Mohon tunggu...
Dwi Sekar Amanah
Dwi Sekar Amanah Mohon Tunggu... Fakir Ilmu

Selesaikan apa yang telah kamu mulai, keep spirit.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19

28 Desember 2020   11:11 Diperbarui: 28 Desember 2020   11:39 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Dasar Implementasi Pendidikan Agama Islam

Pandemi Covid-19 telah mengganggu kegiatan manusia sehari-hari yang terjadi selama beberapa bulan terakhir di semua negara  khususnya negara Indonesia. Membatasi aktivitas anak di tempat umum dan belajar dari rumah menjadikan kegiatan peserta didik terganggu dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya serta tanpa disadari pandemi ini telah mengancam hak-hak pendidikan merekan di masa depan. Pendidikan agama islam dalam keluarga merupakan salah satu solusi untuk menumbuhkan serta membekali peserta didik supaya memiliki pemahaman tentang akhlak yang baik, religius, bertingkah laku luhur, serta sopan santun walaupun harus belajar dari rumah. Secara rinci dasar implementasi pendidikan agama islam berpacu pada perkembangan pengetahuan (kognitif), sosial, serta moral anak sebagai anak didik. Karena, perkembangan pengetahuan (kognitif), sosial, serta moral pengaruhnya sangat besar terhadap pembentukan serta pengembangan karakter pada anak. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai dasar yang harus dikembangkan dalam implementasi pendidikan agama islam.

Fungsi dari proses pendidikan adalah untuk mempromosikan atau memfasilitasi perubahan yang diinginkan dalam perilaku. Maka Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia, baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah dan alam semesta. Proses pendidikan Agama Islam itu haruslah memberikan pemahaman kepada pemeluknya tentang ajaran Islam yang sebenarnya yaitu ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. (Mulyadi, 2010)

Pendidikan Islam merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dalam al Qur'an, Allah meminta kita agar tidak mewariskan generasi yang lemah.

Sebagai sebuah mata pelajaran, pendidikan agama Islam wajib diajarkan kepada peserta didik yang beragam Islam mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Secara keseluruhan materi mata pelajaran PAI terdiri dari lima cakupan, yaitu: al Qur'an dan Hadits, keimanan, Akhlak, fiqih/ibadah dan sejarah perkembangan Islam. Lima cakupan tersebut setidaknya mengabarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam diharapkan dapat mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya dan lingkungannya.

Pendidikan agama Islam mengajarkan tentang nilai-nilai sosial, ibadah, moral dan ketauhidan. Keberhasilan pendidikan agama Islam tercermin dalam tingkah laku masyarakat yang berakhlak baik, memiliki kepedulian sosial yang bagus, dan masyarakat yang rajin beribadah. Apabila di dalam suatu masyarakat ada banyak masalah atau pertikaian itu menunjukkan bahwa pendidikan Islam belum mampu di terima oleh masyarakat. Pendidikan agama Islam harus memiliki tiga aspek. Pertama, aspek knowledge (pengetahuan). Kedua, aspek Afektif (sikap). Ketiga, aspek skill (ketrampilan). Dalam istilah ilmu pendidikan ketiga aspek tersebut disebut dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang atau peserta didik dikatakan berhasil menempuh pendidikan agama apabila ketiga aspek tersebut ada pada dirinya. Ketiga aspek tersebut adalah merupakan bagian dari kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan.(Sagala, 2011)

Sasaran pendidikan agama Islam adalah penyampaian ilmu pengetahuan keagamaan, sasarannya adalah otak (aspek kognitif). Selanjutnya penyampaian nilai-nilai, sasarannya adalah membentuk sikap agama (aspek afektif), yang tujuannya adalah mencintai nilai-nilai baik dan menolak nilai-nilai buruk. Selanjutnya adalah mengaplikasikan dalam aktifitas kehidupan sehari-hari (aspek psikomotorik). Dalam menunjang tujuan dan sasaran dalam pendidikan formal yaitu sekolah, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, yakni suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. keluarga dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

2. Implementasi Pendidikan Agama Islam

Dalam perspektif pendidikan, terdapat tiga lembaga utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan. Dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1978) ditegaskan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima pendidikan dan pembinaan. Meskipun diakui bahwa sekolah mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan, namun sekolah tidak mulai dari "ruang hampa"(Noer Aly, 1999). Urgensi penerapan pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga pendidikan agama merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak sejak dini ketika masih muda. Hal tersebut mengingat bahwa pribadi anak pada usia kanak-kanak masih muda untuk dibentuk dan anak didik masih banyak berada di bawah pengaruh lingkungan rumah tangga. Mengingat arti strategis lembaga keluarga tersebut, maka pendidikan agama yang merupakan pendidikan dasar itu harus dimulai dari rumah tangga oleh orang tua. Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidangbidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anakanaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak. Demikian pula, memberikan kepada anak bekal pengetahuan agama dan nilai-nilai budaya Islam yang sesuai dengan umurnya sehingga dapat menolongnya kepada pengembangan sikap agama yang betul. Inti pendidikan agama sesungguhnya adalah penanaman iman kedalam jiwa anak didik, dan untuk pelaksanaan hal itu secara maksimal hanya dapat dilaksanakan dalam rumah tangga.(Syah, 2010)

Nasution (1995) menyebutkan bahwa pendidikan agama, dalam arti pendidikan dasar dan konsep Islam adalah pendidikan moral. Pendidikan budi pekerti luhur yang berdasarkan agama inilah yang harus dimulai oleh ibu-bapak di lingkungan rumah tangga. Disinilah harus dimulai pembinaan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam diri anak didik. Lingkungan rumah tanggalah yang dapat membina pendidikan ini, karena anak yang berusia muda dan kecil itu lebih banyak berada di lingkungan rumah tangga daripada di luar .Tugas lingkungan rumah dalam hal pendidikan moral itu penting sekali, bukan hanya karena usia kecil dan muda anak didik serta besarnya pengaruh rumah tangga, tetapi karena pendidikan moral dalam sistem pendidikan kita pada umumnya belum mendapatkan tempat yang sewajarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun