Dibanyak negara peningkatan lebih gila-gilaan. Eropa, Amerika, jauh lebih banyak apalagi sekarang ini India masih kebingungan membendung peningkatan virus omicron.
Pada pemangku kekuasaan di bidang pendidikan, saatnya berpikir jernih. Banyak anak memang diakui antusias untuk melakukan PTM tetapi mengingat meningkatkan kasus, perlu dipikirkan agar tidak terlambat mengantisipasi.
Kebetulan saya mengajar di sekolah swasta besar di Jakarta. Sudah seminggu kami kembali melakukan pembelajaran jarak jauh, ini karena ada satu siswa positif Covid-19. Sekolah tidak mau ambil risiko dan kemudian mengembalikan pola pengajaran dari PTM ke PJJ.Â
Baru sehari masuk PTM lagi, namun besok sudah harus PJJ karena tidak ingin menanggung risiko. Kebetulan desain sekolah memang agak riskan, meskipun protokol kesehatan ketat, namun selalu ada celah untuk mengakali data akurat tentang Covid-19. Nah, ketika ada satu dan dua siswa terkonfirmasi positif, maka lockdown harus dilakukan, lalu dilakukan PCR dan antigen untuk mencegah penyebaran.
Dari kasus yang merebak ini, pertama sebagai orangtua sebaiknya menyarankan pada lembaga pendidikan memikirkan lagi untuk melakukan PTM dalam waktu dekat ini.Â
Sebagai orangtua meskipun sudah ada vaksin kekhawatiran tetap ada. Sebab virus kali ini kebal vaksin dan meskipun kata ahli tidak terlalu membahayakan namun tetap saja masih ada trauma, apalagi penyintas yang pernah merasakan betapa sengsaranya terkena virus.
Semoga saja ada gerak cepat dari pemerintah untuk sementara merumahkan lagi siswanya, setelah melandai lagi baru dipikirkan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka. Toh, untuk saat ini pembelajaran jarak jauh sudah mulai dinikmati.Â
Banyak penugasan menggunakan teknologi digital, ulangan dan tes-tes try out pun lebih nyaman dilakukan dengan cara online. Penghematan kertas, penghematan waktu, ketepatan pengerjaan sudah mulai bisa dirasakan para siswa.
Pengalaman saya ketika seminggu lalu melakukan PTM banyak waktu terbuang untuk pindah kelas, dengan waktu pelajaran yang hanya 30 menit, banyak waktu terbuang untuk penyesuaian antar kelas.Â
Kebetulan di sekolah kami sebagian kelas sudah menggunakan view board, semacam layar TV besar yang digunakan untuk melakukan pembelajaran Blended Learning.Â