Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Netizen, Politik, Politikus dan Bahasa Hati Nurani

23 Juli 2021   07:40 Diperbarui: 23 Juli 2021   09:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila bicara politik kita terutama di Indonesia akan menata hati dulu agar tidak terseret dalam arus emosi. Sebab jika mengamati dengan seksama kiprah politik dan politisi tanah air banyak orang akan merasa marah, kesal dan dongkol. Ternyata bahasa hati para politisi banyak yang hanya memanfaatkan suara masyarakat atau rakyat untuk menaikkan branding diri atau istilahnya pansos atau panjat sosial. Kalau sudah terkenal tinggal memetik buah dari keterkenalan itu untuk tujuan kekuasaan.

Maaf kalau in menyakitkan bagi para poltikus yang sebenarnya tulus mengabdi untuk kepentingan rakyat. Hampir semua akses politik penuh liku. Tidak mudah melewati jalan mulus menuju kekuasaan. 

Semua penuh intrik, penuh aroma konspirasi. Kalaupun ada yang melenggang, tidak sempat melewati jalan penuh duri dan onak mungkin karena ada jalan lempang untuknya agar bisa memberi jalan terang dunia politik.

Tapi tetap saja ada sisi gelap dunia politik yang selalu tampak di permukaan, melebihi jejak kebaikan yang sebenarnya banyak dimiliki politisi tanah air. Maaf persepsi masyarakat terlanjur buruk melihat kiprah politisi yang hanya memanfaatkan situasi untuk kepentingan sendiri. Yang terlihat jelas kini adalah peran politikus menghadapi pandemi saat ini. 

Bencana ini adalah bencana dunia, semua negara merasakan dampak dari meledaknya virus corona. Bahkan Indonesia mengalami gelombang serangan kedua dan bisa jadi karena terdampak oleh kasus varian delta yang berasal dari India. Persebarannya cepat dan Indonesia mengalami peningkatan signifikan hingga sempat menduduki peringkat tertinggi jumlah korban.

Persebaran varian delta sangat cepat, penularannya pun bisa melalui udara, ketika sedang berpapasan dan bisa menyerang orang meskipun sudah melakukan vaksinasi dua kali. 

Lalu apa peran politikus selain terutama politikus antagonis pemerintah yang malah membuat suasana semakin kisruh. Menuduh pemerintah tidak becus, para pejabatnya saling mengeluarkan kebijakan sendiri- sendiri.

Di tengah terjangan duka lara lebih aneh lagi para netizen yang masih ramai membuli pemerintah, mengkritik penanganan kasus pemimpin daerah dan masih riuh mempertanyakan keseriusan pemerintah dan negara membantu masyarakat lepas dari ancaman  covid.

Yang tidak terdengar adalah kontribusi masyarakat untuk ikut mencegah penularan. Karena di mana - mana masih ada pelanggaran prokes, ada yang masih senang kumpul - kumpul, masih tidak percaya vaksin, masih tidak percaya bahwa covid itu ada. Sekarang muncul lonjakan kasus baru di Singapura, Malaysia, Myanmar, Australia, Jepang. Malaysia meskipun memberlakukan lockdown ketat tetap mengalami lonjakan juga.

Varian delta yang muncul dari India benar- benar bandel, persebarannya sangat cepat dan sudah banyak korban bertumbangan. Oke jika sekarang masih muncul suara- suara sumbang para politisi, dan banyak komentar dari netizen dan para buzzer memperkeruh suasana, mari merenung, diam sejenak dan meneliti bathin. Menanyakan diri sendiri, Apakah kontribusi kita terhadap negeri. 

Tidak perlu memperkeruh suasana dengan melontarkan kritik. Cukuplah tidak menambah masalah dengan diam di rumah, tidak berusaha menciptakan kasus baru dengan melanggar prokes, berdoa dan berdialog dengan Tuhan tidak harus di tempat ibadah, Mencegah varian delta menular dan memperketat penjagaan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun