Mohon tunggu...
Dwi sulistianingsih.
Dwi sulistianingsih. Mohon Tunggu... Guru - Sang pemimpi

Pecinta Karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Roda Kehidupan

9 Oktober 2017   10:35 Diperbarui: 9 Oktober 2017   10:59 3597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat mereka bercanda denagn para orang tua mengapa orang tua mereka pun juga tidak ada yang memperdulikan ku dan sama sekali tidak mengajaku bercanda, apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa yang salah dari diriku? 

Apa yang salah dari keluargaku? Dan apa yang membuat mereka mengacuhkan ku , apakah keluargaku peranah berbuat dosa besar pada mereka semua?.... kadang aku menangis dalam benat ku...sambil terus bertanya ...apa yang terjadi sebenarnya?...

            Aku  lewati hari ku diiringi oleh pertanyaan ku yang belum terjawab.

Pagi sedikit mendung  awan ab-abu  menyelimuti desaku,tapi itu tak menghalangi rutinitas yang biasa orang-orang lakukan di desaa ini , tak lain pula gerimis dan mendung takan halangi niatku untuk menuntut ilmu. Seperti biasa jam seperti ini aku suadah rapih dengan seragam biru abu- abu dan dasi abu-abu lengkap. Ini adalah hari senin hari baru bagi semua orang dengan mimpi yanng baru juga,aku kenakan jas hujan untuk melindungi ku dari terpaan gerimis yang tak kunjung reda. 

Dan ibuku menyiapakan bekal makan siangku dan meletakanya ke dalam tas.  Ibu kawatir jika aku kelaparan disekolah jadi setiap pagi ibu selalu ingat untuk menyiapkan bekal makan siang untuk ku, meskipun hanya dengan sayur kangkung dan tempe goreng tapi aku tak pernah tak habis memakanya, karena aku sadar  aku tak dapat menuntut lebih karena aku tau akan kondisi  ekonomi keluargaku.  Aku segera berpamitan pada ibu ku dan pergi kesekolah.

            Waktu terus berjalan,Aku terus berjalan dalam keadaan ini, aku mulai sedikit mengerti dan memahami tentang apa yang tengah terjadi. Aku terus berusaha memeahami keadaan.

Dan akhirnyaKini aku telah tau jawaban dari setiap pertanyaan ku....bawa itu semua terjadi karena keluarga kami MISKIN ...itulah jawaban dari semua pertanyaanku selama ini.

Tenyata ukuran mereka mencari teman adalah mereka yang memiliki uang dan kedudukan , ukuran mereka menjadikan seseorang sebagai teman adalah uang mereka yang memiliki uang maka dialah yang patut di jadikan teman dan yang tak memiliki uang tak perlu mereka jadikan tema, betapa menyakitkan bila ku teringat dengan masa pilu ini. 

Hingga ketika ingatan itu  melintas ku tak dapat menahan airmata agar tak menetes. Rasa ingin balas dendam pun sempat terlintas dalam fikiran ku,yang hadir karena rasa tertekan yang terus menerus. Hari demi hari kehidupan ekonomi keluargaa kami mulai berubah ,ini karena usaha keras oarangtua kami yang tak pernah putus asa, pantang menyerah  melewati berbagai cobaan hingga akhirnya kami mulai di lihat , dan roda kehidupan pun berputar  mereka yang dulu orang terhormat kini jatuh satu persatu dengan masalah mereka masing masing. 

Tapi aku sadar bahwa balas dendam bukan lah hal yang baik dan itu adalah hal yang paling di benci oleh sang maha kuasa. Tapi setiap luka yanga dalam  pasti meninggalkan bekas, meskipun aku berusaha melupakan hal itu tapi ibarat luka dalam daging yang terkorek kembali, dan membuat ku menangis menahan sakit.

  Namun aku akan terus berusa untuk ikhlas menerima semua itu dan yakin bahwa alloh akan memberikan yang terbaik pada hambanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun