Mohon tunggu...
Dwi Layla Rahmawati
Dwi Layla Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - nothing

your happines is your responsbility alone

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cagar Pangan

26 April 2021   19:14 Diperbarui: 26 April 2021   19:32 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

“Cagar pangan” terletak di desa Cukil Kecamatan Tengaran. Cagar pangan menjadi tempat shelter kopi baru dari sunda hejo klasik beans gunung Puntang. Koperasi kopi yang didirikan oleh pak Eko Purnomo Widi . Resto ini menyuguhkan suasana yang asri sejuk dan menenangkan karena terletak di pedesaan. Di Cagar pangan ditunggu oleh kang megan dan teh imas yang dulu bekerja di klasik beans, dan ada juga mas Sulis dan mba Bero yang rumahnya tidak jauh dari Cagar pangan.

Yang menjadi keunikan di resto ini menyajikan makanan tradisional yang bahan-bahan makanannya organik dari hasil panen kebun sendiri. Di samping rumah terdapat kebun yang ditanami berbagai macam tanaman sayur dan bunga. 

Semua yang disajikan dari bahan yang segar, jika ingin makan disana kita harus reservasi dulu 1 hari sebelumnya. Kemudian terdapat juga minuman yang berasal dari bunga, ada teh bunga gemitir, teh bunga kancing,teh bunga kenikir, teh potronggolo, teh bunga telang dan masih banyak lagi. Tak disangka bunga cantik itu memiliki banyak manfaat tersendiri. 

Bunga yang dijadikan teh berasal dari kebun sendiri, bunga yang sudah dipetik lalu dikeringkan agar bisa bertahan lama. Selain itu di resto ini menyajikan nasi biru, dinamakan nasi biru karena pewarna biru yang berasal dari bunga telang. Bunga telang banyak ditanam di Cagar pangan, bunga yang sangat cantik yang dapat menjadi pewarna makanan alami dan memiliki manfaat yang luar biasa.

Cagar pangan mengajarkan kita tentang kita dapat memproduksi makanan sendiri dengan cara menanamnya, misalnya menanam sayur di samping rumah secara organik, karena saat ini banyak sekali petani yang tidak mengetahui batasan penggunaan pestisida yang berlebihan dapat merusak tanah dan merusak ekosistem. 

Kita sebagai manusia tidak boleh egois dengan alam, karena di alam tidak kita saja yang hidup ada hewan dan tumbuhan yang hidup berdampingan dengan kita. kita harus tetap hidup seimbang dengan alam, dan melestarikan alam. Alam akan memberikan manfaat bagi pemeliharanya.

-Saya bangga menjadi mahasiswa pertanian! Petani tak sesederhana cangkul. Lakukan hal-hal kecil dengan tulus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun