Mohon tunggu...
Dwi M
Dwi M Mohon Tunggu... Trader, Expert Advisor coder, Blogger. Mantan Pramuka. Mantan Pecinta Alam.

Kunci utama untuk mengurangi kesalahan di masa datang, adalah dengan mempelajari sejarah di masa lalu!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Peta Topografi, Pelajaran untuk Anak-anak Menyeberangi Sungai dengan Aman

19 Oktober 2021   12:30 Diperbarui: 21 Oktober 2021   09:53 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyeberangi sungai. (Dokumen Thya Dopo via kompas.com)

Ini masih kelanjutan berita tenggelamnya 11 siswa-siswi di Cimahi karena menyeberang sungai. 

Hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2021 setelah membaca kasus tenggelamnya anak-anak SMP di Kompas, saya lalu menulis opini saya di Kompasiana. Judulnya memakai bahasa yang lugas: Pramuka, Jangan Menyusuri Sungai. 

Lalu tulisan ini saya share di whatsapp alumni, kenalan dan keluarga. Sehari dua hari kemudian, mulailah masuk komplain dari saudara dan kenalan di whatsapp.

"Lha, pegimana nih si Dwi ? Aneh deh. Dulu kamu kan pembina Pramuka ? Kok malah melarang Pramuka menyusuri sungai ? Elu kapok jadi Pramuka?", demikian chat dari salah satu alumni yang dulunya sering ngatain saya sebagai "The Last Boy Scout", seperti judul filmnya Bruce Willis tahun 1991.

Sambil menyeruput secangkir kopi, saya balas chat itu. "Bukan kapok, kang. Ini masalah hilangnya 11 nyawa anak-anak SMP. Sebelas nyawa, kang !. Nggak main-main ini. Ada kesalahan prosedur yang fatal banget disini. 

Itu pembinanya tidak memantau aktivitas anak didiknya di lapangan. Anak-anak itu menyeberangi sungai begitu saja, sambil berpegangan tangan. Dan waktu ditemukan oleh team SAR, jenazah anak-anak itu masih berpegangan tangan satu sama lain. Apa nggak sedih bacanya ?".

Bang Tarigan yang anak-anaknya masih kecil, ikut nimbrung di chat grup itu. "Dwi, menurut kamu prosedurnya apa untuk kegiatan menyusur dan menyeberang sungai? Di Kompasiana itu kamu nggak menulis caranya".

"Iya, bang", balas saya. "Kemarin memang intinya saya melarang dulu Pramuka Penggalang menyusur dan menyeberang sungai. Karena saya lihat Pramuka secara keseluruhan belum siap untuk aktivitas ini. Nanti sore setelah selesai kerjaan, chatting akan saya lanjutkan yak", demikian chat saya.

Sepulang kantor, saya lanjutkan obrolan chat grup di rumah.

"Abang-abang sekalian, saya lanjutkan obrolan soal menyusur dan menyeberang sungai ya", saya sambi obrolan chat dengan teh hangat dan kue manis.

"Kalau saya akan mengadakan acara penyusuran dan penyeberangan sungai, saya akan adakan Latihan Dasar dulu. Kebiasaan saya adalah membuat diktat dan buku panduan, lalu mengadakan acara teori di kelas dan praktek di lapangan. 

Sehingga anak-anak paham teori secara kuat dan bisa mempraktekan di alam sesungguhnya. Isi diklat adalah Peta Topografi, Tali-temali,memakai karabiner, dan latihan penyeberangan".

Tali Karmantel dan Karabiner. Sumber: thrive-outdoors.com
Tali Karmantel dan Karabiner. Sumber: thrive-outdoors.com
Saya melanjutkan, "Jadi anak-anak diajari peta topografi dulu. Kalau menyusuri sungai, dimulai dari titik mana dan berakhir di mana,"

Berapa lama waktu untuk perjalanan? Apakah ada halangan dan rintangan di peta? Jika ada halangan, kemana kita harus pergi dan mencari bantuan tercepat? Ini semua kita diskusikan dan rencanakan. 

Dari rencana ini sudah terbayang apa yang akan terjadi di lapangan. Berapa banyak makanan dan minuman yang harus dibawa, apa alat P3K yang harus dibawa, dimana harus berkemah dan di bagian sungai mana kita harus menyeberang. 

Semua anak harus dibagi tugas masing-masing, tahu apa yang harus dilakukan dan bisa menyelamatkan diri kalau ada bahaya".

"Setelah teori di kelas, sekarang saatnya praktek lapangan. Menyeberang sungai tidak bisa langsung nyebur begitu saja. Harus pakai tali pengaman dari ujung sungai satu ke ujung lainnya. 

Maka anak-anak diajari memakai tali karmantel, memakai karabiner, dan belajar penyeberangan. Pembina nantinya harus ikut turun ke lapangan, berjaga-jaga di kedua sisi sungai. 

Kalau ada bahaya, Pembina harus mampu menangani situasi. Lihat situasi sungai, kalau air tiba-tiba naik, berwarna keruh dan mulai deras, artinya di hulu sedang terjadi banjir, maka hentikan segera kegiatan".

Latihan Lapangan sebelum penyeberangan. Sumber: in.pinterest.com/starting point
Latihan Lapangan sebelum penyeberangan. Sumber: in.pinterest.com/starting point
Saya berhenti chat sebentar, sambil menikmati teh manis hangat. "Ini belum cukup, abang-abang. Berdasarkan sifat anak-anak SMP yang labil dan jahil, saya biasanya melakukan post-test setelah latihan lapangan ini. 

Saya bertanya satu-persatu kepada mereka. Misalnya saya tanya, Tono apa tujuan perjalanan kita saat ini? Wawan, coba tunjukkan ikatan penyeberangan yang tadi kita praktekan! Kardi, beritahu saya jalur mana yang akan kita lewati di peta topografi! Stefan, bagaimana cara menolong orang yang tenggelam ?.

Mereka harus mempraktekkan satu-persatu apa yang telah diajarkan. Dari ujian ini kita akan tahu apakah mereka siap atau tidak ?".

"Biasanya di hari H perjalanan, saya akan mengumpulkan buku-buku Syarat Kecakapan Umum (SKU) adik-adik Penggalang. Lalu setelah kita selesai penyusuran dan penyeberangan, saya akan tandatangani SKU mereka dan akan saya lantik mereka naik tingkat di sebuah hutan kecil.  Ini adalah reward dari perjuangan dan kekompakan mereka di perjalanan.

Inilah alasan saya kenapa Pembina seharusnya ikut di acara penyusuran sungai, nggak boleh mereka ditinggal begitu saja melakukan aktivitas sendiri. Selain melindungi, Pembina juga punya kesempatan memberi kejutan indah untuk adik-adik Penggalangnya".

Temanku tiba-tiba mengirim chat ledekan, "Dwi, ternyata kamu cinta banget sama adik-adik Penggalang ya. Pantes banget kamu jadi The Last Boy Scout, hahaha".

Hadeuh, kena ledek lagi deh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun