoalan "lempar tanggung jawab" pun dibahas kemarin. Anggota tim akan saling lempar tanggung jawab, ketika mereka tidak tahu makna pekerjaannya, apa peran pentingnya di dalam sebuah tim, sehingga mereka tidak memiliki sense of ownership atau rasa memiliki.  Ketika setiap orang mengerti apa perannya, tahu bahwa dirinya adalah penting, setiap anggota tim adalah penting, maka kita akan memiliki tim yang solid. 

Sebagai seorang leader, kita harus tahu apa yang dirasakan setiap anggota tim, apa yang menyulitkan mereka, dan dukungan apa yang mereka butuhkan untuk memastikan mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan efektif. Dan ini harus dimonitoring terus menerus. Kembali, prosesnya adalah dengan dialog. Baik satu-satu, maupun secara bersama-sama dalam rapat tim. 

Dalam setiap rapat tim, leader berfungsi sebagai fasilitator. Biarkan seluruh tim mengeluarkan pendapatnya, yang kemungkinan besar akan menimbulkan friksi. Namun, tugas fasilitator adalah mengarahkan pembicaraan itu sehingga akhirnya akan menemukan keselarasan.

Seorang leader haruslah memiliki visi ke depan, kemana perusahaan akan diarahkan. Tugas seorang leader adalah merubah perilaku setiap anggota tim nya, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai visi tadi. Seorang leader haruslah punya ide, selalu memberikan informasi, dan memberikan ketenangan kepada setiap anggota tim nya. Oleh sebab itu, setiap leader harus belajar coaching.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun