Ada pribahasa yang mengatakan "buah tidak jauh jatuh dari pohonnya", artinya, seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan watak, tabiat dan kebiasaan orang tuanya. Karena itu, pendidika keluarga yang diberikan oleh orang tua akan berimbas sangat besar terhadap anaknya. Proses pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dapat melalui beberapa alat pendidikan (non fisik), yaitu, keteladanan, pembiasaan, hukuman dan ganjaran, dan pengawasan. Alat pendidikan non fisik ini dapat difungsikan oleh orang tua di rumah (dalam keluarga) untuk mempengaruhi anak agar melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan membina perkembangan potensi dirinya.
Bila alat pendidikan non fisik ini dimanfaatkan secara maksimal oleh orang tua ke arah yang positif maka akan berimbas positif pula terhadap perkembangan anak. Sebaliknya jika alat pendidikan non fisik ini disalahgunakan oleh orang tua, maka akan berdampak negatif terhadap diri anak. Contohnya bila orang tua memberi keteladanan dengan sikap dan perbuatan yang baik, maka anak akan cenderung untuk mengikuti sikap dan perbuatan baik tersebut. Begitu juga sebaliknya.
Adapun upaya keluarga dalam menghadapi kendala implementasi pendidikana agama Islam yaitu: a) orang tua selalu memberikan contoh atau tauladan kepada anak-anaknya, Â misalnya dalam mengimplementasikan ketaatan kepada Tuhan, orang tua selalu mengajak anak-anaknya sholat lima waktu tepat pada waaktunya; b) mengontrol semua kegiatan anak; c) berkomunikasi 70% rata-rata keluarga (orang tua) dalam mengimplementasikan pendidikan agama Islam pada anak dengan memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah yang berbasis ilmu keagamaan lebih banyak dibanding materi umum. Dengan harapan anak anak mampu mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari hari. 30% rata-rata keluarga dalam mengimplementasaikan pendidikan hanya dilakukan di sekolah atau madrasah saja tanpa ada pemberian uswah/qudwah pada anak, kurangnya komunikasi dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan: 1) orang tua sibuk bekerja; 2) polah asuh anak banyak diserahkan kepada orang lain; 3) anak yang mengalami broken home; dan 4) tidak ada perhatian dalam pendidikan agama Islam di keluarga. (Yusuf, 2011)
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan agama islam pada peserta didik di tengah pandemi Covid-19 dapat melalui keluarga. Pendidik yang paling berperan yaitu orang tua. Hal yang harus diperhatikan dan tidak bisa ditinggalkan dalam pendidikan karakter berbasis keluarga ini yaitu penggunaan implementasi  yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mensukseskan pendidikan agama islam berbasis keluarga juga harus memperhatikan komponen-komponen yang terkait di dalamnya.Â
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal, dan Sujak. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAK. Bandung: Yrama Widya. 2011.
Bahri Djamarah, Syaiful. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.
Gintings, Abdurrakhman. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora. 2010.
Haitami Salim, Moh. Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.
Rury Yuliatri, "Kuatkan Pendidikan Karakter Siswa di Tengah Pandemi," Berita Headline  (diakses 24       April   2020)