Tataplah mata ini. Tataplah diri ini. Apa salahku padamu? Apa dosaku padamu? Aku tidak pernah mengusikmu. Aku tidak pernah mengganggumu. Kenapa? Kau sampai hati melakukannya. Kenapa? Mengapa? Apa sebab? Desember ini hujan abu. Ada apa? Apa alam menunjukan pertanda yang kurang baik? Ahh ... ilusi, itu ilusi.Â
***Â
"Nicholas, Apa mata pelajaran kesukaanmu nak?"Â
"Aku paling suka berhitung papa. Aku suka matematika."Â
"Ada alasan?"Â
"Karena dengan berhitung kita secara tidak langsung diajak untuk berpikir cepat menyelesaikan masalah serta mencari solusinya secara bersamaan memakai logika. Bisa juga untuk melatih otak agar tidak cepat lupa seperti Papa."
"Haha ... hahahhaa, kau ini ada-ada saja Nicholas. Lucu."Â
Â
***
Â
Kau tidak menyukainya. Kau tidak menginginkan ia mengunggulimu. Itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyakitinya. Itu tidak dibenarkan. Teman-temanku berceloteh mengenai seputar kegiatan mereka rutinitas monoton yang terkadang membuat aku muak. Aku tahu aku bukan orang suci. Namun jangan kau pakai cara seperti itu, jangan kau gunakan. Untuk apa kau mengeluarkan sejumlah uang hanya untuk menyiksanya? Membuatnya tunduk dan luluh padamu seribu persen. Kau memakai cara kotor. Kau memakai cara yang tak terlihat. Kau memakai magic, guna -guna yang kau sebut ilmu leluhurmu; ilmu putih katamu. Bagiku itu tak ubahnya ilmu hitam kalau kau tak paham maksud pikirku. Kau ... tidak ada bedanya denganku pemilik perjanjian. Biadab. Bahkan hargamu harga dirimu lebih murah dari harga diriku. Lebih rendah. Rendah. Teramat rendah.