Saya menganggap bahwa rasisme adalah salah satu topik yang yang sangat menarik untuk dibicarakan dan didiskusikan, mungkin karena saya merasa bahwa rasisme ini memang selalu menjadi sorotan utama dalam setiap unsur permasalahan manusia sebagai makhluk sosial.
Masalah rasisme memang telah menjadi momok yang cukup tabu mengingat beberapa kejadian-kejadian kelam dalam sejarah biasanya berawal dari rasisme. misalnya saja, pembantaian kaum Yahudi di Jerman pada masa perang dunia kedua oleh Nazi, lalu ada juga pembantaian kaum kulit hitam oleh Ku Klux Klan sebuah kelompok ekstrimis yang rasis di Amerika Serikat dan juga perbudakan kaum kulit hitam pada zaman kolonial barat di negara-negara Afrika.
Rasisme juga bisa digunakan sebagai preferensi  terhadap penolakan ras pendatang atau mungkin ras minoritas. Di Indonesia sendiri hal ini  juga telah menjadi masalah yang serius, contohnya? Pembunuhan dan pemerkosaan etnis cina pada tahun 1998, ketegangan di poso dan juga sampit, bahkan "menganak tirikan" pembangunan papua pada pemerintahan sebelumnya. Memang, sebagai masyarakat yang hidup pada negara yang menjunjung tinggi semangat bersatu dalam perbedaan seperti Indonesia, masalah ini adalah masalah yang pasti muncul.
Mari Bersikap Realistis
Ketika saya membicarakan masalah soal sentimen rasisme di forum terbuka banyak sekali yang menghindari topik ini, bahkan sering kali mengkritik keras saya karena rasisme adalah masalah yang harus dihindarkan, dan biasanya apabila ada yang seperti itu ketika topik ini saya munculkan, tentu saja saya menurut.Â
Mari lihat kenyataan, buka mata baik-baik. Rasisme itu "masih" ada dan kemungkinan untuk "tidak akan hilang"nya sangat besar. Bagaimana tidak, Anggapan bahwa "saya benar, kamu salah" tidak akan terlepas dari yang namanya manusia, polanya pun selalu sama, ketika ada masalah datang, Â wajar sekali bagi manusia untuk membela diri sendiri.
Lalu bagaimana jika masalah yang datang dari orang yang berbeda fisiknya dengan kita?
Ego akan memaksa kita untuk mencari perbedaan fisik kita dengan orang lain tersebut, dan mencari jalan keluar yang paling gampang dengan menyatakan bahwa "kamu berbeda dari saya, karena itu kamu salah". Jalan keluar yang gampang, namun tidak benar.
Di Indonesia sendiri pola ini masih sangat mudah untuk ditemukan, ego orang Indonesia itu sangat besar, saking besarnya egonya sampai bisa menghadirkan sentimen antar ras dan agama, bahkan sentimen ini juga ditemukan di kelompok yang sama. Masih ingat pak Basuki Tjahaja Purnama yang membela dirinya dan menyulut kejadian berantai di Indonesia? bahkan yang islam dengan islam pun sampai berdebat bahkan saling melemparkan tuduhan-tuduhan yang menyayat hati.
Saya menganggap hal ini sebagian besar karena diucapkan oleh orang ras keturunan Tiongkok yang notabene adalah minortitas dan tampilan fisiknya tentu saja berbeda dari kita yang "pribumi" banget.
Coba saja apabila yang berbicara adalah orang kedua, misalnya seorang tokoh dari agama islam, saya yakin 100% tidak akan ada yang namanya pergerakan aksi bela agama dan lain-lainnya.