Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelahiran Soekarno, Soeharto, Jokowi, dan Hujan Bulan Juni

22 Juni 2021   07:35 Diperbarui: 22 Juni 2021   07:35 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

etap tersenyum sambil menikmati hujan di bulan Juni. Tetap tegar meskipun dua presiden Soekarno dan Soeharto turun dan lengser dari jabatan dengan berbagai tragedi menyertai.  

Soekarno meninggal kesepian  karena dijauhkan dari rakyat yang membesarkan namanya. Namanya dikaitkan dengan komunis yang membuatnya harus meletakkan jabatan dalam konspirasi sejarah yang bingung mau diceritakan. 

Kilas Sejarah Tokoh yang Lahir Bulan Juni

Dengan surat supersemar yang masih menjadi kontroversial  sampai saat ini. Pada tanggal 21 Juni 1970 akhirnya wafat dalam sunyi sepi dan mungkin guyuran hujan menandai kepergiannya. Soeharto meninggal ketika telah runtuh wibawanya sehingga orde baru tumbang berganti orde reformasi. 

Jokowi saat ini terus diserang bencana demi bencana dan orang-orang lingkaran kekuasaan yang terus merecoki semangat membangunnya. Seakan ia terus digempur oleh orang-orang yang berusaha meruntuhkan cita- citanya membersihkan negeri ini dari mafia mafia yang selalu semangat merampok alam dan merampok kekayaan Indonesia demi kepentingan pribadi dan kepentingan golongannya sendiri.

Betapa berharganya bulan Juni, banyak peristiwa hingga melahirkan serentetan sejarah seperti lahirnya Pancasila. Maka Junipun diidentikkan dengan Pancasila. Sila- Sila itu menyatukan Pancasila yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, pulau pulau yang tersebar dan terpisahkan oleh lautan.


Pancasila bukan yang lain. Seandainya Indonesia adalah negara berdasarkan keagamaan, tidak terbayang bagaimana menyatupadukan perbedaan, bagaimana terus muncul konflik akibat beragamnya agama yang ada di Indonesia. 

Maka bersyukurlah para Founding Father saat itu sudah memikirkan dengan luasnya pemikiran bahwa persatuan dan kesatuan yang langgeng hanya bisa dipersatukan oleh dasar yang kuat yang termaktup dalam sila-sila yang mengayomi, seluruh suku bangsa, beragamnya budaya, etnis, bahasa dan terutama yang sering menjadi sumber konflik.

Padahal kalau setiap orang mendalami agamanya secara benar apapun agamanya akan muncul sikap rendah hati, saling menghormati, saling mengasihi seperti inti ajaran agama- agama sesungguhnya. 

Sayangnya saat ini seringkali agama menjadi sumber konflik, sumber teror, sumber keresahan yang diakibatkan oleh oknum- oknum penceramah yang membelokkan ajaran inti agama hanya untuk kepentingan kekuasaan dan egoisme beragama ormas tertentu. 

Banyak yang bilang Pancasila harga mati. Ya memang begitulah sebab jika negara diarahkan menjadi negara agama mau jadi apa negeri ini, apakah akan menjadi negara di sekitar Timur Tengah yang selalu dilanda konflik regional, saling membunuh padahal seagama, saling membantai padahal masih saudara sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun