Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ujian Kesabaran dan Konsistensi Menulis di Kompasiana

28 April 2020   22:11 Diperbarui: 9 April 2021   10:12 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini pengalaman saya selama menulis di Kompasiana sejak tahun 2010. Dokumen pribadi

Sudah dari tahun 2010 saya gabung dengan Kompasiana. Ujian itu adalah ketika dalam jangka waktu itu ibaratnya saya hanyalah cameo, numpang lewat sebagai penulis biasa tanpa jejak prestasi mengkilap, namun selalu mempunyai api untuk menulis walaupun entah karena dorongan apa. 

Nyatanya meskipun pernah menghilang beberapa tahun dari aktifitas ngompasiana, saya kembali lagi untuk tidak peduli apakah mau mendapat penghargaan atau tidak. Saya hanya merasa bangga ketika tulisan- tulisan saya sering menjadi referensi, dicuplik website, atau platform lain, dan ketika mengklik google mengetik nama saya bejibun gambar dan artikel ada di dalamnya. Artinya di mesin pencari orang mudah menemukan nama saya karena konsistensi saya menulis di Kompasiana.

Menulis itu Sebuah Proses menjadi

Saya akui saya menulis bukan hanya di Kompasiana saja. Ada beberapa tulisan saya di blog pribadi saya dan blog -- blog publik cukup terkenal sudah saya singgahi. Namun di Kompasiana jumlah artikel saya memang jauh lebih banyak.

Sebelum Di Kompasiana saya memang sudah menyukai dunia tulis menulis sejak SMA. Waktu itu belum ada platform blog seperti Kompasiana.saya menulis dengan mesin ketik, saya tulis dan kirimkan di Surat Pembaca, sempat juga termuat di Koran dan saya aktif menulis di majalah daerah sekitar tahun 1999 sampai 2000. 

Catatan- catatan saya kalau bisa didokumentasikan sudah ribuan, namun saya memang bukan dokumentaror yang baik. Ketika saya belum mempunyai HP yang mendukung untuk mengaktifkan internet, saya rajin ke Warnet untuk menulis catatan Mingguan di web organisasi yang saya ikuti, Di kantor saya sebelumnya saya juga sering menulis di majalah kantor berbentuk tabloid.

Apapun Sukses akan diraih Jika melakukannya dengan Totalitas

Jadi sebetulnya menulis memang sudah saya lakukan ketika usia saya masih belasan tahun sampai sekarang umur saya 50 tahun. Catatan- catatan saya tentang kisah cinta saya, kisah -- kisah sedih dan perjalanan bonek saya dari kota - ke kota sering saya baca ulang. Ada yang lucu, ada yang tiba- tiba kagum ketika saya melihat tulisan - tulisan saya tidak cukup jelek. Saya pernah menulis sosok, dan hunting tokoh - tokoh sampai pelosok desa. 

Waktu itu bahkan saya masih sebutlah pengangguran. Saya menerima honor terlalu kecil untuk bisa mempertahankan hidup. Saya tidak berani memproklamirkan diri sebagai penulis. Saya masih minta uang ke orang tua, karena bagaimanapun honor menulis tidak cukup untuk hidup. Maka saya diminta orang tua untuk mencari pekerjaan tetap, yang lebih menjanjikan. 

Saya lulusan perguruan tinggi keguruan, khususnya seni rupa. Menjadi senirupawan juga tanggung karena saya tidak cukup tangguh sebagai pelukis, menjadi penulis waktu itu sebetulnya sudah ada harapan karena rutinitas tulisan saya sudah cukup menjanjikan jika saya konsisten.

Tetapi lagi - lagi saya ini cukup penakut dalam hal totalitas. Padahal sebetulnya saya sudah mempunyai modal awal yaitu suka membaca dan membeli sejumlah buku sastra. Kunci seorang sukses menjadi penulis itu salah satunya adalah konsistensi, pantang menyerah, tidak gampang putus asa dan mempunyai tekat kuat untuk maju, tidak takut jika ditolak. Nyatanya kisah  sejarah saya memang tidak sesukses para penulis seumuran saya yang sudah mapan dan mempunyai nama.

Akhirnya saya memang berpaling dan akhirnya harus menyerah kalah untuk menjadi apa yang dimau orang tua yaitu guru. Ya paling tidak sebagai guru saya masih mempunyai pendapatan tetap dan tetap bisa mengembangkan hobi menulis.

Ya, Awal menjadi guru saya memang lebih sebagai pelarian dari cita-cita semula sebagai wartawan dan penulis. Mungkin bakat saya tidaklah besar sehingga dunia tulis menulis bukanlah dunia saya yang dilakukan dengan totalitas. 

Tepatnya hanya sebagai sambilan. Di Kompasiana ini saya menemukan lahan yang cocok untuk berbagi tulisan, bukan hanya saya simpan saja di deretan catatan diary saya, atau cerpen - cerpen yang kebanyakan ditolak oleh redaksi cerpen (karena saya sombong kirimnya ke koran -- koran besar yang susah ditembus). 

Di Kompasiana saya menemukan tempat di mana saya bisa menulis apa saja, bukan hanya cerpen atau puisi, tetapi juga menulis gaya hidup, menulis olah raga, menulis sosial budaya. Tidak terasa sudah bertahun tahun. Saat para penulisnya datang dan pergi saya masih bertahan dan mendapatkan verifikasi biru, dengan perjuangan yang panjang. 

Tulisan ini adalah tulisan saya ke 899 satu lagi tulisan saya akan genap 900. Bagi saya mungkin bukan pencapaian, tetapi 900 tulisan bukanlah sedikit. Saya berterimakasih kepada Kompasiana yang menampung tulisan - tulisan saya. Saya jadi bisa bernostalgia saat menulis pertama kali di Kompasiana sekitar Januari 2010. Melangkah pelan - pelan hingga akhirnya di tahun 2020 ini tulisan saya mencapai 900.

Sebuah konsistensi memang butuh pengorbanan. Kalau tidak berkorban pasti saya sudah bosan menulis di Kompasiana. Apalagi selama kurun waktu itu saya hanyalah bagian kecil dari penulis yang ada di tengah - tengah, tidak dipuncak tetapi juga tidak terlalu di bawah. Kompasiana telah membentuk kesabaran saya, membentuk konsistensi saya sehingga saya bisa bangkit dari rasa bosan dalam menulis.

Sedih Kecewa, Senang Harus Dilalui Sebagai Pendewasaan Menjadi Penulis

Ada proses yang pasti dilalui penulis yaitu kecewa, sedih, frustasi, putus asa ketika tulisan tidak diapresiasi dengan baik. Ketika hanya beberapa orang atau pembaca yang membaca tulisan - tulisan yang dengan berdarah- darah ditulis (lebay hehehe).

Apalagi ketika sudah capek capek mengikuti lomba tetapi tidak pernah mendapatkan kesempatan mendapat nominasi. Kesabaran itu antara lain ketika tidak terasa sepuluh tahun telah dilalui dengan berbagai pengalaman berharga. 

Saya memang salah satu kompasianer yang kurang aktif di komunitas, bukan apa- apa saya sudah berkeluarga. Dalam keluarga mereka bukanlah pendukung setia saya menulis, saya menulis dari waktu - waktu saya di kantor atau di luar aktifitas di rumah, atau saat malam tiba ketika sudah tidak ada lagi kegiatan sebagai orang yang sudah berumah tangga. Beda dulu ketika masih bujangan yang bebas menulis kapan dan di mana saja.

Dari sempitnya kesempatan saya masih bisa menulis dan konsisten, itu sebuah pencapaian saya. Maka saya bersyukur saat menulis artikel ini ada beberapa orang yang masih konsisten mengikuti tulisan- tulisan receh saya. Bahkan saya sempat kaget ketika pulang kampung saya mendapat tanggapan bagus ketika ada teman dan kenalan yang selalu mengikuti dan membaca tulisan - tulisan saya di Kompasiana.

Semoga saya bisa belajar sukses dari para Kompasianer, yang mempunyai bakat khusus menulis, sehingga meskipun baru sebentar bergabung tetapi sudah menunjukkan prestasi luar biasa dalam menulis, sering menjuarai beberapa event menulis, sukses menapak karier dari kemampuannya dalam menulis.

Puasa Ujian Kesabaran dan Konsistensi

Kompasiana telah membentuk mental baik sebagai penulis tahan uji, yang tidak mundur ketika tulisan hanya sempat dilirik tanpa sempat dibaca.Saudara saudara Muslim saat ini juga sedang menghadapi ujian kesabaran,konsisten untuk berpuasa sebulan penuh.

Akan lebih nikmat jika sebulan penuh tidak melewatkan satu haripun tanpa puasa. Menulis juga akan memuaskan jika dilakukan dengan konsisten mengikuti proses, Ini tulisan saya menuju ke 900.Salam damai selalu.

Baca Juga: Dua Tipe Kompasianer: Menulis Tanpa Berpikir dan Berpikir Tanpa Menulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun