Tapi rasanya saat ini itu sebuah ilusi, sebuah utopia, hanya sebuah angan penuh halusinasi. Di media sosial masih lebih banyak netizen yang sering menebarkan kata - kata umpatan, sumpah serapah. Hanya karena fanatisme kepercayaan yang mereka genggam. Padahal apa untungnya berdebat.Â
Nyatanya dari media sosial retasan radikalisme terus berkembang hingga akhirnya banyak kejadian di mana agama menjadi sumber kekerasan, sumberperselisihan dan pemicu perang.
Rasanya sakit hati menyaksikan pemerintah tidak berdaya mencegah arogansi sebuah ormas, namun apalah saya hanya debu yang tidak mampu meletupkan perlawanan kecuali hanya sedikit memerahkan mata sejenak, setelah dikucek kembali mata garang dan teriakan garang berkumandang. Biarlah waktu jualah yang bisa menghentikan arogansi, meskipun tidak tahu entah kapan.