Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Benarkah Memulai Menulis Itu Susah?

3 Januari 2022   22:23 Diperbarui: 3 Januari 2022   22:45 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
benarkah awal menulis itu susah(bernas.id)

Bagi yang sudah kadung suka menulis, tidak terlalu sulit untuk mencetuskan ide lewat menulis, rasanya apa yang muncul dalam pikiran langsung bisa ditulis, tanpa perlu susah untuk mencari kata pembukanya. Kebiasaan menulis membuat seseorang mampu mentransformasikan ide dan mengurutkan gagasan menjadi sekumpulan artikel yang menarik.

Tetapi proses untuk bisa dengan mudah menulis sebetulnya tidak sesederhana yang dipikirkan oleh orang yang jam terbang menulisnya sudah tinggi. Bagi pemula, awal menulis adalah sebuah penderitaan, sebab ketika sudah mencoba duduk di depan laptop atau sudah memegang pulpen dan menghadapi buku catatan tiba-tiba bingung apa yang harus ditulis.

Rasanya sudah banyak tips, banyak kiat memulai menulis, tetapi bagi mereka yang benar-benar baru mencoba menyukai menulis kiat- kiat itu tidak banyak artinya. Mau membaca segudang buku, dari penulis handal dan motivator, jika tiba-tiba blank, atau tiba-tiba bingung mau menulis apa dipaksa sekeras apapun paling hanya membuat coret-coretan yang akhirnya kemudian ditinggal dan dibiarkan tanpa terisi.

Benarkah sesulit itu bagi penulis pemula? Semua orang pernah mengalaminya. Para penulis handalpun pernah mengalaminya. Mengawali, memulai, merintis memang butuh semangat dan tentu saja kegigihan untuk tidak putus asa mencoba.

Mengapa saya seperti ingin bernostalgia mengingat saat-saat mulai menyukai dunia tulis menulis. Iya barangkali ada pembaca yang tertarik, terutama anda yang saat ini baru senang membaca tetapi belum tertarik untuk menjadikan menulis sebagai hobi bahkan sebagai cara untuk mengungkapkan perasaan atau semacam curhat.

Yang pertama saya lakukan dulu adalah, tidak peduli apakah bahasanya enak dibaca atau malah acakadut. Menulis ya menulis, mau banyak kata diulang-ulang susunan bahasanya masih rancu, agak wagu (tidak enak dibaca dan tidak pas) tidak masalah. Yang penting sudah mengungkapkan perasaan. Tulisan-tulisan yang sudah saya tulis itu saya biarkan apa adanya selama beberapa jam, bahkan saya abaca lagi beberapa hari kemudian.

Dulu saya mencoba suka membaca ketika SMA, sudah mulai merasakan jatuh cinta dan ingin mengungkapkan perasaan tetapi sungguh susah. Maka saya mencoba menuliskannya. Bukan dengan mesin ketik manual, tetapi masih dengan pulpen bahkan pensil.  Beberapa hari kemudian saya paksa untuk membaca kembali.

baktinusa.id
baktinusa.id

Membaca tulisan saya rasanya pengin ketawa, mentertawakan kekonyolan saya. kata- kata yang aneh dengan pengulangan-pengulangan kata yang boros. Sebab kadang saya suka membandingkan dengan buku yang saya baca dulu. Ya, meskipun saya tidak sepintar orang-orang yang tampaknya cerdas dalam menulis namun sejak kecil sebetulnya saya sudah senang membaca. Kelas dua dan tiga SD saya sudah kenal dengan bacaan cerita bersambung. 

Waktu itu saya sih sedikit-sedikit ikut melihat dan membaca sekilas karya cerita bersambung dari SH Mintarja. Seingat saya Api di Bukit Menoreh, Buku tebal yang sering dibaca Eyang atau Mbah Putri saya Nagasasra dan Sabuk Intan juga masih karya SH Mintarja. 

Selanjutnya ada bacaan lain seperti Hijaunya Lembah, Hijaunya Pegunungan, cerita komik tentang wayang, yang saya ingat adalah cerita ketika Pandawa lima dijebak di sebuah acara judi di rumah kayu kemudian saat Pandawa Mabuk, Kecuali Bima yang tidak mau minum. Judulnya Balai Si gala-gala. Selanjutnya banyak  cerita dari berbagai daerah saat meminjam buku cerita yang kebanyakan penerbitnya dari Balai Pustaka.

Cerita-cerita itu sungguh memukau, hingga akhirnya saya memang menyukai bacaan- bacaan sejak SD. Kebetulan bapak saya juga membaca. Dari bacaan yang disewa oleh bapak saya itulah saya mulai menyukai membaca. Kalau buku dari Penerbit Balai Pustaka itu meminjam dari sekolah tempat ibu saya mengajar. Kebetulan kedua orang tua dulu adalah pegawai negeri. Dua-duanya guru. Ibu saya guru SD, bapak saya Penilik Sekolah Dasar. Mbah Putri saya bahkan bisa bahasa Belanda, kalau ada pastur belanda atau kebetulan ada orang Belanda sering diajak ngomong.

Saya menyukai menulis baru mulai ketika SMA. Banyak bacaan yang menjadi inspirasi. Di SMP dan SMA bacaan mulai meningkat. Dari Lima sekawan karya Enyd Blyton sampai Agatha Christie, juga karya dari penulis lokal semacam Lupus, Pendekar kapak 212. Kalau novel romantis dari Eddy D Iskandar, Motinggo Busye, Mira W. Majalah terutama adalah majalah Hai, Intisari,  SMA mulai menyukai tabloid, semacam Monitor, Bintang dan masih banyak lagi. Koran-koran yang mulai saya baca adalah Kedaulatan Rakyat, Bernas, Suara Merdeka dan Kompas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun