Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bincang Bathin Penulis, Kompasiana dan Refleksi Akhir Tahun

18 Desember 2021   08:28 Diperbarui: 18 Desember 2021   08:38 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada kebiasaan setiap Desember selalu berefleksi tentang apa yang terjadi selama satu tahun berjalan. Karena ingatan saya pendek maka, saya hanya mencoba mengingat peristiwa-peristiwa yang selama ini saya tulis di Kompasiana.

Saya bukan penulis super aktif, lebih pas kalau disebut penulis musiman yang tidak pernah konsisten menulis satu artikel sebulan penuh. Pun ketika saya sedang bosan dan lebih tertarik untuk melukis atau menggambar maka menulis kadang menjadi bolong-bolong tidak karuan. Itu yang saya alami periode Oktober, November dan awal Desember ini. Pada bulan-bulan itu saya lebih senang menggerakkan tangan untuk menggores kertas. Untuk melatih kesabaran saya menggambar semacam vignette atau kalau anak muda menyebutnya doodle. Apa sih yang dimaksud vignette atau doodle, ah nanti googling saja.

doodle, desain batik ekspresi spontan dengan drawing ped (Ign Joko Dwiatmoko)
doodle, desain batik ekspresi spontan dengan drawing ped (Ign Joko Dwiatmoko)

Saya mencoba menerangkan menurut bahasa pemahaman saya. Kalau sedang  mengajar siswa tentang vignette berulangkali saya katakana bahwa vignette itu berasal dari bahasa Perancis, kalau lidah Indonesia biasa melafalkannya dengan vinyet atau viknyet. Artinya ilustrasi yang bertujuan untuk mengisi ruang kosong di sebuah buku, entah novel, buku cerita dengan gambar atau ragam hias. Tujuan utama sih yang penting tidak membosankan hanya melihat huruf, tapi bisa juga terhibur berkat gambar yang boleh dikata simpel bisa juga rumit karena garis-garis detail berisi simbol-simbol.

Vignette (Joko Dwiatmoko)
Vignette (Joko Dwiatmoko)

Vignette itu adalah ungkapan perasaan yang disalurkan dengan merangkai garis-garis spontan bisa berupa ragam hias maupun garis-garis khayalan. Pada saat menggambar suasana bathin pun ikut berperan, kalau mood baik dan tengah tenang maka bisa menjadi gambar yang detail dan indah, kalau sedang galau dan susah konsentrasi kadang selesainya hanya setengah-setengah saja.

Kalau doodle mirip, sebab berangkat dari ekspresi spontan yang bisa saja memainkan gambar- gambar simbol yang simpel terus disatukan hingga membentuk satu kesatuan. Saya akan menjelaskannya lewat bahasa gambar saja. lihat saja beberapa contoh.

Keasyikan menggambar hampir menyisihkan keasyikan menulis. Membuat vignette itu sudah saya lakukan sejak SMP ketika buku tulis saya selalu saya hias di pinggirnya dengan goresan suka- suka. Semakin sering menggambar maka spontanitas garis semakin terlihat luwes. Jika goresan semakin bebas dan lentur tidak kaku maka apapun goresannya jadi tampak lebih artistik, itu pemahaman saya tentang menggambar vignette.

Kalau dihitung gambar saya mungkin sudah kisaran ratusan gambar hingga ribuan, hampir sama dengan jumlah tulisan saya. eh kok jadi membahas gambar sih. Yah namanya refleksi bathin salah satu pengalaman boleh dong saya ceriitakan. Di separuh sebelumnya saya antara menulis dan melukis atau membuat sketsa lebih imbang. Nah beberapa gambar ilustrasi, sering dijadikan ilustrasi untuk tulisan- tulisan saya di Kompasiana, atau di platform sebelah.

Kompasiana bagaimanapun telah membentuk pola pemikiran saya. Saya bukan orang cerdas dan jagoan dalam akademis, apalagi berprestasi di kantor saya. Sampai sekarang tetap menjadi orang biasa yang hanya menjalani hidup dengan mengalir begitu saja. Tidak ada lonjakan berarti tetapi juga tidak pernah terpuruk. Sama seperti ketika hidup saya memang cukup nyaman sebagai anak pegawai negeri yang pendapatannya bisa dipastikan tiap bulan. Ah kok jadi curhat sih, yah namanya refleksi bathin.

Awal  tahun sebagai guru, masih menjalani pekerjaan dari rumah. Melakukan PJJ dengan andalan tugas tugas online dan pelajaran efektif lewat zoom. Di antara kesibukan mengajar awal-awal tahun sebagai kompasianer masih bisa memenuhi target menulis 1 artikel 1 bulan. Tapi lama-lama ada siklus di mana banyak perubahan di Kompasiana. Sekitar awal Maret kesibukan bertambah ketika saya memutuskan pindah dari Jakarta ke kota pinggiran di daerah Jonggol dan dititik itu akhirnya saya terjerembab karena seluruh keluarga terdeteksi Antigen positif covid-19. Selama bulan Maret praktis isolasi dan saya sempat opname di rumah sakit Ukrida untuk karena covid-19.

pembelajaran selama pandemi Covid 19(dokpri)
pembelajaran selama pandemi Covid 19(dokpri)

Beryukur dengan bantuan dokter, perawat dan teman-teman yang selalu mensuport, bisa menjalaninya hingga dinyatakan negatif pada akhir bulan Maret, setelah itu saya masih harus melakukan pemulihan, karena sistem tubuh rasanya tidak lagi sama. Nafas masih sering tersengal ketika menjalani kegiatan fisik yang cukup berat. Pada saat di rumah sakit refleksi bathin saya saya salurkan dengan menulis di gawai dan menggambar lewat buku gambar yang sengaja saya bawa untuk mendongkrak imun saya. Saya tidak ingin larut dalam ketakutan- ketakutan akibat ulah virus yang menelan ribuan korban dan membuat penuh makam- makam. Berita- berita sedih terus susul menyusul sampai bulan Juli 2021, Doa dan bantuan dan santunan terus mewarnai lingkungan tempat tinggal. Isolasi mandiri, suara-suara ambulan terus hadir, sebentar- sebentar muncul berita menyedihkan yang datang baik yang datang dari teman sekerja maupun kerabat yang ada di sekitar Jakarta maupun yang ada di kampung halaman. Tokoh- tokoh terkenal, artis dan pejabat publik bertumbangan.

Air mata kesedihan, suasana pilu dan haru selalu membayangi kehidupan di tahun 2021. Suasana melandai mendekati bulan Oktober dan November, tapi isu menakutkan datang lagi ketika muncul varian baru omicron. Oh, sampai kapan penderitaan manusia berakhir. Eropa yang sudah merasa senang bisa menyaksikan pertandingan bola secara langsung harus waspada lagi dengan perkembangan terbaru dengan banyaknya klub dan pemain yang terpapar covid.

Pemerintah mulai melonggarkan PPKM setelah vaksinasi begitu gencar dilakukan dan terus merambah ke daerah- daerah terpencil.Yayasan tempat saya mengajar mulai menerapkan pembelajaran PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), namun bukan termasuk pelajaran saya yaitu seni budaya. Saya sampai akhir tahun masih melakukan pembelajaran PJJ sampai entah kapan.

Itulah sekilas lintas ingatan saya di tahun 2021 ini. Rasanya kalau sudah sampai pertengahan Desember begitu cepat waktu berlalu. Kalau ingatan saya pendek saya bisa melihat lembaran peristiwa itu dari apa yang saya tulis di Kompasiana, itulah gunanya menulis, karena memperpanjang memori atas peristiwa-peristiwa yang terjadi dari awal tahun sampai menjelang tutup tahun. Satu yang harus selalu diucapkan bersyukur pada Tuhan karena sampai hari ini masih diberi nafas kehidupan.

Sebetulnya kalau ditulis masih  banyak hal  yang bisa diungkap namun pelan-pelanlah, pembaca pasti tidak akan memaksa untuk terburu-buru. Di Kompasiana inilah para penulis begitu leluasa bisa mengungkapkan perasaan meskipun tetap ada rambu-rambu dan batas-batas yang dimengerti kompasianer agar tidak kena semprit admin. Kalau di televisi ada istilah kalaidoskop mengingat peristiwa yang terjadi selalu satu tahun. Karena ingatan pendek jika anda ingin melihat detilnya maka coba saja membuka tulisan perbulan. Karena di sana peristiwa aktual sering diulas. Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun